Gunung Sinabung kembali erupsi, apa penyebab gunung berapi meletus?

Rabu, 12 Agustus 2020 | 11:08 WIB   Penulis: Tiyas Septiana
Gunung Sinabung kembali erupsi, apa penyebab gunung berapi meletus?


EDUKASI -  Gunung Sinabung pada Senin lalu (10/08) kembali erupsi. Gunung berapi yang terletak di Sumatera Utara merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia.

Bersumber dari Kompas.com (10/08), Gunung Sinabung diberitakan mengalami erupsi pada pukul 10.16 WIB. Erupsi Gunung Sinabung kala itu mengeluarkan kolom abu setinggi 5.000 meter. 

Aktivitas erupsi memang sering terjadi pada gunung berapi yang masih aktif. Tidak hanya Gunung Sinabung, beberapa gunung berapi di Indonesia juga mengalami hal yang sama. 

Baca Juga: Serupa tapi tak sama, ini perbedaan hewan vertebrata dan invertebrata 

Lalu apa penyebab gunung berapi meletus? Bersumber dari The Sun, ada banyak penyebab gunung berapi bisa erupsi. Penyebab tersebut kemudian mendorong magma yang ada di perut bumi untuk keluar.

Penyebab erupsi gunung berapi yang paling umum adalah pergerakan lempengan tektonik. Lempengan tersebut bergerak dan mendorong satu sama lain.

Dorongan tersebut membuat magma, sedimen, dan air laut naik. Naiknya tiga aspek ini membuat lava dalam gunung berapi keluar dan membumbung ke langit. Lava yang keluar dari gunung berapi mencapai suhu hingga 1000 derajat celcius. 

Saat terjadi gunung meletus, ada banyak hal yang membahayakan bagi manusia. Saat gunung meletus, akan ada gempa yang menyertai aktivitas ini. 

Gempa ini bisa merusak hutan hingga perumahan warga. Lava yang mengalir juga sangat berbahaya. Jika melewati hutan, akan membuat pohon-pohon terbakar. Lava yang mengalir ke sungai juga bisa membuat banjir yang hebat. 

Hujan abu yang terjadi saat erupsi gunung berapi juga membahayakan kesehatan. Debu tersebut bisa membuat mata iritasi dan pernafasan terganggu. Menggunakan masker pasca terjadi gunung meletus bisa mengurangi dampak dari hujan abu. 

Dikutip dari Scientific American, meletusnya gunung berapi bisa diprediksi melalui pergerakan parameter. Parameter yang digunakan biasanya:  Seismometer (mencatat frekuensi dan kedalaman gempa), tiltmeter (mencatat perubahan bentuk tanah), dan sampel emisi gas. Dari data tersebut, vulkanologi bisa memprediksi kapan gunung akan meletus. 

Selain menggunakan parameter, vulkanologi juga menggunakan cara lain saat memprediksi letusan gunung. Mereka mempelajari sejarah meletusnya gunung kemudian mencatat durasi waktu erupsi gunung tersebut. Vulkanologi juga mempelajari material apa yang dikeluarkan saat gunung berapi meletus. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Tiyas Septiana

Terbaru