Peran sponsor di pemilihan duta wisata (2)

Senin, 27 Mei 2013 | 12:53 WIB   Reporter: Oginawa R Prayogo
Peran sponsor di pemilihan duta wisata (2)

ILUSTRASI. Menimbang prospek kinerja keuangan dan saham PT Bekasi Fajar Industrial Estate (BEST) di tengah proyeksi pemulihan ekonomi. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


JAKARTA. Cerita event duta wisata daerah diikuti peserta dari daerah lain bukanlah isapan jempol belaka. Bahkan untuk event duta wisata yang dilakukan di daerah tertentu, menjadi rebutan dari peserta yang berdatangan dari daerah lain.

Berbagai macam cara dilakukan peserta luar daerah agar bisa ikut pemilihan duta wisata di daerah tertentu, salah satunya dengan membuat Kartu tanda Penduduk (KTP) di daerah pemilihan. Cara ini dilakukan Devi Andhita, alumnus London School Public Relation, Jakarta.

Walaupun tercatat sebagai warga DKI Jakarta, namun Devi rela bikin KTP daerah lain agar bisa terdaftar sebagai peserta pemilihan Abang – Mpok, Bekasi. "KTP saya Jakarta Timur, tetapi saat kompetisi saya bikin KTP Bekasi," jelas Devi.

Sama halnya dengan Aninda Sekar Putri, peserta Miss Indonesia 2009 mewakili Sulawesi Tenggara yang mengakui banyak peserta pemilihan duta wisata berasal dari daerah lain, termasuk dirinya.

Kondisi serupa diakui Dita Dea Desita, mahasiswa semester 8 Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Walaupun dirinya memiliki KTP Bekasi, namun bukan halangan baginya ikut kompetisi Abang-None di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Tak hanya itu, ajang duta wisata menjadi sarana penitipan dari pihak sponsor atau dari pihak yang berpengaruh dari daerah tersebut. Seperti yang dituturkan oleh Devi, yang mengaku sudah pengalaman ikut kompetisi duta wisata ke banyak daerah.

Mengenai peserta titipan itu mendapat tanggapan dari PT Martina Berto Tbk (MBTO), yang merupakan sponsor pemilihan duta wisata, khususnya pemilihan Miss Indonesia. Samuel Pranata, Direktur Marketing PT Martina Berto Tbk (MBTO) mengakui adanya peserta 'cabutan' atau yang tak sesuai dengan daerah asal yang diwakilinya.

"Ya kadang ada peserta ‘cabutan’, yang tidak sesuai daerah yang diwakilinya. Tapi diusahakan dicari yang memiliki keluarga yang terkait daerah tersebut," ujar Samuel Pranata, Direktur Marketing MBTO kepada KONTAN beberapa waktu lalu.

Menurut Samuel, peserta 'cabutan' dilakukan karena tidak adanya calon peserta dari daerah asal yang sesuai kriteria yang disyaratkan panitia . "Audisi di daerah setempat selalu ada tapi kadang tidak sesuai kriterianya," jelas Samuel.

Samuel bilang, saat seleksi, peserta ajang yang dicari panitia adalah yang memiliki sikap (attitude) dan karakteristik dari masing-masing calon peserta. Meski ada peserta 'cabutan', Samuel mengakui, sejauh ini penyelenggaraan ajang Miss Indonesia sudah profesional dan berjalan baik.

Dia membantah jika pihaknya melakukan intervensi menentukan pemenang kepada panitia penyelenggara. Menurutnya, pihaknya hanya menentukan satu kategori jenis pemenang, seperti kulit tercantik. "Penilaian (kulit cantik) itu secara profesional," jelasnya.

Dalam acara Miss Indonesia, pihaknya mengaku selalu mensponsori penuh alat make-up dari para peserta, pembekalan materi, dan juga uang tunai. "Kontraknya tiap tahun, nilai kontraknya sekitar Rp 5 miliar," jelasnya. (Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri

Terbaru