Find Your Cosplay Style

Kamis, 21 Oktober 2010 | 09:15 WIB   Reporter: Ario Fajar
Find Your Cosplay Style

ILUSTRASI. Pejalan kaku berjalan di depan instalasi yang mengampanyekan kanker payudara. REUTERS/Jo Yong-Hak


Costume play alias cosplay memang tidak mengenal usia. Muda, tua, mahasiswa, profesional, dan pengusaha, menggandrungi cosplay yang merupakan jenis dari harajuku style selain Lolita, Kogal, Yamanba, Ganguro.

Beda cosplay dengan jenis harajuku style lainnya adalah cosplay mengenakan kostum karakter pahlawan, tokoh animasi kartun Jepang, manga, sampai video games. Sebut saja, gaya kartun Sailormoon, Tuxedo bertopeng, City Hunter, Sora dalam video games Kingdom Heart, Nickelodeon, hingga pahlawan lokal semacam Gatotkaca.

Tengok saja Direktur Perusahaan Animasi Gainax di Jepang Yasuhiro Takeda yang berani tampil beda dengan kostum Star Wars-nya. Tak kalah berani, kritikus fiksi ilmiah Mari Kotani memakai kostum seperti tokoh dalam gambar sampul cerita A Fighting Man of Mars karya Edgar Rice Burroughs.

Di Indonesia, ada pula cosplayer. Richfield Edbert, akademisi sekolah desain sekaligus founder Komunitas Tokusatsu (Komutoku) juga tampil pede mengenakan karakter Garo. Ada lagi, Pinku 'Endiru', arsitek properti yang bergaya cosplay anime, yang terlihat tetap cantik dengan pakaian superhero Jepang.

Harus diakui, virus cosplay mulai menjangkiti hampir semua kalangan selama satu dekade ini. Sebelumnya, selebritis dunia seperti Gwen Stephani selalu tampil dengan pakaian 'tabrak-tubruk', mulai cat warna rambut yang berwarna pink, pakaian bergaya Sailormoon, stocking robek-robek hingga penggunaan sepatu boot yang super tinggi. Yang paling heboh adalah penampilan Lady Gaga ala The White Witch dalam film The Chronicles of Narnia, dengan efek es di baju dan rambutnya.

Bujet spesial

Tiarma Sirait, fashion artist yang fokus pada fashion Jepang mengatakan, di Indonesia, popularitas cosplay semakin meningkat. Lihat saja banyaknya komunitas yang berkiblat pada gaya fesyen ini. "Walau harga kostum ini mahal, peminatnya tetap banyak," ujarnya.

Su Swan, seorang pebisnis, mengaku rela merogoh koceknya hingga jutaan rupiah demi cosplay. Maklum, pembuatan kostum bisa menghabiskan waktu paling lama dua bulan.

Su Swan menggilai karakter Zero yang diambil dari film Komusatsu yang bersifat antagonis. "Untuk menghemat bujet belanja, sekarang saya lebih banyak membuat sendiri daripada impor," katanya. Maklum, biaya untuk mendatangkan helm atau topeng yang terbuat dari fiber dari negeri seberang, bisa mencapai Rp 3 juta-Rp 6 juta. Sementara, harga kostum cosplay Zero yang terbuat dari kulit asli bisa menembus Rp 13 juta – Rp 15 juta per setel. Itu belum termasuk aksesori lain, seperti pedang dan sayap.

Maia Estiyanti juga pernah terlihat bak Tuxedo bertopeng versi perempuan dengan gaya casino saat manggung. Dalam setiap aksi panggungnya, Maia memang hobi mengadopsi japan style. Ia mengaku memiliki desainer pribadi yang khusus merancang kostum-kostum itu. “Tentunya, ada bujet khusus untuk pakaian panggung saya,” ungkapnya.

Meski ada banyak pilihan gaya, saat ini, banyak cosplayer yang lebih menggemari busana cosplay dengan desain armor. Gaya ini lebih banyak menunjukkan detail, lekukan, pola yang lebih rumit dan nyaris menyamai aslinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test
Terbaru