Kisah pemusik yang membidani BPJS

Sabtu, 28 Maret 2015 | 14:22 WIB   Reporter: Yuthi Fatimah
Kisah pemusik yang membidani BPJS

ILUSTRASI. Kereta Cepat Whoosh.


SOSOK Elvyn G. Masassya sudah tak asing lagi di industri keuangan nasional. Namanya semakin dikenal sejak diangkat menjadi Direktur Utama PT Jamsostek yang kini berganti nama menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada 2012 silam.

Selama masa jabatannya banyak kemajuan yang berhasil dicapai. Di antaranya sukses menggenjot dana kelolaan investasi hingga mencapai Rp 149,2 triliun sepanjang 2013. Angka ini melonjak lebih dari 100% dibandingkan awal masa jabatannya yang hanya Rp 60 triliun.

Kiprahnya makin bersinar setelah sukses mentransformasi PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Sebelum menduduki jabatan tertinggi di BPJS Ketenagakerjaan, Elvyn memang sudah dikenal sebagai praktisi di industri keuangan.

Di Jamsostek sendiri, ia sebelumnya menjabat sebagai direktur investasi. Ia juga dikenal lantaran aktif menulis buku dan kolumnis tetap di sejumlah media massa. Bagi Evlyn, terjun ke industri keuangan bukanlah cita-citanya sejak kecil. "Saat kecil saya bercita-cita ingin menjadi musisi," katanya kepada KONTAN belum lama ini.

Kecintaannya akan musik sudah mengalir dalam dirinya sejak duduk di sekolah dasar (SD). Saat SD, ia sudah bermain alat musik, seperti piano dan gitar. Lalu ketika SMP, ia ikut binavokalia. "Di SMA saya bikin band," kenang Elvyn.

Namun, keinginan Elvyn menjadi musisi tidak diizinkan oleh sang ayah. Ayahnya mengancam tidak akan membiayainya sekolah jika tetap melanjutkan pendidikan di bidang musik. Padahal, selepas SMA, ia ingin sekali melanjutkan masuk sekolah musik di Yogyakarta.

Akhirnya, ia mengurungkan keinginan tersebut dan ikut mendaftarkan diri di perguruan tinggi negeri melalui jalur undangan. Saat itu, ia memilih jurusan teknik elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB).

ITB merupakan kampus impian Elvyn. Namun, keinginan itu terpaksa pendam karena ia tidak lulus ujian saringan. Elvyn sendiri sudah mantap menekuni bidang ekonomi sejak memutuskan kuliah di Fakultas Ekonomi di Universitas Jayabaya, Jakarta.

Awalnya, ia sempat bercita-cita menjadi insinyur dengan mendaftar di Institut Teknologi Bandung (ITB). Gagal masuk ITB, ia lalu hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah. Lalu, pria yang lahir dan besar di Medan ini memutuskan hijrah untuk menuntut ilmu ke Jakarta.

Saat itu, Elvyn masih belum memutuskan jurusan dan kampus manakah yang akan dipilihnya. "Waktu di Jakarta itu saya baca koran tentang kisah Soemitro Djojohadikoesoemo. Hebat juga orang ini," ujarnya.

Kisah Soemitro ini menginspirasinya untuk banting stir menekuni ekonomi. Lulus dari Jayabaya, Elvyn mendapat beasiswa dari Bank Indonesia untuk belajar dan menimba ilmu di Institut Bankir Indonesia (IBI).

Tidak puas, ia kembali mengambil Magister Manajemen Keuangan di ITB. Berbekal kegemarannya menulis, Elvyn menyambi kerja di salah satu bank swasta, dan beralih ke sebuah lembaga keuangan asla Korea Selatan untuk menjadi analis kredit.

Rampung menyelesaikan studi, ia melamar pekerjaan sebagai analis perbankan ke berbagai bank, dan diterima di lima bank sekaligus. Elvyn menyukai pekerjaannya, karena hasil analisanya bisa menjadi masukan bagi perusahaan maupun umum.

Kariernya di perbankan terbilang cepat. Ia sempat menjabat sebagai Komisaris PT Bank Bali, sebelumnya akhirnya diangkat menjadi Direktur PT Bank Permata Tbk pada 2002–2006.

Lepas dari Bank Pertama, ia bergabung ke Bank Negara Indonesia (BNI) dengan menjabat sebagai sekretaris perusahaan. Dari BNI, is sempat berkarier di industri non keuangan, yakni dengan bergabung di PT Tuban Petrochemical Industries.

Di perusahaan petrokimia ini ia menjabat sebagai salah seorang direktur. Tapi kariernya di Tuban Petro tidak lama. Pada Desember 2008 ia kembali ke industri keuangan dengan bergabung ke PT Jamsostek sebagai direktur investasi.

Kariernya mencapai puncak pada 2012 saat diangkat sebagai CEO Jamsostek. Elvyn mengaku, tak pernah bercita-cita menjadi seorang pemimpin di sebuah perusahaan. "Tapi saya selalu ingin menjadi seseorang yang ahli di bidang tersebut," katanya.

Makanya, ia selalu fokusdan bersungguh-sungguh dalam menjalani setiap pekerjaan. Banyak sekali tantangan yang dihadapi Elvyn sejak awal memimpin sebuah perusahaan.

Ia bercerita, pertama kali diberi kesempatan dan kepercayaan sebagai direktur di Bank Pertama, Elvyn harus bekerja keras membangun bank ini dari nol. "Bank itukan hasil merger. Dari situ saya harus membangun dan memperjuangkan bank yang tidak punya uang. Ini pengalaman yang luar biasa," katanya Saat masuk Jamsostek juga begitu.

Ketika itu, dana kelolaan investasinya sedang bermasalah. Tantangan yang tak kalah berat, saat ia bertanggung jawab melakukan transformasi Jamsostek menjadi BPJS.

Tidak mudah melakukan itu semua. Di saat dirinya berusaha melakukan suatu perubahan yang lebih baik, saat itu pula ada segilintir orang yang kontra atau tidak setuju. "Namun, selama komunikasi berjalan baik maka bisa terselesaikan," kata Elvyn.

Kondisi itulah yang dihadapinya saat membidani BPJS Ketenagakerjaan. Ketika itu, ia harus berjibaku menghadapi pro kontra. Sementara tugas dan tanggung jawab tersebut bukan perkara mudah.

Proses transformasi yang kompleks hingga mencapai puncaknya pada Januari 2014 sangat menyedot energinya.Kendati tantangan demikian berat, ia mengaku tak merasa terbebani.

Bagi Elvyn, pengalaman menjadi pemimpin dengan segudang tantangan memberikan kepuasan. Walaupun itu sangat menyita energi dan pikiran, tapi Elvyn percaya bahwa tidak ada yang mustahil untuk dikerjakan.

Ia juga tak melupakan kerja keras dan dukungan para karyawannya sehingga berhasil meraih kesuksesan. Dalam membangun BPJS Ketenagakerjaan, ia selalu menekankan pentingnya team work, open minded, passion, action, dan sense of ownership.

Untuk itu, ia selalu berusaha menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi karyawan. Caranya, dengan membangun hubungan tanpa ada batasan birokrasi antara bos dan anak buah.

Untuk itu, ia rutin melakukan pendekatan personal, seperti menanyakan permasalahan dan perbincangan santai di luar pekerjaan. "Kalau bisa dekat dengan setiap orangnya. Bikin suasana agar orang bekerja dengan hati," ujar Elvyn.

Kegemarannya akan musik juga ia tularkan kepada para anak buahnya. Jadi, wajar bila BPJS Ketenagakerjaan memiliki mars dan hymne sendiri yang dibuat oleh Elvyn. BPJS Ketenagakerjaan juga memiliki tim paduan suara yang anggotanya terdiri dari para karyawan.

Elvyn bilang, semua ini sesuai dengan karakter BPJS Ketenagakerjaan, yakni more fancy. Ia menciptakan karakter seperti itu dengan tujuan agar kerja menjadi hal yang menyenangkan diri. "Kalau kerja tidak fancy, enggal fun, ngapain buang-buang usia. Saya bilang sama karyawan, kalau kalian tidak bahagia kerja disini, cari tempat lain saja," ujar Elvyn.

Apalagi, lanjut Elvyn, kerja di Jakarta bisa menghabiskan waktu di jalan lebih dari tiga jam dan membuat waktu istirahat berkurang. Jadi, para karyawan harus bisa menjadikan kantor seperti suasana saat di rumah sehingga tidak depresi.

Gulirkan program KPR

Ke depannya, Elvyn telah menyiapkan sejumlah program untuk menggenjot kinerja BPJS Ketenagakerjaan. Antara lain menerapkan pembiayaan rumah dengan memanfaatkan iuran jaminan hari tua BPJS Ketenagakerjaan.

Nantinya, para pekerja bisa menggunakan iuran tersebut untuk menutup biaya pembelian rumah. Rencananya, program ini mulai digulirkan Juli 2015.

Pelayanan ini nantinya akan diberikan kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan berpenghasilan Rp 5 juta ke bawah. Ada dua oipsi yang disiapkan untuk kredit kepemilikan rumah (KPR) ini.

Pertama, BPJS Ketenagakerjaan memberikan pinjaman uang muka pembelian rumah. Kedua, peserta dengan masa kepersetaan di atas 10 tahun bisa mengambil dana pengembangan investasi guna menutup dana pokok pembelian rumah.

Dengan harapan, jumlah cicilan yang dibayarkan oleh masyarakat semakin kecil. Untuk merealisasikan rencana itu, BPJS Ketenagakerjaan sedang menunggu peraturan pemerintah (PP) yang ditargetkan berlaku mulai 1 Juli 2015. “Kami harapkan sebelum Juni, PP sudah selesai,” ujar Elvyn.

Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga akan meluncurkan program food benefit. Melalui program ini, BPJS Ketenagakerjaan akan membangun gerai-gerai virtual yang menawarkan harga lebih miring. Ini bertujuan agar biaya hidup masyarakat berkurang dan semakin sejahtera. “Meningkatkan kesejahteraan pekerja tidak harus dengan menaikkan upah ,” kata Elvyn.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru