Asal-usul Suku Tengger
Secara historis cukup susah dipastikan siapa dan sejak kapan sebenarnya masyarakat Tengger berdomisili di kawasan Bromo-Tengger-Semeru itu.
Namun sejalan ditemukan beberapa prasasti muncullah tafsiran dari para peneliti, bahwa masyarakat Tengger diduga kuat telah tinggal di sana sejak abad ke-10.
Di dalam Prasasti Walandit (tanpa tahun) bercerita tentang ketegangan antara Desa Walandit dengan para pejabat dari Desa Himad tentang status otonomi Desa Walandit. Orang-orang Walandit inilah yang diyakini sebagai cikal-bakal masyarakat Tengger.
Dalam prasasti ini, Raja melarang penagihan pajak pada bulan titileman atau akhir bulan Kasada dari masyarakat Desa Walandit dan di sekitar wilayah keramat (hila-hila).
Baca Juga: Kangen liburan! Ini 29 kawasan ekowisata yang sudah dibuka terbatas oleh KLHK
Pasalnya sejak dulu kala di sana telah tinggal para hulun hyang, abdi dewata, yang pada setiap bulan Kasada mereka berserta penduduknya wajib melakukan persembahan pada Sang Hyang Gunung Brahma (Gunung Bromo).
Selain itu, ada pula Prasasti Lingga Sutan (929 M), Prasasti Jeru-jeru (930 M), dan Prasasti Gulung-gulung (929 M). Seorang antropolog Indonesia, Dwi Cahyono dari Universitas Negeri Malang menyimpulkan sekaligus meyakini, bahwa masyarakat Tengger telah mendiami kawasan di sekitar Gunung Bromo sejak Raja Sindok memerintah di abad ke-10. Orang Walandit itulah cikal bakal masyarakat Tengger.
Nama Tengger diambil dari akronim dua tokoh legenda, suami-istri yang bernama Rara Ateng (Teng) dan Joko Seger (Ger). Rara Anteng dipercaya ialah putri Raja Majapahit, sedangkan Jaka Seger ialah putra seorang brahmana yang bertapa di dataran tinggi Tengger.
Selanjutnya: Kangen jalan-jalan? Yuk mengenang indahnya sunrise di gunung Bromo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News