Asyik melahap sate di emperan pasar Mayestik

Senin, 21 Februari 2011 | 11:42 WIB   Reporter: Lamgiat Siringoringo
Asyik melahap sate  di emperan pasar Mayestik

ILUSTRASI. Aksi buruh. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/hp.


Pasar Mayestik yang ada di bilangan di Kebayoran Baru memang terkenal sebagai pusat kain. Tapi, ada baiknya Anda juga mengunjungi kedai sate ayam Haji Yanto yang berada di area pasar ini. Rasa sate ayam tanpa lemak itu benar-benar lezat.

Siapa yang tak kenal dengan sate ayam. Di seantero negeri ini, sate ayam disajikan dengan berbagai versi. Ada sate ayam ponorogo, sate ayam madura, sate ayam tegal, dan masih banyak lagi. Keberadaan penjual sate ayam pun bejibun dan gampang ditemui, mulai dari kelas gerobak dorong, mangkal di trotoar alias kelas kakilima, hingga sate ayam yang disajikan di restoran.

Kegurihan sederet potongan daging ayam yang ditusuk sebatang lidi ataupun tusuk bambu ini memang bikin ketagihan. Apalagi kalau si penjual mampu meramu bumbu spesial dengan bahan baku kacang sangrai atau goreng beserta kecap yang menjadi teman wajib si sate.

Nah, jika Anda ingin merasakan salah satu sate ayam terlezat di Jakarta ini, cobalah datang ke Kedai Sate Khas Madura Haji Yanto. Tempat mangkal sate ayam Haji Yanto ini tepat di depan toko tekstil Mumbai yang ada di dalam area Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Jika Anda datang dari arah Jalan Bumi, belokkan kendaraan Anda ke pintu utama pasar. Begitu masuk, langsung belok ke kiri. Tidak jauh dari belokan itu, sudah terlihat kepulan asap yang berasal Kedai Sate Haji Yanto. Jika Anda baru pertama kali datang ke Pasar Mayestik, jangan segan-segan untuk bertanya kepada tukang parkir atau satpam di pasar ini. Mereka pasti tahu lokasi mangkalnya sate Haji Yanto.

Tapi, kalau Anda sudah menemukan kedai itu, buang jauh-jauh harapan untuk bisa makan di tempat yang nyaman dan teduh. Karena, kedai ini sungguh sederhana dan khas kedai kakilima. Atapnya hanya tertutup terpal tak seberapa lebar. Di sekitar gerobak sate tersebar kursi-kursi plastik warna-warni. Sebagian dari kursi itu diatur berjajar di emperan toko kain.

Namun, segala kesederhanaan itu bakal terbayar lunas begitu 10 tusuk sate ayam yang berwarna kuning tua dan bermandi bumbu kacang plus taburan bawang goreng tersaji di depan Anda. “Dicampur bawang merah, bawang putih, dan kecap sebelum dibakar,” ujar Badrieawan, orang kepercayaan Haji Yanto yang sehari-hari menjadi bos di kedai ini.

Tak percaya? Ambil setusuk sate. Letakkan daging di antara gigi, tarik lidinya, kunyah pelan-pelan daging ayam nan empuk itu, dan resapi bumbunya. Wuih..., rasa lezat segera membuncah di rongga mulut Anda. Rasa sate ayam made in Haji Yanto memang top markotop.

Sate telur ayam

Sate ayam akan lebih sempurna kalau Anda mengudapnya bersama potongan-potongan lontong nan putih dan empuk. Satu hal yang penting disimak dari sate ini: potongan daging ayamnya gede-gede hampir seujung jempol tangan orang dewasa. Yang tak kalah istimewa, tidak ada campuran lemak ayam di setiap potongan daging ayam.

Tapi, kalau Anda tak puas menikmati sate ayam tanpa lemak, cobalah nikmati sedapnya sate telur ayam muda atau uritan. Telur yang masih berupa kuning telur ini ditusuk dengan sujen atau lidi yang terbuat dari bambu bersama potongan kulit ayam yang berlemak. Rasanya juga tak kalah lezat dibandingkan dengan sate ayam.

Telur muda ini terasa empuk dan tidak berbau amis. Begitu pun dengan kulit ayamnya. Kulit yang disajikan agak gosong ini justru membuat rasanya semakin sedap. Sayangnya, di kedai ini tidak tersedia banyak pilihan minuman. Di situ hanya ada minuman botol seperti teh botol dan minuman ringan lain.

Bisa jadi, karena sudah kondang, dalam sehari, kedai ini mampu menjual 7.000 tusuk sate ayam dan sate telur. Artinya, Haji Yanto bisa menghabiskan 100–125 ekor ayam. Walaupun hanya berada di emperan toko, omzetnya mungkin bisa mengalahkan restoran yang berada di pusat perbelanjaan mewah. “Sehari bisa dapat Rp 10 jutaan,” ujar Badrieawan.

Jika Anda tertarik menyambangi kedai ini, Haji Yanto sudah buka kedai sejak pukul tujuh pagi di saat Pasar Mayestik mulai ramai. Kedai ini baru tutup pukul lima sore, ketika pasar mulai sepi. “Kalau lagi ramai, jam empat sore sudah habis,” ujar Badrieawan.

Badriewan mengungkapkan, pengunjung kedainya tidak melulu pengunjung pasar. Orang kantoran yang tidak berbelanja juga sering makan di sate ayam ini. Pengunjungnya pun datang dari segala penjuru, sebutlah Bekasi, Tangerang Depok, hingga Bandung. “Ivan Gunawan dan Jamal Mirdad juga pernah datang ke sini,” ujar Badrieawan, bangga.

Soal harga, Badriewan memasang banderol yang bersahabat. Satu porsi sate ayam berisi 10 tusuk sate ia hargai Rp 15.000 saja. Sedangkan harga sate telur cukup Rp 20.000 per 10 tusuk. Sementara, satu buah lontong ia jual Rp 2.000. Jika dihitung-hitung, dengan selembar duit Rp 50.000, perut Anda sudah amat kenyang.

Sate Ayam Haji Yanto
Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test

Terbaru