JAKARTA. “White ready,” teriak tim putih yang langsung disusul oleh teriakan dari tim hitam. “Black ready,” sahut salah satu pemain tim hitam dari ujung kolam. Sontak kesunyian kolam renang Gelora Bung Karno, Senayan, Kamis sore itu pecah oleh permainan hoki air para anggota Jakarta Underwater Hockey Club (JUHC).
Berbeda dengan hoki di taman lapang, hoki air alias octopush memang khusus dimainkan di dalam air. Meski olahraga ini baru masuk ke Indonesia tahun lalu, namun aktivitasnya yang menantang membuat banyak orang tertarik.
Sebut saya Christianto Sahat. Pria yang bekerja sebagai senior software architect ini awalnya tertarik mencoba hoki air karena tidak jago berenang.
“Jadi saya ingin melancarkan skill saya yang masih kurang dengan mencari aktivitas yang berbau air,” kata Chris. Meski awalnya banyak minum air, namun setelah dua tahun berlatih hoki, stamina Chris pun semakin bagus.
Mengasah kerjasama tim
Menurut Chris, tantangan terbesar bermain hoki air adalah ketika pemain melakukan gerakan rumit. Lantaran dilakukan di bawah air, pemain praktis tidak bisa bernafas. Jadi, pemain harus pintar-pintar mengatur waktu kapan naik ke atas mengambil udara dan kapan turun lagi.
Itu sebabnya pemain juga kudu berpikir cepat, akan mengoper puck (bola hoki) atau tetap menjaganya. Maka tidak heran bila olahraga ini amat mengutamakan kerjasama tim biar tidak kebobolan.
Modal untuk melakoni olahraga ini pun relatif terjangkau. Cukup dengan Rp 1 juta, pemain sudah bisa mendapatkan perlengkapan hoki air yang bisa digunakan bertahun-tahun.
Cerita Shinta Saloewa, seorang pehobi lainnya, pun tak kalah seru. Pegawai swasta di salah satu perusahaan telekomunikasi ini juga mengaku tak bisa berenang. ”Awalnya, aku enggak bisa berenang tapi bisa snorkeling. Itu bisa jadi dasar kalau mau ikut hoki air,” tutur Shinta.
Bermodal nekat, akhirnya ia memberanikan diri nyemplung ke kolam untuk bermain hoki. Setelah mengikuti dua kali pertemuan, Shinta mengaku sudah bisa mengikuti ritme permainan plus bisa berenang.
Shinta mengakui, hoki air tidak membutuhkan modal yang besar. “Coba saja cari diskonan alat-alatnya. Ada beberapa toko kelengkapan renang yang memang secara berkala memberikan potongan harga,” lanjutnya. Jadi jangan heran bila Shinta bisa mendapatkan peralatan hoki air cukup dengan merogoh kocek Rp 530.000 saja.
Lain lagi ceritanya dengan Martin Ganda. Saking gilanya dengan hoki air, dokter spesialis akupunktur ini sampai rela menempuh perjalanan dari tempat prakteknya di Tangerang menuju Senayan untuk berlatih bersama sesama penggila hoki air.
Martin yang sudah menekuni hobi ini selama enam bulan mengatakan, hoki air memerlukan kekuatan, kecepatan, dan teknik yang prima. "Karena beregu, saya juga sekaligus bisa belajar bekerjasama dengan tim," tuturnya. Untuk melakoni hobi ini, Martin mengaku sudah mengeluarkan bujet sekitar Rp 2 juta. Jadi, sudah siap menjajal hoki air?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News