Tips Memilih Jurusan Kuliah - Memilih jurusan kuliah tidak boleh sembarangan. Siswa perlu mempertimbangkan kemampuan, minat, dan bakat agar tidak menyesal saat kuliah kelak.
Cukup banyak siswa SMA/SMK/sederajat tingkat akhir yang memilih jurusan kuliah karena ingin selalu bersama teman sekolah. Ada juga siswa yang memilih jurusan tertentu karena pilihan orangtua.
Padahal belum tentu jurusan tersebut sesuai dengan kemampuan baik kemampuan diri maupun finansial.
Menurut pemerhati pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Das Salirawati, pada bulan-bulan ini siswa SMA/SMK dan MA mulai berpikir dan menimbang-nimbang mau meneruskan kuliah dimana dan pada jurusan atau program studi apa.
“Di saat-saat seperti ini peran orangtua sangat dituntut agar anak tidak kebingungan dan juga dapat diarahkan” katanya, dikutip dari situs resmi UNY.
Das Salirawati memberikan kiat untuk mengurangi tingkat stress anak dalam menghadapi kebingungan memilih program studi di perguruan tinggi berikut ini.
Baca Juga: Cara Daftar SNBP 2024 di Protal-snpmb.bppp.kemdikbud.go.id & Ketentuan Pilih Jurusan
Pilih jurusan dengan prospek kerja tinggi
Diantaranya pilihlah jurusan yang memiliki prospek kerja yang tinggi dan luas.
Diskusikan bersama orang tua untuk melihat keketatan persaingan dan kemungkinan peluang diterimanya, karena biasanya peminat sangat banyak.
Perlu juga dibahas tentang kebutuhan tenaga kerja lulusannya oleh suatu institusi atau perusahaan, sehingga kemungkinan dapat masuk bekerja di sana.
“Carilah informasi sebanyak mungkin melalui internet atau media lain” ujarnya.
Sesuaikan dengan kemampuan anak
Tips selanjutnya adalah mempertimbangkan kemampuan akademis (kecerdasan intelektual), biaya, dan mental anak.
Jangan sampai dari segi kecerdasan sudah tidak memadai, tetapi orangtua memaksakan anak memilih jurusan atau prodi tertentu sebagai ambisi atau obsesi orangtua semata.
Das Salirawati menyampaikan untuk mempertimbangkan juga kemampuan biaya atau finansial.
Apakah kira-kira Anda mampu membiayai sampai lulus atau tidak. Sebab, seyogyanya orangtua juga dapat mengukur kemampuan diri, jangan hanya karena gengsi.
Perlu diketahui oleh orangtua bahwa untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi tidak cukup hanya siap otak dan biaya, tetapi juga harus siap mental.
Hal ini karena ketika kuliah mahasiswa dituntut untuk lebih banyak belajar dan berusaha sendiri, serta banyak bertemu dengan dosen-dosen yang unik.
Tidak jarang beberapa dosen tidak mau menjelaskan secara detail karena menganggap mahasiswa sudah dewasa dan dapat diberi kewajiban belajar serta mencari sendiri materi kuliahnya.
Baca Juga: Besaran Bantuan KIP Kuliah 2024 dan Kriteria Penerima KIP Kuliah Jalur SNBP
Belum lagi bertemu dengan dosen-dosen ‘killer’ yang tidak mau wibawanya jatuh dengan menjaga jarak terhadap mahasiswanya, sehingga sulit bagi mahasiswa untuk minta permakluman kondisinya.
Terlebih ketika mahasiswa kelak harus menyelesaikan syarat kelulusan, yaitu menyusun skripsi.
Jika bertemu dengan dosen pembimbing yang tidak ramah dan adaptif dengan kondisi mahasiswa, dapat dipastikan lulusnya akan terhambat yang otomatis orangtua harus menyediakan biaya ekstra untuk menyelesaikan kuliah.
Pertimbangkan alternatif program studi
Namun dibalik kesulitan yang dihadapi, Das Salirawati juga memberikan alternatif pilihan program studi yang dapat menjadi tujuan calon mahasiswa.
Seperti jurusan Artificial Intelligence (AI) yang termasuk jurusan langka namun banyak diburu karena prospek kerjanya yang luas.
Selain pilihan jurusan langka, dalam menentukan tempat studi lanjut juga dapat mempertimbangkan jurusan yang tidak hanya fokus pada satu bidang kerja.
“Misalnya jurusan Pendidikan Bahasa Inggris atau Sastra Inggris, dimana lulusannya memiliki kesempatan bekerja di bidang apapun. Mulai dari sekretaris, trainer Bahasa Inggris, translater, dan banyak lagi,” tambahnya.
Sarjana Bahasa Inggris yang handal, lancar berbicara dan juga ahli menulis artikel atau makalah dalam Bahasa Inggris banyak dibutuhkan di lapangan.
Bahkan saat ini sarjana Bahasa Inggris banyak diminta bantuan oleh café atau restoran besar hanya untuk memberi nama makanannya in English agar menarik.
Sesuaikan minat dan bakat anak
Kiat terakhir dari Das Salirawati adalah sesuaikan minat anak dengan program studi yang dipilih. Pilihan tersebut juga tidak harus dari perguruan tinggi ternama.
Sebab, menurut Das Salirawati, meskipun kampus anak bukan perguruan tinggi ternama, tetapi bila dalam menimba ilmu benar-benar serius dan menguasai, maka ia akan mampu berkompetisi dengan sarjana-sarjana lulusan kampus terkenal.
“Dengan demikian hal yang terpenting adalah kompetensi diri anak yang matang dan handal yang dapat membawa anak meraih kesuksesan dalam bekerja,” tutup Das Salirawati.
Baca Juga: Catat Daya Tampung Unair 2024 Program D3 dan D4 Jalur SNBP, SNBT, serta Mandiri
Hal terpenting adalah orangtua tidak terlalu mendikte atau bahkan menekan anak untuk masuk universitas atau perguruan tinggi pada jurusan tertentu, karena sangat fatal bagi perkembangan mental anak khususnya.
Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY tersebut menunjukkan fakta bahwa banyak anak yang mengalami stress bahkan depresi dimana penyebabnya sebagian besar akibat paksaan orangtua untuk meneruskan kuliah di program studi tertentu di perguruan tinggi tertentu.
“Secara psikologis ada beberapa macam penyebab, misalnya obsesi orangtua yang sangat mendambakan anaknya menjadi sarjana tertentu, atau cita-cita orangtua dahulu yang tidak kesampaian lalu anak dijadikan sasaran untuk dapat mewujudkan cita-cita tersebut. Ini keliru,” tegas Das Salirawati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News