Komunitas sulap pun kian semarak

Senin, 14 Maret 2011 | 11:00 WIB Sumber: Mingguan KONTAN, 14-20 Maret 2011
Komunitas sulap pun kian semarak

ILUSTRASI. Ilustrasi Rekomendasi teknikal


Pertunjukan sulap kian mendapatkan tempat di masyarakat. Dampaknya, komunitas sulap bermunculan di kota-kota besar. Tak cuma sebagai tempat kumpul, para anggota berbagi trik dan tip baru, termasuk melakukan evaluasi sebelum tampil.

Dengan serius, Ivan Christian memainkan sebuah koin di atas permukaan tangan kanannya. Koin itu lalu digenggamnya, dan sedetik kemudian genggaman ia buka. Ups, koin yang tadinya di telapak tangan kanannya itu kini sudah menghilang. Salah satu trik sulap itu dilakukan Ivan di depan teman-temannya yang tergabung dalam komunitas sulap bernama Magic Castle.

Setelah Ivan selesai memamerkan keahliannya menghilangkan koin, kini giliran anggota Magic Castle lainnya yang unjuk kebolehan. Kegiatan saling mempertontonkan keahlian masing-masing itu menjadi salah satu agenda komunitas pesulap, Magic Castle. Kegiatan ini bahkan sudah dilakukan sejak delapan tahun lalu.

Maklumlah, setiap anggota Magic Castle memiliki keahlian dan aliran sulap yang berbeda-beda. Misalnya Ivan yang memilih untuk menganut aliran close up illusionist. Ciri khas aliran ini adalah selalu melakukan trik sulapnya dalam jarak dekat kepada penonton. “Banyak juga anggota komunitas yang menganut aliran mentalis, hipnotis, atau halusionis,” ujar Ivan yang juga Ketua Magic Castle.

Berdiri pada tahun 2003, Magic Castle merupakan komunitas para pesulap pertama yang berdiri di Bandung. Di awal berdiri, anggotanya hanya
10 orang. Sekarang, banyak anggota tidak tetap ikut bergabung dalam komunitas ini.

Ivan bilang, kegiatan utama komunitas ini adalah berbagi trik baru sesama anggota komunitas. Tak sekadar menonton anggota komunitas yang tengah unjuk kebolehan trik sulap baru, anggota lain akan melakukan evaluasi trik temannya itu.

Dari situlah, mereka akan mengetahui kekurangan trik barunya itu. “Kami juga sering melakukan evaluasi performance anggota agar selalu tampil beda,” ujarnya.

Tak cuma itu, untuk menambah pengetahuan anggota komunitas, mereka tak segan mendatangkan pesulap lain di luar komunitasnya untuk ikut berbagi. Kegiatan ini dilakukan setiap bulan. “Kita suka mengundang Deddy Corbuzier untuk ikut ngumpul, lo,” ujarnya.

Meski mengusung nama sebagai komunitas sulap, anggota komunitas ini tidak melulu berprofesi sebagai pesulap. Ada juga yang berprofesi sebagai dokter, guru, arsitek, bahkan pengacara. “Siapa pun yang memiliki hobi sulap bisa bergabung,” ujarnya.

Ambil contoh Ivan yang berprofesi sebagai seorang arsitek. Sembari bekerja sebagai arsitek, sarjana arsitek lulusan Universitas Pelita Harapan, Karawaci, dan pascasarjana (S2) interior dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu melakoni hobinya sebagai pesulap.

Namun, tak sedikit anggota Magic Castle yang menjadikan sulap sebagai profesi. Salah satunya Joe Sandy. Bahkan, Joe yang anggota Magic Castle ini sekarang kerap nongol di layar kaca untuk mengisi berbagai acara sulap di stasiun televisi. Ia juga kerap tampil di acara off air, seperti acara yang diadakan perusahaan hingga keluarga.

Nama Joe Sandy meroket berkat aksinya yang memukau pada ajang mencari bakat sulap bernama The Master yang diselenggarakan RCTI. Berkat kepiawaiannya “berhitung”, Joe memenangi acara tersebut dan meraih gelar The Master sesi pertama pada 2009.

Pria bernama lengkap Joshua Sandy itu mengaku komunitas pesulap berperan penting dalam kesuksesannya saat ini. “Ada banyak hal yang tidak ditemukan di sekolah sulap, tapi bisa saya dapatkan di komunitas,” katanya. Transfer ilmu, trik, dan tip kerap ia dapatkan dari anggota komunitas,

Pria kelahiran Subang tahun 1973 ini bilang, interaksi akrab antarsesama anggota di komunitas juga membantu kepercayaan dirinya sebagai pesulap, utamanya sebelum tampil di publik. Asal tahu saja, sebelum tampil di depan khalayak umum, pesulap memamerkan aksinya terlebih dulu di ruang lingkup komunitas.

Meski memiliki kesibukan yang cukup padat, Joe mengaku selalu berkunjung dan berkumpul dengan anggota komunitas Magic Castle lainnya. Tujuannya tak lain untuk mendapatkan masukan dan ide-ide baru. “Trik sulap memang semakin mudah diperoleh lewat internet, tapi peran komunitas tetap tak tergantikan,” imbuh Joe.

Lewat proses seleksi

Tak cuma muncul di Bandung, komunitas sulap juga banyak lahir di kota-kota besar seperti di Surabaya dan Jakarta. Salah satu yang besar di Surabaya adalah Underground Magic Community Surabaya atau biasa disingkat dengan UMCS.

Menurut ketuanya, Yose Rizal, UMCS mulai dibentuk pada November 2009 dengan anggota 20 orang. Seperti juga Magic Castle, UMCS dibentuk sebagai wadah kumpul para pehobi sulap untuk menyalurkan hobinya dan sekaligus mengembangkan kemampuan sulap.

Secara rutin, anggota UMCS berkumpul untuk bertukar trik sulap dengan sesama anggota. “Kami juga kerap mempelajari trik sulap yang ditayangkan di TV atau di Youtube,” ujar pria yang bekerja di perusahaan pembiayaan otomotif itu.

Zain Ambi, salah satu pengurus UMCS, bilang, berbeda dengan komunitas sulap lain yang membolehkan siapa pun masuk sebagai anggota, UMCS menyeleksi calon anggota yang mau bergabung. “Dia akan kami minta mempraktikkan keahliannya. Jika bagus, bisa masuk,” ujar mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya itu.

Itu pula yang dilakoni Zain ketika bergabung dengan UMCS. Terlebih dulu, ia harus menjalani tes oleh anggota UMCS yang lain untuk mengetahui keahlian sulap yang dimilikinya. Bagi Zain itu bukanlah hal yang sulit. Apalagi ia telah memiliki sertifikat instruktur dari Indonesia Board of Hypnotherapy (IBH). “Saya kan demen hipnotis,” katanya.

Makanya, bagi yang ingin bergabung menjadi anggota UMCS tapi belum memiliki keahlian, Zain dan Yose menyarankan agar dia belajar terlebih dulu. Dikhawatirkan, bila belum memiliki keahlian sulap, calon anggota itu akan menghambat tujuan UMCS sebagai wadah berbagi pengetahuan dan melakukan evaluasi trik.“Kalau memang ia berminat bisa ikut kelas yang kami sediakan,” ujar Yose.

Saat ini, ada 15 orang yang mengambil kursus sulap di UMCS. Kalau lulus, mereka akan mendapatkan sertifikat penguasaan ilmu sulap, sekaligus menjadi anggota komunitas. Menampik sebagai komunitas yang bertujuan komersial, kata Yose, kegiatan kursus sulap lazim dilakukan oleh komunitas sulap lainnya.

Maklumlah, mereka membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kegiatan rutin mereka, seperti mendatangkan pesulap kenamaan untuk berbagi trik.

Komunitas sulap lain yang juga membuka kursus adalah Griffin Magic Family. Maklum, Griffin didesain pendirinya Ary Novianto sebagai komunitas orang yang menekuni profesi pesulap. “Jadi bukan sekadar komunitas yang punya kesamaan hobi,” ujarnya. Makanya, calon anggota yang ingin bergabung minimal harus memiliki 10 trik sulap agar bisa diterima sebagai anggota.

Ary bilang, salah satu keuntungan bergabung dengan Griffin, setiap anggotanya akan diarahkan menjadi entertainer di bidang sulap. Saat ini, ada 348 pesulap yang bergabung menjadi anggota Griffin.

Kegiatan rutin yang dilakukan Griffin adalah kopi darat setiap hari Sabtu. Tempatnya pun sudah ditentukan yakni di kawasan Taman Ayu, Barito, Jakarta Selatan.

Griffin juga mengadakan workshop satu bulan sekali di Rumah Musik Kafe, Ciledug, ataupun di Magic Cafe, Mal Artha Gading. Ary bilang, gathering dan workshop menjadi ajang penting bagi anggota untuk berbagi ilmu sekaligus mengasah kepercayaan diri sebagai pesulap.

Untuk memotivasi para anggotanya, setiap enam bulan sekali, Griffin juga menggelar kompetisi antaranggotanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test

Terbaru