Ini Olahraga, Bukan Hiburan Semata

Sabtu, 12 September 2009 | 00:10 WIB   Reporter: Dessy Rosalina

h090813_19_cheerGERAK lincah tangan, kaki, dan seluruh tubuh merupakan permainan utama dalam cheerleders. Dalam hitungan detik, mereka bisa melakukan lebih dari satu gerakan sekaligus. Sebagai puncaknya, mereka membentuk formasi bertingkat dengan tawa yang tetap tersungging. Di Hall Gulat, Pintu IV Gelora Bung Karno, Anda bisa menyaksikan aksi para pemandu sorak ini setiap hari Sabtu dan Minggu. Kedua hari ini merupakan jadwal rutin latihan komunitas pecinta cheerleading. Tapi, jangan kecewa kalau Anda tak melihat sekumpulan wanita dengan rok mini dalam latihan ini. "Di sini, setengah dari cheerleaders adalah pria," ujar Oki Trihartomo, Presiden Indonesian Cheerleading Community (ICC). ICC berdiri sejak Februari 2005 silam. Komunitas ini bermula dari sebuah website yang dibuat Oki. "Karena waktu itu belum ada komunitas yang menyatukan cheerleader di Indonesia, maka saya bikin website tentang cheerleading," tutur Oki yang sehari-hari merupakan desainer web. Situs buatan Oki itulah yang mempertemukan enam pelatih kegiatan cheerleading. Pertemuan yang semula hanya berlangsung di dunia maya, lantas berlanjut menjadi pertemuan antar muka alias kopi darat. Setelah menggelar beberapa kali pertemuan, para pelatih yang sekaligus penggemar cheerleading itu sepakat membentuk komunitas."Melalui komunitas ini, kami ingin mengenalkan cheerleading sebagai olahraga. Bukan aksi hiburan yang menampilkan perempuan saja," kata Ami Sulistiyo, salah satu pendiri ICC. Setahun kemudian, pada Agustus 2006, ICC pun bergabung dengan International Federation of Cheerleading (IFC), organisasi cheerleading tingkat dunia. "IFC yang menawarkan keanggotaannya kepada kami," ujar Oki. Dua kejuaraan Setelah bergabung dengan IFC, menurut Oki, komunitas ini memperoleh banyak keuntungan. "Kami bisa belajar teknik-teknik cheerleading yang benar," kata Oki. Jumlah anggota komunitas cheerleader ini pun berkembang pesat. Menginjak tahun keempat sejak pendiriannya, ICC memiliki tak kurang dari 2.000 anggota. Para anggota itu tak cuma berasal dari Jakarta, tetapi juga dari kotakota besar lain, seperti Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar. h090813_19_cheerleader1Yang unik, rentang usia para anggota cukup lebar. Oki bilang, anggota ICC mulai dari anak sekolah hingga mereka yang berumur 30 tahunan. Anda mungkin juga tak menyangka, kalau sebagian anggota ICC adalah kaum adam. "Sekitar 50% anggota kami laki-laki," kata Oki. Tapi pada tingkat usia remaja, Oki bilang, mayoritas anggota memang perempuan. Dengan banyaknya anggota laki-laki, komunitas ini ingin membuka wawasan bahwa cheerleading bukan olahraga perempuan saja. Ketika pertama kali populer di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19, cheerleading justru dibatasi untuk kaum adam saja. Alasannya, olahraga ini dinilai terlalu berbahaya bagi perempuan. Kini, kegiatan ICC tak hanya menggelar latihan secara rutin di hall gulat Gelora Senayan. Setiap tahun, komunitas ini juga menggelar dua kejuaraan cheerleader, yakni ICC Cup dan National Cheerleader Championship (NCC). Sampai saat ini, NCC telah berlangsung dua kali, masingmasing pada 2008 dan 2009. Sesuai namanya, kompetisi cheeleader ini diikuti peserta dari seluruh Indonesia. Biar peserta lebih bersemangat, penyelenggara mendatangkan juri dari manca negara, seperti Singapura, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Jepang. ICC juga kerap menggelar aksi cheerleading di sejumlah kota diIndonesia. Pada kegiatan tersebut, biasanya ICC mengadakan program sertifi kasi pelatih cheerleading. Kini, ICC pun tengah aktif melobi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), demi mewujudkan cheerleading sebagai salah satu cabang olahraga.

Jadi Ikon Komunitas DALAM mewujudkan misi menjadi komunitas yang mempopulerkan dunia cheerleading yang sesungguhnya, International Cheerleading Community (ICC) membentuk ICC All Star pada September 2006. "ICC All Star menjadi prototipe tim cheerleader yang baik dan benar," ujar Oki Trihartomo, Presiden ICC. ICC All Star juga mengemban peran sebagai ikon komunitas cheerleader. ICC All Star akan menyebarkan penggunaan teknik cheerleading yang aman dan sesuai dengan prosedur internasional. Ami Sulistyo, Education and Development Director ICC, menilai, banyak orang yang melakukan gerakan cheerleading hanya dengan tujuan menarik perhatian. Hanya sedikit yang mengetahui ada standar baku tentang cheerleading. "Ambil contoh, formasi piramid. Ada ketentuan mengenai batas ketinggian piramid yang disesuaikan dengan umur cheerleader," ujar Ami. Ia menyebutkan, formasi piramid yang aman bagi cheerleader yang masih berstatus siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) maksimal tiga  lapis. Sedang ketinggian yang aman adalah dua setengah dari tinggi seseorang. ICC All Stars telah mengikuti kompetisi bertaraf internasional sebanyak tiga kali. Kejuaraan terakhir yang mereka ikuti adalah The 3rd Cheereading Asia Internasional Open Championship di Tokyo, Jepang. "Sebenarnya masih banyak juga kejuaraan cheerleader lainnya. Namun, kami tak memiliki sponsor untuk mengikuti kejuaraan yang berlangsung di Eropa," ujar Oki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test
Terbaru