Pada tahun 2016, Sharapova tersandung masalah. Ia dinyatakan positif menggunakan zat terlarang yang dilarang di Australia Terbuka.
Sharapova awalnya dilarang bermain selama dua tahun, sebelum larangan itu dikurangi menjadi 15 bulan setelah naik banding.
Kembali beraksi pada bulan April tahun berikutnya, Sharapova sejak itu tidak dapat mencapai puncak seperti awal kariernya.
Baca Juga: Serena William dan rapper Jay Z kini menjadi salah satu pemilik Kopi Kenangan
Menurut situs WTA, Sharapova juga telah mengumpulkan hadiah lebih dari US$ 38 juta dalam karirnya.
"Melihat ke belakang sekarang, saya menyadari bahwa tenis telah menjadi gunung saya. Jalan saya telah dipenuhi dengan lembah dan jalan memutar, tetapi pemandangan dari puncaknya luar biasa," ujarnya.
"Namun, setelah 28 tahun dan lima gelar Grand Slam, saya siap untuk mendaki gunung lain — untuk bersaing di jenis medan yang berbeda," imbuh Sharapova.
Saat di puncak karier, Sharapova menerima bayaran tinggi dari merek-merek ternama seperti Nike.
Setelah kembali ke puncak karier pada 2012, Sharapova melakukan debut di Olimpiade London. Namun, ia kalah di final dan hanya dengan medali perak.
Cedera yang akhirnya mengganggu penampilan Sharapova di lapangan tenis. Dia menderita sejumlah cedera bahu dan menyadari akhir kariernya mungkin sudah dekat.
"Cedera pada bahu bukan hal baru bagi saya. Tapi lama-kelamaan tendon saya pecah seperti tali," tulis Sharapova.
Ia sudah menjalani beberapa kali operasi dan menghabiskan waktu berbulan-bulan terapi fisik. Tapi, pada akhirnya cedera itu pula yang mengakhiri kariernya di dunia tenis yang telah melambungkan namanya.
Baca Juga: Filipina berpeluang gantikan Wuhan jadi tuan rumah Kejuaraan Asia 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News