Berikrar sehidup semati di kapel Pulau Seribu Dewa

Senin, 21 Maret 2011 | 11:13 WIB Sumber: Mingguan KONTAN, 21 - 27 Maret 2011
Berikrar sehidup semati  di kapel Pulau Seribu Dewa

ILUSTRASI. Penumpang terlihat di Bandara Internasional Wuhan Tianhe setelah pencabutan pembatasan perjalanan, untuk meninggalkan Wuhan, pusat penyebaran penyakit virus corona baru (COVID-19), China, 8 April 2020.


Makin banyak pasangan yang mengikat janji suci mereka di kapel atau venue wedding yang terletak di pinggir pantai. Bali yang indah dan romantis masih menjadi pilihan utama karena bisa sekaligus menjadi tempat untuk berbulan madu.

Setiap pasangan tentu ingin hari pernikahan mereka berlangsung penuh kesan manis yang tak terlupakan. Tak terkecuali Ruth yang berencana menikah tahun ini. Ia kepingin sesuatu yang beda.

Ruth dan pasangannya ingin mengucap janji setia sehidup semati sekaligus mengikat janji suci mereka di sebuah kapel (chapel) di Bali yang menghadap laut bebas. “Pilihan pertama kami Wiwaha Chapel, soalnya benar-benar memandang laut luas. Pilihan kedua, Mirage Chapel karena benar-benar di pantai,” kata Ruth.

Kapel adalah sebuah bangunan yang dipakai sebagai tempat ibadah bagi kaum nasrani. Bangunan kapel biasanya melekat pada lembaga lain, seperti gereja besar, perguruan tinggi, rumahsakit, dan istana. Bisa pula kapel terpisah sama sekali dari bangunan lain milik individu atau lembaga tertentu.

Bukan cuma Ruth yang kesengsem pada wedding chapel. Kini makin banyak pasangan ingin menikah di kapel yang menyatu dengan keindahan pantai atau laut. Tengok saja pernyataan-pernyataan yang meluncur di pelbagai situs pernikahan. Rata-rata isinya membicarakan kapel di Pulau Seribu Dewa yang cocok untuk menjadi tempat mereka mengucap sumpah atau janji suci.

Menikah di kapel yang bertetangga dengan laut bebas menjadi gaya baru bagi sebagian orang Indonesia. Wayan Kaler, Kepala Pemasaran Blue Point Bay Villas-Spa, bertutur bahwa tren menikah di kapel di mulut pantai menanjak dalam dua tahun terakhir.

Di Blue Point Chapel saja saban tahun ada 360 pasangan yang melangsungkan pernikahan di kapel yang terletak di bibir perairan Uluwatu, Pecatu. “Kalau dihitung dari 2009 ke 2011, ada peningkatan hingga 25%,” ujar Wayan.

Blue Point Chapel menawarkan tiga slot waktu pernikahan: pagi, siang, dan sore. “Rata-rata pasangan memilih sore hari, sekalian melihat matahari tenggelam,” ungkap Wayan.

Untuk bisa melangsungkan pernikahan di Blue Point Chapel, setiap pasangan harus merogoh kocek sebesar US$ 2.800 untuk pagi dan siang hari. Sedang pernikahan pada sore hari bertarif lebih mahal, yakni US$ 3.100 belum termasuk berbagai pajak senilai 21%.

Dengan tarif tersebut, setiap pasangan akan mendapat fasilitas penggunaan kapel selama dua jam, dekorasi bunga, minuman untuk 40 orang, flower girls dan umbrella assistant, pastor atau pendeta, penyanyi dan pemain organ, foto dan dokumentasi, serta perlengkapan pernikahan lainnya.

Tak hanya itu, Blue Point juga akan menyiapkan wedding coordinator yang akan mengatur semua keperluan pernikahan. Satu lagi, pasangan yang menikah akan memperoleh fasilitas menginap satu malam di honey moon villa. “Jadi, pasangan yang menikah di Blue Point tinggal membawa badan saja,” tutur Kaler berpromosi.

Infinity yang dikelola Conrad Bali Hotel juga kebanjiran pesanan. Setiap tahun, tempat akad nikah yang berada di Tanjung Benoa ini menjadi tempat menikah bagi 400 pasangan. Itu berarti dalam sebulan ada 30-an pasangan yang mengikat janji suci di Infinity. “Permintaan dari tahun ke tahun terus meningkat, makanya banyak kapel baru yang bermunculan di Bali,” tutur Alicia Budihardja, Marketing & Public Relations Manager Conrad Bali.

Untuk semua agama

Alicia menandaskan, Infinity bukan kapel yang hanya diperuntukkan bagi pasangan yang berasal dari agama Katolik atau Kristen saja. Semua pasangan dari semua agama, termasuk Buddha, Hindu, dan Islam bisa melangsungkan pernikahan di tempat ini. “Makanya, kami tidak menyebutnya sebagai kapel tapi wedding venue, bisa dipakai pasangan non-Kristen ataupun Katolik,” kata Alicia.

Infinity memasang tarif mulai US$ 3.500 hingga US$ 5.000. Ada lima slot waktu yang bisa dipilih, yakni jam 10.00, 11.30, 13.00, 15.00, dan 17.00.Tarif ini berlaku untuk penyewaan venue selama 1,5 jam. Kalau lewat dari batas waktu yang ditentukan, ada biaya tambahan US$ 1.500. “Tapi, rata-rata tidak ada pasangan yang menambah waktu karena biasanya acara pernikahan kan hanya sekitar satu jam,” ujar Alicia.

Wiwaha Bali Wedding juga terbuka untuk pasangan dari semua agama. Itu sebabnya, wedding venue yang terletak di Nusa Dua ini tidak memakai embel-embel chapel di belakang namanya. “Itu supaya tidak identik dengan agama tertentu,” jelas Aswin Pranoto, Public Relation Manager Nikko Bali Resort and Spa, pengelola Wiwaha Bali Wedding.

Saat ini, Wiwaha Bali Wedding mematok tarif sebesar US$ 2.850 untuk paket basic dan US$ 3.590 untuk paket royal. “Kalau dia tamu Nikko, tarifnya lebih murah lagi, yaitu US$ 2.250 untuk paket basic dan US$ 3.200 untuk paket royal,” ujar Aswin berpromosi.

Namun, Aswin mengatakan, Wiwaha Bali Wedding tidak terlalu kaku soal waktu penggunaan venue. Kalau ada pasangan melewati batas waktu, tidak ada biaya tambahan sesen pun. “Yang namanya pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dan hak semua orang. Jadi, kalau diperpanjang sedikit kan tidak masalah,” kata dia.

Masing-masing agama punya ritual sendiri. Dengan begitu, tidak bisa disamakan waktu penyelenggaraan pernikahan satu agama dengan agama lain.

Agus Benny Liana, Wedding Coordinator Wiwaha Bali Wedding, menambahkan, biasanya banyak pasangan yang memesan venue-nya mulai April, karena bulan ini memasuki masa liburan.

Tidak hanya pasangan dari Indonesia yang melangsungkan pernikahan di sini, tapi juga calon pengantin dari luar negeri. “Di tempat kami, khusus April besok, banyak pasangan dari Jepang yang sudah booking. Walau ada tsunami di negaranya, mereka belum membatalkannya,” ungkap Agus.

Menurut Agus, selain dari Jepang, banyak juga pasangan yang berasal dari Australia yang mengucap janji suci di Wiwaha Bali Wedding. Alasan mereka, melangsungkan pernikahan di Pulau Dewata lebih murah ketimbang di Negeri Kanguru. “Makanya, mereka lebih memilih di Bali, sekaligus bulan madu dan liburan,” katanya.

Aswin menambahkan, biaya pernikahan di kapel yang bersebelahan dengan laut lepas di Australia ini bisa mencapai puluhan ribu dollar Amerika Serikat. Sementara itu, di Bali cuma berkisar US$ 3.000 per paket.

Karena itu, Aswin sangat yakin tahun ini pasangan dari Australia yang menikah di Bali, khususnya di Wiwaha, akan meningkat. “Secara total, tahun ini jumlah penyewa di Wiwaha akan naik sekitar 10% hingga 15%,” katanya. Tahun lalu, jumlah pasangan yang menikah di Wiwaha Bali Wedding yang posisinya menghadap Samudra Hindia ada 180 pasang.

Tidak hanya dari Jepang dan Australia, Alicia menyatakan, banyak juga pasangan dari negara lain, seperti Singapura dan Hong Kong, yang menikah di Infinity yang satu jaringan dengan Hotel Hilton. Aswin memperkirakan, pesanan akan membanjir November nanti. Selain merupakan masa liburan akhir tahun, ada tanggal bagus pada bulan tersebut., yakni 11 November 2011: 11-11-11.

Pengalaman yang sudah-sudah, Wayan Kaler menuturkan, banyak pasangan yang sengaja memilih tanggal, bulan, dan tahun yang sama sebagai hari pernikahannya. Contoh, tanggal 10 Oktober 2010 (10-10-10). Saat itu ada tujuh pasangan yang melangsungkan pernikahannya di Blue Point.

Padahal, Blue Point Chapel hanya menyediakan tiga slot atau tiga waktu pernikahan dalam satu hari. “Kami terpaksa memepetkan jadwal acara supaya semua peminat bisa kebagian waktu,” kata Wayan. Total, di bulan Oktober 2010, ada 70 pasangan yang menikah di Blue Point atau naik dua kali lipat dari bulan-bulan lainnya yang sekitar 30 pasangan.

Baik Wayan maupun Aswin menyarankan, pasangan yang ingin menikah di kapel atau venue wedding yang menghadap laut bebas sebaiknya tidak perlu repot menyiapkan pernak-pernik pernikahan. Sebab, segala sesuatunya sudah diatur dan ditangani pengelola kapel atau venue weeding. “Jadi, mereka tinggal tentukan tanggal dan dress code. Itu saja yang paling penting,” ujar Aswin.

Asyik, ya? Mari kita doakan kelak mereka tak pernah saling mengumpat: ke laut aje, lu!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test

Terbaru