Ada pemeo yang mengatakan, legenda tidak pernah mati meski jiwanya sudah tiada. Mungkin kata-kata ini tepat untuk menggambarkan kuliner legendaris yang satu ini. Namanya adalah Rumah Makan Ayam Goreng Ibu Haji. Walau sudah berumur 54 tahun, pernah hangus terbakar dalam kerusuhan Mei 1998, serta ditinggal pendirinya, kedai ini tetap berdiri dan justru semakin ramai pembeli.
Tak hanya populer di kalangan warga sekitar, sejumlah pesohor negeri ini, seperti Menteri Sekretaris Negara era Orde Baru Moerdiono hingga Menteri BUMN Kabinet Indonesia Bersatu jilid kedua Dahlan Iskan, kerap menyambangi kedai ini. Padahal, sajiannya umum, yakni ayam goreng dan sayur asem.
Nah, kalau Anda penasaran ingin menjajal kelezatan ayam gorengnya yang legendaris, kedai yang didirikan Haji Nafsiah ini terletak di Jalan Bekasi Timur Nomor 20 Jatinegara, Jakarta Timur. Letaknya persis di depan Stasiun Jatinegara. Selain makanannya lezat, kedai yang kini dikelola oleh generasi kedua ini cukup bersih.
Ruangannya memang kecil. Hanya ada lima meja kayu di lantai bawah dan enam meja kayu di lantai atas, yang bisa menampung 50 orang. Kedai ini buka dari jam sembilan pagi hingga delapan malam. Saat jam makan siang, antara pukul sebelas siang sampai tiga sore, merupakan waktu paling ramai pengunjung. Anda bisa kesulitan mendapat tempat duduk di jam-jam itu.
Sekian cerita sejarahnya, sekarang saatnya kita jajal ayam goreng yang melegenda itu. Begitu Anda pesan, ayam langsung dicemplungkan ke dalam penggorengan. Cuma butuh lima menit, ayam goreng tiba di atas meja, lengkap dengan aneka lalapan, seperti timun, daun kemangi, dan pohpohan. Ukuran ayamnya, sih, sedang. Tidak terlalu besar tapi tidak kecil juga.
Kelirnya kuning kecokelatan. Yang membuat ayam goreng racikan kedai makin istimewa adalah kehadiran sepiring kecil sambal. Di dasar piring terdapat dua jenis sambal: sambal ulek merah dan sambal kacang yang tersaput kecap manis. Mirip seperti sambal kacang yang menjadi pendamping nasi uduk khas Betawi.
Begitu Anda sobek, daging ayam kampung goreng buatan kedai ini tampak putih kekuningan. Dagingnya matang hingga ke tulang yang menggaring. Saat sesobek besar daging ayam masuk mulut, rasanya gurih dan empuk khas ayam kampung langsung pecah. Bagian kulitnya setengah kering. Alhasil, bau lemak bagian bawah kulit pun terasa wangi begitu gigi mengunyahnya. Rasa daging ayamnya memendam sari-sari bumbunya, karena sudah melewati proses ungkep dan goreng. Bahkan, ketika tulang-tulang ayam kita isap-isap dan kita keremus, rasa bumbu kuning yang dioleskan ke ayam.
Jika sudah puas dengan ayam goreng polos, coba cocolkan kesambal andalan kedai ini. Rasa sambalnya manis pedas bercampur getir kacang tanah yang digerus halus. Begitu masuk bersama ayam ke dalam mulut, aroma khas kacang tanah pun langsung mendominasi. Jika pedas menyerang, caplok saja potongan timun segar untuk mendinginkan mulut.
Menurut Yohan, pelanggan kedai yang mengganyang ayam goreng ini merasa tak lengkap tanpa memesan sayur asem. “Ini yang menambah rasa segar sekaligus membuat makanan mudah ditelan,” ujar pria yang sudah 10 tahun menjadi pelanggan kedai ini. masih terasa dengan jelas dan pekat.
Tampilan sayur asemnya, sih, biasa saja. Warna kuahnya kuning kemerahan. Isinya terdiri dari sayur, seperti kacang panjang, labu, dan melinjo, serta potongan jagung dan nangka muda. Tapi, Yohan memang tidak salah. Rasa sayur asem kedai ini memang juara. Rasanya kaya akan rempah. Asam manis sekaligus pedas. Efeknya pun sedikit galak saat di tenggorokan.
Hanya, kuahnya tetap mudah untuk Anda telan. Sayur-mayur di dalam mangkuk kecil juga masih segar dan sedikit renyah. Bagian paling enak adalah menyantap jagung matang yang terasa manis di lidah. Rasa ayam goreng dan sayur asem yang saling melengkapi menjadi sempurna oleh nasi putih bikinan kedai ini. Rasanya manis, pulen, dan wangi. Memang betul-betul enak saat disantap bersama lauk. Haji Hindun yang kini mengelola kedai tidak segan membocorkan sedikit rahasia kelezatan ayam gorengnya.
Menurut perempuan beranak tiga ini, ayam goreng akan lezat justru jika dimasak dalam jumlah besar. Walhasil, semua sari dan bumbu yang diungkep terjebak dalam daging dan tidak menguap. “Itu yang bikin gurihnya kerasa,” ungkap dia.
Sekali masak, Hindun bisa memasukkan hingga 100 potong ayam. Dia pun menggunakan ketel besar untuk mengolah potongan ayam tersebut. Sayang, soal rahasia sambal kacang, Hindun enggan berbagi. Ia hanya bilang, ide sambal kacang diperoleh dari pelanggan keturunan Tionghoa yang dulu kerap mampir ke kedai semasa sang ibu masih hidup. Lalu, kenapa nasinya bisa manis, pulen, dan wangi Wanita asli Jatinegara ini menjelaskan, sejak dulu hingga sekarang dia anti menggunakan penanak nasi modern.
Meski boros, Hindun setia dengan dandang tradisional. Mengukus nasi memakai dandang membuat nasi lebih pulen dan sehat. Ia bahkan mendatangkan dandang khusus dari Bogor, Jawa Barat. Tapi, kedai tidak melanjutkan tradisi memasak menggunakan kayu bakar. Alasannya, banyak tetangga yang protes oleh asap buangan kayu bakar. Sekarang pakai gas,” kata Hindun.
Untuk urusan bayar-membayar, harga makanan di kedai ini tidak bikin kantong Anda jebol, kok. Sepotong ayam goreng, harganya Rp 15.000. Seporsi sayur asem dibanderol dengan harga Rp 6.000. Begitu juga harga sepiring nasi Rp 6.000. Kalau Anda mau tambah tahu dan tempe, cukup merogoh kocek Rp 3.000 per potong. Guna menyegarkan tenggorokan, Anda bisa pesan segelas es teh seharga Rp 3.000.
RM Ayam Goreng Ibu Haji Jl. Bekasi Timur No. 20 Jatinegara, Jakarta Timur
Telp. 02185903488
Koordinat GPS: S6021.5492’ - E106 087.0813’
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News