Berharap yang lain meniru Nokia dan BlackBerry

Rabu, 14 Desember 2011 | 10:07 WIB Sumber: Harian KONTAN, 14 Desember 2011
Berharap yang lain meniru Nokia dan BlackBerry

ILUSTRASI. Petugas memperlihatkan vaksin Covid-19 saat pelaksanaan vaksinasi perdana di Indonesia, 13 Januari 2021.


Kelebihan telepon seluler (ponsel) pintar tidak sebatas menjadi gadget serupa PC dalam bentuk mini, tapi juga kemampuannya mengakses berbagai aplikasi tambahan demi optimalisasi fungsi ponsel. Namun, tidak 100% dagangan di toko aplikasi populer bisa dengan gampang diakses oleh pemakai ponsel pintar (smartphone) di tanah air.

Paling tidak kini ada lima toko aplikasi populer di dunia. Mereka adalah Apple App Store, Android Market, BlackBerry App World, Nokia Ovi Store, dan Windows Marketplace.

Dari kelima pasar software itu, hanya Ovi Store milik Nokia yang menyediakan sarana pembelian aplikasi lewat pemotongan pulsa. Nokia telah bekerja sama dengan Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat. Sedangkan BlackBerry App World untuk sementara ini baru bisa diakses oleh pelanggan Indosat.

Tiga toko aplikasi lainnya, hingga kini belum bersedia menerapkan cara serupa. Padahal, Apple, Google Android, dan Microsoft punya basis pelanggan yang tidak sedikit di Indonesia.

Tengok saja, Google hanya membolehkan pengguna Android membeli aplikasi berbayar di Android Market dengan kartu kredit atau Google Checkout. Padahal banyak aplikasi dan penawaran menarik yang semestinya bisa dimanfaatkan oleh pengguna Android di Indonesia.

Contohnya, awal bulan ini Android Market mencatatkan pengunduhan aplikasi yang ke-10 miliar. Untuk merayakannya, selama 10 hari sejak 6 Desember hingga 16 Desember 2011, Google bekerja sama dengan pengembang memberikan potongan harga bagi pengunduh aplikasi berbayar tertentu.

Beberapa aplikasi yang ikut dalam program itu, antara lain Asphalt 6 HD, Beautiful Widget, Endomondo Sports Tracker Pro, Minecraft, Soundhound Infinity, Swiftkey X, dan Sim City Deluxe. Harga semua aplikasi tersebut susut menjadi US$ 0,1 per aplikasi. Dalam situasi normal , aplikasi itu dibanderol seharga US$ 4 hingga US$ 7 per item, bahkan lebih.

Di toko aplikasi milik Apple, aturannya kurang lebih sama. Jika tidak menggunakan kartu kredit, pengguna harus membeli iTunes Gift Card, yakni voucher yang bisa digunakan untuk membeli aplikasi di Apple App World.

Di luar dua cara itu, jangan berharap bisa menggunakan aplikasi berbayar di Apple App Store. "Apple itu strict kalau bikin peraturan. Sistemnya aja dibikin close sekali," keluh Antonius Widjaja, moderator milis pengguna produk Apple di Indonesia.
Wajar jika Antonius yang akrab disapa Anton itu kesal. Sebab, banyak aplikasi bagus yang hanya bisa diunduh secara berbayar.

Untungnya, Apple kadang berbaik hati memberikan kesempatan untuk mengunduh aplikasi berbayarnya secara gratis dalam waktu terbatas. Contohnya, beberapa waktu lalu, lanjut Anton, Apple menggratiskan games Need For Speed selama satu hari, yang disambut gembira oleh para penggunanya.

Kesulitan akibat ketiadaan operator yang menjembatani kepentingan konsumen menggunakan aplikasi berbayar ini nanti bakal dirasakan oleh para pengguna Whatsapp. Aplikasi chatting yang bisa digunakan antarsistem operasi itu memang menggratiskan penggunaannya di tahun pertama. Tetapi, tahun berikutnya, pengguna mesti membayar US$ 1,99 per tahun atau setara Rp 18.000.

Konsumen tentu tidak akan keberatan membayar uang dalam jumlah tersebut untuk mendapat manfaat dari penggunaan Whatsapp. Masalah muncul saat pengguna ingin mengunduhnya dari outlet selain Ovi Store Nokia atau BlackBerry App World khusus pelanggan Indosat.

Cara pembayaran melalui kartu kredit memang cukup merepotkan konsumen. Apalagi di Indonesia, tidak semua penduduk memiliki kartu kredit. "Pasar belum siap dengan kartu kredit. Lewat potong pulsa sebetulnya lebih familiar," tutur Wisnu Manupraba, pengembang aplikasi lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari
Terbaru