Tempat wisata yang pas dengan tahun monyet

Selasa, 09 Februari 2016 | 10:23 WIB Sumber: Kompas.com
Tempat wisata yang pas dengan tahun monyet


Jakarta. Indonesia punya banyak tempat wisata yang berkaitan dengan monyet.

Nah, berhubung tahun ini adalah tahun monyet menurut penanggalan China.

Tidak ada salahnya jika kita piknik-pikni ke tempat wisata serba monyet.

1. Tanjung Puting, Kalimantan Tengah

Taman Nasional Tanjung Puting berlokasi di Kecamatan Kumai, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat.

Taman Nasional (TN) ini merupakan konservasi orangutan terbesar di dunia.

Populasinya diperkirakan 30.000 sampai 40.000 orangutan yang tersebar di taman nasional dan juga di luar taman nasional ini.

Di TN Tanjung Puting ini pengunjung dapat melihat habitat alami orangutan secara langsung dan melihat kehidupan mereka di alam liar.

Hutan ini merupakan rumah bagi delapan jenis primata.

Termasuk monyet yang memiliki hidung panjang atau bekantan (Nasalis larvatus), yang biasa disebut monyet Belanda oleh warga sekitar, karena hidungnya yang panjang.

Wisatawan yang berkunjung ke sini umumnya wisatawan mancanegara.

Oleh karena itu pelayanan di sini terbiasa melayani orang asing. Tidak heran banyak pengelolanya yang pandai berbahasa asing.

Untuk menuju ke sini, Anda harus melewati jalur laut, menuju Pelabuhan Kumai.

Dari Pelabuhan Kumai, Anda akan diantar menggunakan speedboat menuju Tanjung Puting.

Jika ingin lebih santai menikmati alam dan tentunya lebih ekonomis, dapat menaiki kapal klotok.

Dengan sepeedboat yang berkapasitas enam orang, perjalanan menuju Tanjung Puting ditempuh sekitar 1,5 jam.

Jika menggunakan kapal klotok atau perahu tradisional bermotor yang digunakan di sungai-sungai di Kalimantan, akan menempuh 3-4 jam perjalanan.

2. Alas Kedaton, Tabanan, Bali

Alas Kedaton merupakan kawasan hutan lindung seluas 12 hekter.

Terdapat pura yang "dijaga" monyet jinak di dalamnya.

Alas Kedaton berada di Jalan Raya Alas Kedaton Kukuh, Tabanan, Bali.

Jika Anda berangkat dari kawasan pantai Kuta, maka akan memerlukan waktu satu jam-an dalam keadaan jalan lengang.

Kera yang terdapat di obyek wisata ini sudah terbiasa melihat manusia.

Monyet-monyet ini yang akan menyambut Anda sejak di pintu gerbang.

Walaupun jinak, Anda harus tetap waspada dengan tingkah laku jahilnya di alam liar.

Anda dapat menyempatkan membawa kacang-kacangan atau pisang untuk diberikan kepada kera.

Uniknya, terdapat lahan yang ditumbuhi rumput-rumput kecil, padahal di sekitarnya banyak ditumbuhi pepohonan.

Konon lahan tersebut merupakan kuburan monyet yang mati dan dikubur sendiri oleh kawanannya.

Lahan atau kuburan tersebut telah ada sebelum kawasan wisata ini dibangun.

Menurut warga adat sekitar, ini berkaitan dengan kisah mistis adat di sana.

Kawanan monyet tersebut akan membawa temannya yang mati dengan cara dipanggul bersama.

Tak heran jika turis atau masyarakat di sana tidak pernah melihat bangkai monyet yang mati.

Setiap ada yang mati, maka di lahan tersebut akan muncul gundukan tanah seperti kuburan.

3. Pusat Primata Schmutzer, Ragunan, Jakarta

Selain dapat melihat monyet, yang menarik di sini wisatawan bisa melihat berbagai macam hewan primata, seperti bekantan, owa jawa, siamang, lutung, sampai gorila.

Dengan konsep open zoo atau kebun binatang terbuka, tempat ini dibuat semirip mungkin, sehingga Anda serasa berada di habitatnya.

Pusat perimata ini berada di dalam kawasan Taman Margasatwa Ragunan di Jalan R. M. Harsono, Ragunan, Jakarta Selatan.

Kebun seluas 140 hektar ini mengoleksi sekitar 295 spesies dan 4.040 spesimen, termasuk di antaranya berbagai macam primata.

Sesuai namanya Pusat Primata ini didirikan atas ide Pauline Antoinette Schmutzer-versteegh.

Schmutzer adalah seorang pecinta primata dan berinisiatif untuk mendirikan Pusat Primata Schmutzer sebagai pusat penangkaran primata terbesar di Jakarta.

Hingga pada akhirnya tempat ini diresmikan sebagai pusat penangkaran sekaligus obyek wisata pada tanggal 20 Agustus 2002.

Untuk masuk, Anda harus membeli tiket seharga Rp 6.000 untuk hari Selasa-Jumat dan Rp. 7.500 pada hari Sabtu-Minggu dan hari libur nasional.

Salah satu momen yang ditunggu-tunggu pengunjung ialah ketika penjaga memberi makan gorila, atau biasa disebut feeding time.

Anda dapat menyaksikannya dari mulai penjaga meracik makanan samapai memberinya hanya di jam-jam tertentu. Yaitu pada pukul 09.00 WIB, 12.00 WIB, dan 15.00 WIB.

Banjarmasin Post/Kaspul Anwar Bekantan, monyet berhidung panjang asli Pulau Bakut di Kalimantan Selatan.

4. Pulau Bakut, Kalimantan Selatan

Jika Anda penasaran dan ingin melihat primata asli Indonesia yaitu Bekantan, maka kunjungi Pulau Kalimantan.

Salah satunya berlokasi di Pulau Bakut yang berada di Kabupaten Baritokuala, Kalimantan Selatan.

Pulau ini berada di bawah Jembatan Barito. Pulau Bakut yang biasa disebut pulau bekantan, merupakan hutan lindung yang ditumbuhi tanaman liat, habitat asli para bekantan itu tinggal.

Waktu terbaik untuk melihat bekantan di sini ialah ketika cuaca cerah.

Maka Anda akan disuguhkan dengan pemandangan bekantan yang lucu bergelantungan di atas pohon menyambut Anda.

Untuk melihat maskot warga kalimantan tersebut Anda dapat menggunakan perahu motor atau keloto dari Banjarmasin.

Mengarungi sungai Barito, Anda akan disuguhkan alam khas Kalimantan.

Mendekati Pulau Bakut yang berada di perairan Sungai Barito, akan tampak kapal-kapal tongkang pengangkut batu bara.

Selain melihat bekantan, di pulai ini sudah banyak variasi wisata yang bisa Anda nikmati, seperti menanam mangrove dan bisa melepas hewan-hewan seperti kura-kura dan dan burung ke habitat aslinya.

5. Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki

Pusat Penyelamatan Hewan (PPS) Tasikoki merupakan kawasan tempat rehabilitasi satwa, salah satunya primata seperti monyet dan orang utan.

Tempat ini terletak di Jalan Raya Merah Kema-Bitung, Desa Watudambo, Kecamatan Kauditan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Satwa-satwa yang berada di Tasikoki merupakan hasil sitaan dari perdagangan dan kepemilikan ilegal satwa dilindungi di kawasan Sulawesi Utara dan sekitarnya.

Untuk mengunjunginya Anda perlu mengajukan permohonan terlebih dahulu ke Tasikoki.

Hal ini agar tidak sembarang pengunjung yang bisa masuk.

Di area yang terjaga ini, terdapat pula Education Centre yaitu kelompok pengunjung akan menerima materi mengenai satwa dan lingkungannya.

Pengunjung yang datang di Tasikoki dapat melihat beberapa satwa liar dan terancam punah yang tidak ada di Sulawesi seperti beruang madu, orangutan, kasuari, beberapa jenis kera dan lainnya.

Di dalam wisata edukatif ini terdapat pula berbagai satwa endemik Sulawesi seperti berbagai jenis burung yang dilindungi, tarsius, monyet hitam sulawesi, babi rusa dan sebagainya.

Wisatawan akan dijelaskan oleh para pemandu tentang hewan-hewan langka tersebut.

Untuk menuju ke sana Anda dapat menempuh perjalanan dari Manado, Tasikoki dapat ditempuh dengan kendaraan sekitar satu jam ke arah Kema.

Tidak tersedia angkutan umum menuju ke lokasi Tasikoki. Pengunjung bisa menyewa mobil dari Manado atau naik ojek dari Kema.

(Muhammad Irzal A)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto

Terbaru