Edukasi

Apakah Air di Dunia Bisa Habis? Ini Jawabannya

Sabtu, 16 September 2023 | 13:20 WIB Sumber: Kompas.com
Apakah Air di Dunia Bisa Habis? Ini Jawabannya

ILUSTRASI. Kekeringan melanda: Warga antri mendapatkan air bersih yang dibagikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor di Desa Sukamaju, Cibungbulang, Bogor, Kamis (3/8/203). Apakah Air di Dunia Bisa Habis?


SAINS - JAKARTA.  Dalam beberapa dekade mendatang, kelangkaan air akan menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi dunia. 

Kekurangan air bersih akan terus meningkat di seluruh dunia, dipicu oleh penggunaan yang tidak berkelanjutan, polusi, pertumbuhan populasi, dan perubahan iklim yang tidak terkendali. 

Namun bisakah dunia mencapai titik puncaknya ketika tidak ada lagi air yang tersisa? 

Air di dunia 

Dikutip dari IFL Science, Jumat (15/9/2023) jawaban singkat atas pertanyaan di atas adalah tidak. Dunia tidak akan kehabisan air. 

Tidak ada risiko kita akan kehabisan air laut asin yang menutupi 70 persen permukaan Bumi. Meski pun demikian, masalah air yang akan dihadapi dunia, terletak pada air tawar yang digunakan untuk minum, mandi dan untuk pertanian. 

Baca Juga: G20 India dan El Nino 2023

Semakin jelas bahwa air tawar tidak selalu tersedia di mana pun dan kapan pun manusia membutuhkannya. 

Persediaan air tawar yang dapat digunakan ini hanya mencakup 3 persen dari total air dunia dan sebagian besarnya tersimpan dalam es atau gletser beku. 

Perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan intensitas kekeringan, yang merupakan faktor utama krisis kelangkaan air di dunia.

Pertanian yang intensif juga menyedot air dalam jumlah yang sangat besar, dimana pertanian menyumbang hampir 70 persen dari seluruh pengambilan air. 

Dengan perkiraan peningkatan populasi dunia dalam beberapa dekade mendatang, permintaan akan makanan dan juga air juga akan meningkat. 

Krisis air di dunia 

Krisis air di dunia ini sudah terjadi pada banyak orang. Menurut perkiraan PBB pada tahun 2023, 2 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman. Jumlah tersebut setara dengan seperempat populasi dunia. 

Pada tahun 2018, Cape Town memberikan contoh nyata tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan bagi banyak kota. 

Baca Juga: Mewaspadai Darurat Sampah Makanan

 

Setelah bertahun-tahun menggunakan air yang tidak berkelanjutan, pengelolaan yang buruk, dan perubahan iklim, kota di Afrika Selatan ini diberitahu bahwa kota tersebut berpotensi kehabisan air dalam hitungan bulan. 

Di tengah peringatan bahwa keran akan benar-benar kering, warga diminta untuk mengurangi konsumsi air, mandi sebentar, tidak mencuci mobil, dan menyiram toilet sesedikit mungkin. 

Untungnya, tanggal ketika kota tersebut diperkirakan akan benar-benar kehabisan air dapat dicegah.

Kendati demikian, keadaan sulit di Cape Town dapat menjadi penanda akan terjadinya hal serupa di wilayah lain di dunia. 

Dalam penelitian terbaru, sejumlah kota besar telah diidentifikasi sebagai titik rawan kelangkaan air, termasuk London, Tokyo, Miami, dan Moskow. 

Masyarakat miskin dan negara-negara kurang kaya akan menanggung beban terbesar dari masalah ini. 

Baca Juga: Kendalikan Pencemaran & Kerusakan Lingkungan, SIG Berkolaborasi dengan Pemprov Jatim

Para peneliti mencatat, perubahan iklim dan kelangkaan air akan meningkatkan risiko konflik air, di mana negara dan kelompok berjuang untuk mendapatkan akses terhadap air. 

Demikian pula, diperkirakan 700 juta orang akan kehilangan tempat tinggal akibat kelangkaan air pada akhir dekade ini, yang akan menyebabkan perubahan besar dalam migrasi global. 

Walaupun kecil kemungkinannya kita akan mencapai titik di mana semua keran air di dunia akan mengering, permasalahan air di dunia kemungkinan besar akan semakin parah di tahun-tahun mendatang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apakah Air di Dunia Bisa Habis?"

Selanjutnya: Utang Luar Negeri Indonesia Naik 2,8% dalam Sebulan, Ini Sebabnya

Menarik Dibaca: Ingin Jalin Komunikasi Lagi dengan Teman Lama? Gunakan 5 Cara Ini Saja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Noverius Laoli

Terbaru