Mereka berwisata ke museum di malam hari

Sabtu, 20 September 2014 | 14:14 WIB   Reporter: Asep Munazat Zatnika
Mereka berwisata ke museum di malam hari

ILUSTRASI. Dolar Australia. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo


 JAKARTA. Keberadaan museum sebagai objek wisata sejarah memiliki daya tarik tersendiri. Tak heran jika aktivitas berkunjung ke museum dianggap mengasyikkan bagi banyak orang. Namun, pertanyaannya apakah kunjungan ke museum tetap bisa menyenangkan jika dilakukan pada malam hari.

Kondisi museum yang gelap dan sepi dengan beragam barang antik peninggalan sejarah masa lampau bukanlah suasana yang disukai banyak orang.

Namun, mungkin saja sebagian dari Anda justru penasaran dan ingin memperoleh gambaran suasana seperti apa yang dihadirkan museum ketika malam hari.  

Sensasi berwisata di malam hari inilah yang kerap dialami oleh anggota Komunitas Night At The Museum (NATM) di Yogyakarta.  

Erwin Junaidi, satu dari lima orang pendiri Komunitas NATM mengatakan,  komunitas ini dibentuk untuk memfasilitasi mereka yang sibuk di siang hari sehingga tak dapat mengunjungi museum. Sejak dibentuk di  2012, komunitas ini telah melakukan kunjungan sebanyak 20 kali.  

Ada tiga museum yang rutin dikunjungi Komunitas NATM ini, yaitu Museum Benteng Vredeburg, Museum Sandi, dan Museum Anak Kolong yang seluruhnya berada di Yogyakarta.  

Salah satu kendala yang dihadapi komunitas ini untuk bisa mengunjungi banyak museum adalah masalah izin. Seperti lazimnya kebanyakan museum di Indonesia,  jam operasional museum tak pernah diberlakukan pada malam hari. Alhasil, perlu izin khusus dari pihak pengelola, jika komunitas ini ingin menikmati suasana museum yang berbeda pada malam hari.  

Anggapan mistis  
Untuk mengikuti kegiatan komunitas ini, peserta dapat memantau informasinya melalui sosial media. Dengan kuota yang terbatas, peminat akan diseleksi. "Kebanyakan peserta merupakan mahasiswa, tetapi tidak sedikit juga yang membawa keluarga," kata Erwin.

Kunjungan mereka biasanya dimulai pada pukul 18.00 WIB. Peserta yang sudah berkumpul untuk mengikuti wisata museum ini akan dibekali informasi seputar museum yang akan dikunjungi.   

Erwin bilang, di setiap kunjungan ke sebuah museum, Komunitas NATM harus mendapat pendampingan dari yang merupakan pengelola museum ini. Peran pemandu ini penting untuk menjelaskan secara detail daya tarik museum tersebut.

Setelah puas berkeliling, komunitas NATM selalu menyempatkan diri untuk makan malam bersama sambil melakukan diskusi tentang hasil kunjungan tersebut. "Langkah ini bermanfaat untuk berbagi pengalaman dan wawasan," ujarnya.

Erwin tak menampik bahwa banyak anggapan miring ketika pertama kali memulai tur ke museum malam hari ini. Tak sedikit peserta yang menilai kunjungan ini bersifat mistis. Namun, komunitas NATM berupaya keras untuk menghindari anggapan mistis yang kental dengan nilai misteri.

Di  setiap kunjungan, komunitas ini membebankan tarif sebesar Rp 25.000 per orang kepada para peserta. Biaya ini untuk menutup kebutuhan tiket masuk, konsumsi, serta cenderamata. Anda mau ikut?     

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru