Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli
Di sana, ia menggagas model plasma farming di lahan eks-TNI Baturaja, Sumatera Selatan.
“Petani tak boleh jadi objek. Mereka harus jadi produsen. Kalau kita dampingi penuh, mereka bisa hidup layak. Gaji Rp 4,5 juta per bulan bukan mimpi,” tegasnya.
Hasilnya nyata. Produktivitas padi, jagung, hingga hortikultura meningkat drastis. “Agrinas ini bisa jadi saingan Pertamina. Kita menambang emas di atas tanah, bukan di bawahnya,” tambahnya.
Baca Juga: Kata Bos Danantara soal Mundurnya Dirut Agrinas Pangan Joao Mota
Namun, kepemimpinannya hanya bertahan empat bulan. Ia memilih mundur demi memperluas kiprah sosial lewat PT Timor Farm Nusantara yang ia pimpin sejak 2020, bergerak di bidang pertanian dan peternakan di NTT.
“Cita-cita saya sederhana: hidup bermanfaat, melayani. Dari tanah saya tumbuh, ke tanah saya kembali untuk menyuburkannya,” pungkasnya.
Hidup Sederhana, Nilai yang Membumi
Di tengah kesibukan mengelola Timor Farm Nusantara, Joao tetap hidup sederhana. Hobi dan pekerjaannya tak terpisahkan: konstruksi dan pertanian. Ia lebih senang mengurus kebun ketimbang terjebak macet di kota.
“Hobi saya enggak ada lain daripada konstruksi dan pertanian,” ujarnya.
Ayah dua putri ini mengakui tantangan terbesar adalah waktu bersama keluarga. Putri-putrinya kini menempuh pendidikan jauh, di Malang dan Jepang. Meski begitu, ia bangga melihat mereka tumbuh mandiri.
Baca Juga: Ini Alasan Dibalik Mundurnya Dirut Agrinas Joao Mota
Soal panutan, jawabannya sederhana: bukan manusia, melainkan Tuhan. “Panutan kita yang paling sejati adalah Tuhan,” tegasnya.
Bagi Joao, kesuksesan sejati bukan sekadar jabatan, melainkan ketenangan batin dan nilai hidup sederhana. Ia menemukan kebahagiaan dalam mencintai pekerjaannya dan memegang teguh keyakinan.
Selanjutnya: Pengusaha Ritel Waspadai Dampak Demo: Pemerintah Harus Serius Menanggapi
Menarik Dibaca: QRIS Livin by Mandiri Dapat Digunakan di Jepang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News