Sate has dalam pun tersedia

Selasa, 23 September 2014 | 12:26 WIB   Reporter: Surtan PH Siahaan
Sate has dalam pun tersedia

ILUSTRASI. Makna Jumat Agung bagi umat Kristiani adalah sebagai hari kesedihan, penebusan dosa, dan puasa.


JAKARTA. Satu lagi tawaran sate kambing nan lezat datang dari sebuah kedai di Jakarta. Namanya: sate Kambing Palmerah kim tek. Eh, mungkin Anda bertanya-tanya, kok, namanya tidak seperti nama kedai sate kambing kebanyakan?

Biasanya warung sate di Jakarta memasang merek dengan embel-embel bang, pak, atau haji. Kedai ini malah memakai nama Tionghoa? Rupanya, kedai yang berlokasi di Jalan Panjang Nomor 8A Kebon Jeruk, Jakarta Barat, ini memang milik seorang keturunan Tionghoa, Tan kim tek.

Adapun kata Palmerah dipakai lantaran kedai yang buka sejak 1970-an ini semula berlokasi di Palmerah, Jakarta Selatan. Untuk mempertahankan keasliannya, Kristin cucu kim tek dan sang suami Yonatan Senduk, yang kini mengelola sate Kambing Palmerah kimtek, tetap mempertahankan konsep kedai yang sederhana: bangunan semi permanen dengan tirai bambu. 

Di dalam kedai ini terdapat 10 meja yang bisa menampung 35 hingga 40 pengunjung. "Pelanggan minta warung kami jangan ber-AC agar sate yang terhidang tak cepat dingin," kata Yonatan.

Jika Anda hendak menjajal kelezatan kedai ini, sebaiknya jangan datang di malam hari, apalagi pas jam makan malam. Kedai yang buka mulai jam sebelas siang hingga setengah sepuluh malam ini bakal penuh sesak. Telat datang, Anda mesti antre agar bisa mendapatkan tempat duduk.

Saking banyaknya pembeli yang datang, pada hari biasa, kedai ini bisa memotong lima kambing sebagai bahan baku sate. Sementara pada akhir pekan, kambing yang disembelih bertambah menjadi tujuh ekor.

Tampilan sate kambing racikan kim tek sendiri tidak begitu istimewa. Malah, potongan daging kambing di tusukan sate terbilang kecil dibanding dengan sate kambing kebanyakan yang berbentuk dadu besar. 

Sudah begitu, setiap tusuk sate di kedai ini hanya berisi daging, tanpa sedikit lemak. Warna daging yang terbakar juga cokelat merata, pertanda daging matang merata dan sempurna.

Benar saja, begitu sepotong daging sate masuk mulut, rasanya cukup kering tanpa terasa minyak berlebihan yang biasa muncul pada sate berlemak. Dagingnya juga tidak alot. Saking empuknya, daging sate langsung menyerah saat dikunyah.

Daging sate di kedai ini memang paling empuk dan tidak berbau. "Mereka yang bukan penggemar kambing pun biasanya suka kalau makan di sini," ungkap Dudi, seorang pelanggan kedai ini yang tinggal di Jakarta Barat.

Memang, bau perengus khas daging kambing tidak muncul dari sate di kedai ini. Aroma si sate justru terasa segar ketika irisan bawang merah yang tercampur dalam bumbu kecap meletus saat dikunyah.

Kalau mau daging yang benar-benar spesial, Anda bisa memesan sate has dalam. Ini adalah sebutan bagi daging yang berada di lapisan dalam kambing. Kualitasnya lebih bagus.

Kecap yang membalut daging juga patut diacungi jempol. Rupanya kim tek meracik ulang kecapnya. 

Meski berwarna hitam dan kental, rasanya tidak kelewat manis, justru gurih. Kombinasi sate dan kecap olahan kim tek terasa serasi. Apalagi, begitu potongan cabai menimbrung di tengah kunyahan, lidah Anda dijamin bergoyang senang. Tapi, kalau tak suka bumbu kecap, Anda bisa pesan bumbu kacang.

Kipas anyaman bambu

Yonatan tak enggan berbagi rahasia. Menurut dia, kelezatan resep sate sang kakek berasal dari kecap, bahan baku, dan cara mengolahnya. Soal kecap, misalnya, kim tek membedakan kecap yang dipakai sebagai bumbu sate saat pembakaran dan kecap untuk membaluri sate yang siap dihidangkan.

Sejak lama kim tek menggunakan kecap cap Tujuh untuk sate yang telah matang. Yonatan juga menjelaskan bahwa kedainya tidak pernah memakai daging yang dibeli dari pasar, melainkan memotong kambing hidup yang didapat dari pemasok khusus.

Kambingnya harus kambing jawa. Jenis ini dipilih karena minyaknya tidak banyak serta tidak terlalu berbau perengus seperti kambing garut. Kambingnya juga harus kambing muda berumur di bawah setahun.

Untuk membakar sate, kedai ini hanya menggunakan arang batok. kim tek juga masih memakai kipas anyaman bambu untuk mengipasi bara. Cara itu yang bikin sate matang merata,  ujar Yonatan. Oh, iya, jangan dulu melahap habis sate Anda sebelum mencicipi acar khas bikinan kim tek. 

Isinya, sih, sederhana, berupa rajangan timun dan kol. Namun, keistimewaan acar di sini adalah kuah kemerahan yang menggenang di dasar piring. Rasanya yang agak pedas dan asam mirip asinan. Tak pelak, kuah acar meninggalkan sensasi segar. Saking enaknya, banyak pelanggan yang datang untuk membeli acar dalam jumlah yang banyak.

Selain sate, kedai ini juga menawarkan sop kambing yang nikmat. Sop kambing racikan kim tek berkuah bening. Selain daging, wortel dan kentang yang menjadi isian kuah disajikan dalam bentuk nyaris utuh. kim tek juga menambahkan potongan kubis yang jarang ada dalam sop kambing.

Kuah sop kambing yang bening sungguh gurih di lidah. Rasa pedas nan hangat muncul dari aneka rempah yang menjadi bumbunya. Sudah barang tentu daging kambing yang berenang dalam kuah sop menjadi penarik perhatian nan utama. Dagingnya sangat lembut dan empuk.

Saat memesan sop, jangan ragu meminta bagian iga. Tulang iga kambing begitu mudah terlepas saat Anda hendak menyantap dagingnya. Kalau telaten, Anda juga bisa menyedot sumsum yang masih menempel dalam tulang. Bumbu yang terjebak dalam tulang membuat rasa sumsum menjadi gurih.

Untuk menikmati seporsi sate, Anda memang harus merogoh kocek lebih dalam dari kebanyakan sate. Setusuk sate berharga Rp 3.800. Adapun harga setusuk sate kambing daging has dalam Rp 8.000. Anda juga bisa memesan sate buntut. Harganya Rp 30.000 per tusuk. Sate buntut ini jarang tersedia di kedai sate yang lain. tekstur dagingnya memang lebih liat, tapi rasanya lebih gurih.

Kalau terpikat pada sopnya, Anda harus siap sedia membayar Rp 35.000 demi mendapatkan semangkuk. Mahal? Coba saja buktikan, sepadan tidak dengan kelezatannya?

- Sate Kambing Palmerah kim tek Jl. Panjang No. 8A Kebon Jeruk, Jakarta  

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru