Imunisasi bisa mencegah 24 juta rumah tangga terjun ke jurang kemiskinan

Kamis, 03 Juni 2021 | 22:24 WIB   Reporter: Ahmad Febrian
Imunisasi bisa mencegah 24 juta rumah tangga terjun ke jurang kemiskinan

ILUSTRASI. Seorang anak mendapatkan suntikan vaksin DPT (Difteri, pertusis dan tetanus) di Puskesmas Pembantu Desa Bomo, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (5/5/2021). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/foc.


GANGGUAN KESEHATAN ANAK - JAKARTA.  DI tengah kampanye vaksina corona, seolah melewatkan pentingnya vaksinasi atau imunisasi untuk anak-anak. Ini tak kalah pening. 

Padahal setiap tahun biaya perawatan kesehatan mendorong sekitar 100 juta orang ke dalam kemiskinan, Sehingga pelaksanaan imunisasi secara global pada tahun 2030 dapat membantu mencegah 24 juta rumah tangga di 41 negara berpenghasilan rendah dan menengah dari kemiskinan.
 
Di tengah wabah corona, imunisasi hal penting untuk mencegah penyakit dan melindungi hidup. Yakni dengan melindungi dan mengebalkan.  Namun pelaksanaan vaksin di masa pandemi mengalami banyak tantangan. 
 
Penilaian cepat Kementerian Kesehatan dan Unicef pada April 2020  terhadap lebih dari 5.300 fasilitas kesehatan di Indonesia menunjukkan 84% responden mengatakan layanan imunisasi anak terganggu akibat Covid 19.
 
Survei ini juga menunjukkan cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada April 2020 menurun 4,7% dibanding April tahun 2019. Hal ini menunjukkan tingginya risiko anak-anak terpapar penyakit serius. Seperti infeksi Rotavirus dan Hepatitis A. 
 
Infeksi Rotavirus merupakan jenis virus yang menyebabkan peradangan di saluran pencernaan. Dan menjadi penyebab umum diare dan muntah-muntah. Kasus diare rotavirus berat yang harus dirawat inap, seringkali terjadi pada anak dalam kelompok usia 0-36 bulan. 
 
Deliana Permatasari, Direktur  GSK Vaccine Medical menyatakan, vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali. Dengan pemberian dosis pertama pada usia 6 minggu, dan dosis kedua diberikan dengan interval 4 pekan, selambat-lambatnya sebelum si kecil berusia 24 pekan. “Vaksin Rotavirus diberikan secara oral,  tidak disuntikkan. Sehingga parents maupun si kecil tidak perlu cemas akan jarum suntik,” terangnya, dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Kamis (3/6). 
 
Sementara  virus Hepatitis A biasanya ditemukan pada negara dengan endemisitas tinggi. Infeksi biasanya terjadi sebelum anak berusia lima tahun dan sangat menular. Pentingnya pemberian vaksin hepatitis A sebagai pencegahan utama ditekankan oleh WHO yang merekomendasikan masuknya vaksin hepatitis A dalam program wajib imunisasi nasional bagi anak berusia 1 tahun ke atas. 
 
Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan petunjuk teknis pelayanan imunisasi pada masa pandemi. Pertama, prinsip jaga jarak fisik. Kedua, pemberlakuan sistem triase atau memisahkan anak yang imunisasi dengan anak yang berobat karena sakit. 
 
Ketiga, pengaturan jam kedatangan untuk mencegah kerumunan pasien. Keempat,  sosialisasi bagi orang tua dan anak untuk menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan dengan sabun dan memakai masker di luar rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian

Terbaru