21 Tokoh Bicara Soal Mimpi Tentang Indonesia di 100 Tahun Kemerdekaan RI

Rabu, 26 Juli 2023 | 06:14 WIB   Reporter: Ratih Waseso
21 Tokoh Bicara Soal Mimpi Tentang Indonesia di 100 Tahun Kemerdekaan RI

ILUSTRASI. Mimpi Tentang Indonesia: 21 Tokoh bicara tentang?100 Tahun Kemerdekaan


TOKOH - JAKARTA. Wartawan senior harian Kompas Budiman Tanuredjo membalut 21 suara tokoh mengenai harapan mereka untuk bangsa saat 100 tahun kemerdekaan Indonesia dalam satu buku berjudul 'Mimpi Tentang Indonesia'.

Harapan-harapan perbaikan bagi Indonesia tersebut berangkat dari problematika bangsa saat ini yang terjadi.

"Dalam buku ini mengenai mimpi soal Indonesia dan masalah Indonesia yang harus dijawab oleh siapapun yang jadi bakal calon presiden. Itu adalah PR ke depan. Panggung depan politik juga harus menjawab masalah esensi bangsa ini," kata Budiman dalam Peluncuran Buku Mimpi Tentang Indonesia di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (25/7).

Baca Juga: LPS Monas Half Marathon 2023 Usung Restart for Change, Nikmati Jakarta dengan Berlari

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara Abdullah Makhmud Hendropriyono mengatakan, mimpinya Indonesia dapat bertahan dalam kesatuan negara lebih dari 230 tahun Majapahit bertahan.

"Bertahan sebagai dalam kesatuan lebih dari 230 tahun Majapahit," kata Hendropriyono.

Pengamat Politik Sukidi mengatakan, awal reformasi dipandang begitu buruk. Namun kini apa yang dipandang buruk tersebut menjadi biasa saja saat ini. Hal tersebut kata Sukidi menjadi bukti bahwa karakter bangsa yang saat ini malah jadi melemah.

Padahal kata Dia, karakter yang kuat menjadi satu poin penting dalam mewujudkan mimpi menjadi bangsa yang besar.

"Kita harus kembali ke Pancasila. Dan karena itu karakter moral kita harus ditata karena tanpa itu pembangunan apapun impian apapun hanya sekedar ilusi tanpa ada fondasi karakter masyarakat yang baik," kata Sukidi.

Baca Juga: Upaya Kobarkan Lagi Semangat Reformasi

Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia Grace Natalie menyampaikan, problem bangsa Indonesia saat ini ialah masih adanya intoleransi di masyarakat. Bahkan di kelompok anak muda saja hingga saat ini intoleransi masih ditemui.

Poltik identitas menjadi isu yang renyah dimainkan saat masa pemilihan umum. Padahal kata Grace, para calon seharusnya lebih berkompetisi pada gagasan menyelesaikan masalah nyata yang ada di masyarakat.

Grace menyebut, permasalahan pengentasan stunting, pelayanan kesehatan hingga bagaimana mewujudkan kemampuan lulusan yang sejalan dengan kebutuhan industri jauh lebih penting.

"Ini masalah-masalah nyata yang harus di-address. Tapi kalau terus-menerus berkutat di politik identitas seperti 'pilihlah saya karena saya putra daerah atau agamanya sama'. Kapan nyampenya ke substansi? Akhirnya kita dapatnya pemimpin yang gitu-gitu aja.  Yang kemudian ketika dia menjabat tidak ada perubahan signifikan," ujar Grace.

Ia berharap, di 100 tahun kemerdekaan Indonesia atau tepatnya tahun 2045 sudah tidak lagi politik identitas hingga intoleransi di Indonesia. 100 tahun Indonesia harus memiliki generasi muda yang terbuka dengan teknologi hingga berwawasan luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru