NEW YORK. Pencurian data kartu kredit Citibank melengkapi serangkaian pembobolan dan serangan hacker beberapa bulan terakhir.
Sebelumnya, Sony Playstation, Google, bahkan kontraktor pertahanan Amerika Serikat Lockheed Martin Corp. menjadi sasaran tembak para hacker. "Kita tidak berhadapan dengan bocah hacker berusia 14 tahun. Kita bicara tentang perampokan bank di abad ke-21, kejahatan terorganisir, dan terjadi sebagian besar di Eropa Timur dan Amerika Serikat (AS)," keluh Steve Elefant, Chief Information Officer dari Heartland Payment System.
Heartland terpaksa merombak ulang sistem untuk memproses transaksi kartu kredit dan debit setelah diserang hacker pada tahun 2008 silam. Belum jelas efektivitas perombakan itu menangkal hacker.
Bagi konsumen, kasus demi kasus yang terjadi memunculkan rasa waswas. A.J Angus, seorang karyawan Google terkena musibah ganda. Kamis lalu, ia mengetahui bahwa data kartu kreditnya telah dicuri. Beberapa pekan sebelumnya, ia sadar data personal di Sony Playstation miliknya juga dibobol. "Anda harus waspada," ujarnya.
Setelah mengalami peristiwa ini, Angus menjadi rutin mengecek laporan kartu kreditnya. Ia juga mencermati transaksi kartu kreditnya hampir setiap hari.
Bagi perusahaan, aksi hacker nakal ini juga tak kalah mencemaskan. Di Australia, kasus yang menimpa Citibank mendorong dua bank besar mengganti SecurID, token elektronik mereka. Westpac Banking Corp dan ANZ Banking Group mengungkapkan langkah pencegahan itu, kemarin (9/6).
"Citi adalah salah satu pembelanja terbesar untuk keamanan sistem. Ini yang membuat situasi jadi menakutkan. Jika bisa terjadi pada Citi, bayangkan apa yang bakal menimpa bank-bank yang membelanjakan dana lebih sedikit," ujar Arun Chandrasekaran, Direktur Riset dari perusahaan IT Frost and Sullivan.
Serangan cyber juga membuat gerah negara-negara yang terlibat. Setelah hacker menyerang Lockheed Martin pada 21 Mei lalu, Pemerintah AS langsung merespon serius. AS menganggap serangan cyber ke jaringan komputer pemerintah AS bisa dikategorikan sebagai perang.
AS gerah, China geram
Dus, AS bisa membalasnya dengan berbagai cara, mulai sanksi ekonomi sampai serangan militer. "Respon untuk serangan cyber kepada AS belum tentu berupa tindakan cyber. Semua opsi akan ada di atas meja," kata Dave Lapan, Juru Bicara Pentagon, akhir Mei lalu. Pentagon pun akan menyusun strategi pertahanan cyber.
Kementerian Pertahanan AS memperkirakan lebih dari 100 organisasi intelijen asing berusaha menjebol jaringan AS. Sebaliknya, AS pun tak luput dari tuduhan melakukan perang cyber terhadap negara lain. Tahun lalu, Iran menuduh AS mengembangkan Stuxnet, worm yang menyerang sistem nuklir mereka.
Di pihak lain lagi, China membantah tuduhan Google bahwa serangan hacker berasal dari negara itu. People's Daily, surat kabar Partai Komunis China, menerbitkan editorial berjudul, Google, What Do You Want. Editorial buku tersebut menyatakan, Google memanfaatkan dan memprovokasi sengketa internet China-Amerika dengan maksud buruk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News