Frederik Rasali: Tertarik investasi sejak SMP

Sabtu, 29 Oktober 2016 | 11:36 WIB   Reporter: Dityasa H Forddanta
Frederik Rasali: Tertarik investasi sejak SMP


JAKARTA. Sebagai analis pasar modal, pengetahuan Frederik Rasali pada instrumen investasi tergolong dalam. Apalagi Frederik memang sudah mulai tertarik memutar dana miliknya sejak usia dini.

Ya, ketika masih menempuh jenjang sekolah menengah pertama (SMP), Frederik sudah mulai coba-coba menginvestasikan seluruh tabungannya. Instrumen pilihannya adalah saat itu terbilang unik, yakni permainan kartu dan gim komputer yang sedang jadi tren di sekolahnya.

Frederik mulai memutar duit tabungan sejak saat masih berusia muda bukan tanpa alasan. Kala itu, Frederik terpengaruh beberapa profil orang sukses yang ia baca. Tidak ada orang sukses yang profilnya ia baca menjadi kaya dan sukses dari deposito bank.

Hal ini juga yang membuat Direktur Investasi Jaringan Investasi Indonesia ini memilih jurusan ekonomi ketika kuliah. Setelah tahu seluk beluk investasi, pria kelahiran Semarang ini makin tertarik berinvestasi di saham.

Menurut dia, 10 orang terkaya yang ia baca profilnya, rata-rata melakukan investasi di saham, walaupun masing-masing mereka memiliki cara unik untuk menjadi sukses. "Tapi saya melihat ada sebuah pola dari investasi mereka," ujar Frederik.

Tapi cerita Frederik tak seindah dongeng yang selalu happy ending. Saat memulai investasi, ia justru merasakan ganasnya produk investasi. Saat itu, investasinya sempat merugi. "Pas awal belajar saham saya masuk ke beberapa investasi yang memberikan janji keuntungan, ternyata hasilnya too good to be true," kenang dia. Tapi itu malah membuatnya bekerja lebih keras dan belajar dari orang-orang sukses lainnya.

Karena masih muda, Frederik cenderung melirik instrumen investasi yang agresif. Bahkan hampir separuh dari investasinya ditempatkan pada saham di perusahaan publik ataupun private equity.

Sementara sisanya, ia tempatkan di tabungan dan deposito yang masih memberikan imbal hasil, walaupun mini. Frederik mengaku masih enggan berinvestasi di properti.

Alasannya, pria kelahiran tahun 1989 ini masih berinvestasi untuk dirinya sendiri. Tapi, di tengah tren suku bunga rendah ini, Frederik pun mulai tertarik pada investasi properti. "Tapi saya masih belum menentukan di mana, apalagi kini harga properti masih tinggi," ujarnya.

Bangun perusahaan

Terus belajar dari kisah para orang sukses di Tanah Air jadi salah satu strategi Frederik dalam berinvestasi. Kini, selain menjadi analis pasar modal, ia pun mengembangkan perusahaan ventura bernama PT Jaringan Investasi Indonesia (Jarvis).

Tahun ini perusahaan tersebut mulai beroperasi. Frederik memilih membangun perusahaan sebagai salah satu investasinya dalam jangka panjang. Ia beralasan, Jarvis dapat memberikan solusi bagi start up company dan juga investor. Salah satu fokusnya adalah menciptakan entrepreneur baru yang dapat mengembangkan bisnis di skala nasional dan internasional.

Memang, menjalankan kendali langsung atas sebuah perusahaan tak mudah. Menurut Frederik, kesulitannya tak hanya dari sisi materi, tapi juga waktu.

Terlebih sebagai perusahaan anyar, cukup sulit mengembangkan brand baru. Tapi menurutnya Jarvis berbeda dengan perusahaan ventura lainnya.

Salah satu keunikan Jarvis adalah ventura ini lebih banyak melakukan pendekatan ke komunitas bisnis di kampus. "Sebenarnya, kami juga terbuka untuk bisnis seperti manufaktur, tetapi kembali kriteria kami salah satunya adalah harus membuat impact yang luas," tambah dia.

Sejauh ini, Jarvis telah kerjasama dengan tiga universitas. Ada satu universitas lagi yang sedang dijajaki.                                

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru