Keindahan Gede Pangrango Menyihir Pendaki

Sabtu, 16 Desember 2017 | 09:05 WIB   Reporter: SS. Kurniawan
Keindahan Gede Pangrango Menyihir Pendaki


GUNUNG - Musim hujan tak menyurutkan niat Dies Cahyadi mendaki Gede Pangrango pertengahan November lalu. Bersama enam temannya, pria 37 tahun ini naik gunung yang terletak di Jawa Barat itu melalui Jalur Cibodas.

Dan, ini merupakan pendakian pertama Dies setelah 2005 silam. “Sudah lama enggak naik jadi jalannya pelan-pelan. Apalagi, masih bawa ransel segede gaban,” katanya yang sehari-hari bekerja sebagai fotografer lepas.

Dies dan kawan-kawan tentu bukan satu-satunya rombongan pendaki yang naik Gede Pangrango pada hari itu. Banyak rombongan pendaki lain yang mendaki gunung yang memiliki dua puncak ini: Puncak Gede dan Puncak Pangrango, masing-masing setinggi 2.958 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan 3.019 mdpl.

Tak hanya pendaki muda. Pendaki cilik seperti Ikbal asal Bekasi yang berusia 11 tahun hingga Dadang dari Bogor yang berusia 50 tahun juga ikutan mendaki. "Pendakian ini juga saya persembahkan untuk kelahiran cucu pertama saya," kata Dadang sambil membuat video pribadi dengan ponselnya di Puncak Gede.

Ada tiga jalur pendakian resmi menuju Puncak Gede dan Pangrango. Yakni, Jalur Cibodas yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jalur Gunung Putri juga Cianjur, dan Jalur Selabintana yang ada di Kabupaten Sukabumi.

Tapi, Jalur Cibodas yang jadi favorit para pendaki. Soalnya, meski lebih panjang, membentang sekitar 10,5 kilometer (km) hingga Puncak Gede, Jalur Cibodas tidak seterjal Gunung Putri yang hanya sejauh 8,5 km. Banyak rute yang datar alias bonus—begitu para pendaki menyebutnya.

Sementara Selabintana yang paling sepi dari pendaki. Maklum, jalurnya lebih terjal dan lebih panjang dari Gunung Putri. Sudah begitu, banyak binatang pengisap darah, pacet, di jalur dengan panjang mencapai 13 km ini. 

Yang juga jadi magnet pendaki, jalur Cibodas juga memiliki banyak pemandangan menarik.  Setelah melakukan pendakian sejuah 1,5 km dengan jalur berbatu, pendaki bakal berjumpa Telaga Biru.

Danau yang ada di ketinggian 1.575 mdpl ini memiliki luas sekitar 500 meter persegi. Air telaga sering berubah warna secara dramatis, tergantung dari pertumbuhan alga di dalamnya. Kadang berkelir hijau atau biru jernih.

Dan, dalam pendakian menuju ke Telaga Biru, pemandangan khas hutan pegunungan memanjakan mata. Jika beruntung, pendaki bias bertemu owa jawa (Hylobates moloch).

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango juga menjadi habitat hewan dilindungi, yakni surili, lutung, dan macan tutul. Lebih dari setengah jumlah burung di Pulau Jawa ada di kawasan ini. Termasuk, burung terkecil di Jawa, siki nangka, dan burung langka elang jawa.

Perjalanan berikutnya bakal sangat menyenangkan. Pendaki akan melewati jembatan “kayu” yang terbuat dari semen.

Jembatan sepanjang 500 meter ini berdiri di atas Rawa Gayonggong. Pemandangannya sangat ciamik. Sebab, tampak Puncak Gede Pangrango yang gagah.

Jembatan Rawa Gayonggong menjadi bonus buat pendaki sebelum tiba di Pos Panyacangan. Shelter ini tapat berada di pertigaan menuju Curug Cibeureum dan jalur ke Puncak Gede Pangrango.

Keberadaan air terjun setinggi 50 meter ini juga menggundang wisatawan bukan pendaki. Dari gerbang masuk Jalur Cibodas, waktu tempuh ke Curug Cibeureum sekitar dua jam jalan santai.

Bukan cuma pendaki, Gunung Gede Pangrango juga jadi magnet bagi para pelari gunung (trail runners). Mereka mampu melahap jalur pendakian CibodasPuncak GedeCibodas hanya dalam sehari.

Ada toilet

Spot menarik lainnya di Jalur Cibodas adalah air panas. Cuma, perlu perjuangan untuk mencapainya lantaran jalur yang menanjak melewati enam shelter.

Air panas yang berada di ketinggian 2.100 mdpl itu mengalir di dinding tebing menuju jalur yang dilewati pendaki sepanjang 200 meter. Suhunya mencapai 70 derajat Celcius.

Pendaki mesti berhati-hati saat melewati jalur air panas sebab di sisi kanan adalah jurang yang sangat dalam. Tapi, ada pengaman berupa tambang baja yang membentang di sisi kanan jalur.

Selepas air panas, ada aliran sungai kecil yang bersebelahan dengan Shelter Air Panas. Airnya hangat, hasil petemuan sumber air panas dan dingin.

Sehingga, banyak pendaki yang menceburkan diri dan berendam di sungai ini. “Badan jadi lebih segar setelah pendakian yang cukup menguras tenaga,” ujar Bonet, pendaki dari Jakarta.

Enggak jauh dari Shelter Air Panas, pendaki akan sampai di Pos Kandang Batu. Di persinggahan ini terdapat lahan cukup luas yang biasanya dijadikan lokasi pendaki untuk bermalam atau nge-camp, sebelum melanjutkan pendakian ke puncak.

Nah, dekat Kandang Batu terdapat Curug Panca Weuleuh. Letaknya sekitar 30 meter dari jalur pendakian. Alhasil, pendaki harus keluar jalur untuk menikmati dari dekat air terjun ini.

Selepas Kandang Batu, jalur semakin terjal sehingga menguras stamina pendaki. Ikbal yang menggendong ransel besar sampai harus berkali-kali berhenti untuk istirahat. “Saya sudah lama tidak mendaki, terakhir tahun 1997,” ungkap lelaki paruh baya asal Bekasi ini.

Dan, Kandang Badak jadi perhentian berikutnya. Shelter ini jadi lokasi utama para pendaki membuka tenda sebelum muncak. Letaknya di antara percabangan jalur ke Puncak Gede dan Pangrango.

Kandang Badak di ketinggian 2.475 mdpl bisa menampung puluhan tenda sekaligus. Sebab, terdapat berpetak-petak lahan datar untuk mendirikan tenda. Di shelter ini juga terdapat mata air.

Untuk urusan buang hajat, para pendaki enggak perlu susah-susah mencari lokasi tersembuyi. Di Kandang Badang terdapat toilet yang cukup bersih, dengan air yang melimpah.

Ada pedagang

Buat pendaki yang malas masak, tenang, ada pedagang makanan dan minuman, lo, di Kandang Badak. Pilihan makanannya terbatas memang. Hanya mi instan dalam wadah, nasi uduk, dan gorengan.

Cuma, harganya berlipat-lipat dari harga normal. Mi instan dalam wadah, misalnya, Rp 15.000. Biasanya paling mahal Rp 10.000. Lalu, gorengan per potong Rp 2.000 dari biasanya Rp 1.000. Sementara air mineral ukuran 350 mililiter Rp 15.000 sebotol

Beberapa tahun terakhir, memang ada sejumlah pedagang makanan dan minuman yang membuka lapak di jalur pendakian Gede Pangrango. Selain di Kandang Badak, mereka ada di Puncak Gede.

Di Jalur Gunung Putri lebih banyak lagi. Pedagang mendirikan lapak di Shelter Buntut Lutung, Simpang Maleber, dan Alun-Alun Surya Kencana Timur. Tapi, mereka hanya ada di akhir pekan saat ramai pendaki.

Dari Kandang Badak, waktu tempuh berkisar dua jam. Meski jalurnya terjal, buat pendaki yang kelak turun gunung lewat Jalur Cibodas lagi, perjalanan kali ini lebih ringan.

Sebab, mereka tidak perlu lagi membawa ransel ke puncak. Cukup tas kecil untuk bekal makanan ringan dan minuman. Selebihnya bisa ditinggal di Kandang Badak.

Kecuali, pendaki mengambil jalur lintas alias naik lewat Jalur Cibodas dan turun melalui Jalur Gunung Putri. Tentu, mereka harus membawa semua peralatan ke Puncak Gede.

Puncak Gede jadi pilihan banyak pendaki lantaran jaraknya yang lebih singkat ketimbang Pangrango. Banyak pendaki berburu summit attack alias mengejar matahari terbit di Puncak Gede

Hanya, jalur ini memiliki jalur yang ekstrim. Namanya: Tanjakan Rante atau Setan. Jalur ini berupa tebing setinggi 30 meter dengan kemiringan nyaris 90 derajat. Untuk melalui Tanjakan Rante, pendaki bisa menapakinya dengan bantuan tambang yang menjulur.

Tapi sekarang, ada jalur alternatif untuk menghindari Tanjakan Rante. Cuma memang, sedikit memutar dan dengan jalur yang lumayan terjal.

Bagi pendaki yang mengambil rute melintas, jelas mereka bisa mendapatkan spot tambahan. Apalagi, kalau bukan Alun-Alun Surya Kencana. Di lapangan luas ini terdapat ladang bunga abadi, edelweiss.

Tertarik mendaki Gunung Gede Pangrango? Anda harus mendaftar dulu secara online melalui situs www.booking.gedepangrango.org dua bulan hingga dua hari sebelum pendakian.

Tapi, Taman Nasional Gede Pangrango membatasi jumlah pendaki. Mereka hanya membolehkan 600 pendaki per hari untuk mencumbu Gede Pangrango. Perinciannya: dari pintu Cibodas sebanyak 300 pendaki, Gunung Putri 200 pendaki, dan Selabintana 100 pendaki.

Harga tiket masuk plus asuransi untuk pendakian dua hari satu malam Rp 29.000 per orang untuk hari kerja dan Rp 34.000 per orang saat akhir pekan.

Buat yang enggak mau repot-repot membawa ransel besar dan masak, Anda bisa mengambil paket pendakian yang ditawarkan sejumlah operator pendakian. Tarifnya mulai Rp 600.000 per orang dengan jumlah minimal pendaki lima orang.

Untuk paket paling murah, Anda sudah dapat makan tiga kali, makanan ringan dan minuman, porter dan pemandu, tenda, kantong tidur, serta matras.

Hanya, pendaki tidak bisa lagi memulai pendakian saat malam hari. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango melarang pendakian malam hari. "Oksigen tipis karena rebutan dengan tumbuhan," ungkap Yudi, pendiri Gede Pangrango Operation (GPO).  

Cuma catat, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango biasanya menutup pendakian selama Januari hingga Maret.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru