Awas bahaya penyakit anemia

Jumat, 19 Desember 2014 | 07:15 WIB   Reporter: Christine Novita Nababan
Awas bahaya penyakit anemia

ILUSTRASI. Menara?telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk alias Mitratel.


Tubuh Anda mudah letih dan gelisah? Bisa jadi Anda menderita anemia alias kurang darah. Mengutip bahasa kedokteran, anemia adalah kondisi tubuh kekurangan sel darah merah. Padahal, sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi vital dalam tubuh, yakni mengangkut oksigen dari paru-paru dan menyebarkannya ke seluruh bagian tubuh.

Yang patut diketahui, hemoglobin merupakan protein yang kaya dengan zat besi. Sejatinya, sumsum tulang merupakan tempat untuk memproduksi sel darah. Namun, untuk dapat menghasilkan sel darah merah dan hemoglobin, tubuh membutuhkan asupan zat besi.

Yang jadi masalah, sebagian besar orang menganggap sepele penyakit anemia. Padahal, anemia merupakan penyakit berbahaya. Sederhananya, jika suplai sel darah merah kurang, tubuh penderita anemia akan kekurangan oksigen yang pada akhirnya menghambat produksi energi.

Makanya, jangan heran jika penderita anemia mudah merasa lemah, letih dan lesu, gelisah, bahkan terkadang sesak. Gejala lain bisa berupa warna pucat di beberapa bagian tubuh, seperti lidah dan kelopak mata.

“Anemia terjadi kalau tubuh memproduksi terlalu sedikit sel darah merah, kehilangan sel darah merah atau mematikan sel darah merah,” ujar Titi Sekar, dokter ahli gizi Rumah Sakit Pusat Pertamina, kemarin. 

Secara singkat, ada beberapa penyebab utama anemia. Pertama, kekurangan zat besi atau iron deficiency anemia. Kedua, kekurangan vitamin B12 dan asam folat atau vitamin deficiency anemia. Ketiga, karena menderita penyakit kronis tertentu atau anemia of chronic disease, seperti gagal ginjal, kanker dan HIV/AIDS yang berujung menjadi anemia kronis.

Ada juga faktor aplastic anemia yang disebabkan oleh berkurangnya kemampuan sumsum tulang belakang memproduksi sel darah. Namun, jenis ini sangat jarang terjadi. Faktor lain yakni hemolytic anemia atau kondisi ketika sel darah merah hancur lebih cepat dan sumsum tulang belakang tidak mampu mengimbanginya dengan memproduksi sel darah merah pengganti.

Dalam kehidupan sehari-hari, Titi dan Monique, dokter ahli gizi RS Awal Bros Tangerang, berbagi informasi perihal sejumlah faktor yang bisa membuat anemia hinggap pada tubuh Anda.

Pertama, rendahnya asupan gizi pada makanan. Kedua, gangguan kesehatan usus kecil atau pendarahan. Ketiga, menstruasi pada wanita dewasa yang berkepanjangan. Keempat, kehamilan. Terakhir, genetik.

“Infeksi tertentu, seperti gangguan pada darah dan autoimun, terkena racun kimia, serta penggunaan obat-obatan yang berpengaruh pada produksi sel darah merah juga mengakibatkan kekurangan darah, termasuk karena diet ketat dan tidak seimbang gizi sehingga kekurangan zat besi,” imbuh Titi.

Seberapa berbahaya anemia? Bagi penderita anak-anak, menurut Monique, anemia menghambat tumbuh kembang. Anak-anak juga menjadi rentan terhadap penyakit. Bahkan, anemia bisa mengurangi kecerdasan anak-anak. Informasi saja, bayi prematur dan bayi kembar rentan terhadap anemia.

Sementara, bagi ibu hamil, anemia bisa meningkatkan risiko terjadinya pendarahan pasca persalinan, termasuk kelainan sistem peredaran darah (kardiovaskuler). Anemia juga dapat berdampak terhadap janin. Misalnya, berat badan bayi lahir rendah, kematian janin atau hidrops.

Pencegahan anemia

Atas dasar itulah, jangan menganggap enteng penyakit anemia. Titi merekomendasikan mengonsumsi sumber zat besi yang bisa diperoleh dari golongan hem dan non hem. Golongan hem adalah daging merah, sapi, ayam atau pun kambing, ikan dan makanan laut. Golongan hem ini bisa langsung diserap tubuh sebanyak 23% dari jumlah total yang dikonsumsi.

Sementara, zat besi dari golongan non hem adalah sayur-sayuran berdaun hijau gelap. Antara lain, bayam dan sawi. Anda bisa juga melahap buah-buahan seperti kismis dan apricot, biji-bijian, sereal dan kacang-kacangan atau kacang polong kering. “Tapi, jenis non hem cuma 3%-8% yang bisa diserap tubuh,” jelas Titi.

Monique mengingatkan, konsumsi juga bahan makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi dalam tubuh. Contoh, sumber vitamin C, seperti jeruk tomat, stroberi, dan brokoli. "Sedangkan, makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi, antara lain teh, kopi, gandum, cokelat," ucap Monique.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru