Martabak khas Palembang yang enaknya nendang

Senin, 14 Mei 2012 | 11:31 WIB Sumber: Mingguan KONTAN, Edisi 14 Mei - 20 Mei 2012
Martabak khas Palembang yang enaknya nendang

ILUSTRASI. Pemerintah telah menerima 500.000 dosis vaksin Sinopharm yang akan digunakan untuk program vaksinasi gotong royong.


Bagi yang pernah ke Palembang, mungkin tak asing lagi dengan nama Martabak HAR. Katanya, belum lengkap menyambangi ibukota Sumatra Selatan itu kalau belum merasakan martabak telur ala Martabak HAR.

Tapi, khusus warga Jakarta dan sekitarnya, untuk menikmati kudapan itu tak perlu jauh-jauh terbang ke Palembang. Cukup ke kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat saja. Persisnya di Jalan Hayam Wuruk nomor 19, cabang Martabak HAR bercokol sejak tahun 2005 lalu.

Tidak susah mencari lokasi kedai ini. Kalau Anda datang dari arah Harmoni melalui Jalan Gajah Mada, setelah melewati Gajah Mada Plaza, putar balik ke Jalan Hayam Wuruk. Selepas pom bensin, palingkan perhatian Anda ke jajaran toko di sebelah kiri jalan. Martabak HAR ada di barisan toko itu. Tandanya adalah kedai warna kuning dengan tulisan Martabak HAR yang cukup besar.

Kedai ini terdiri dari dua lantai. Lantai dasar berisi sekitar 20-an kursi, sedang lantai atas terdapat 30-an bangku. Di samping kiri kedai bagian depan, akan tampak seorang pelayan sedang mengolah martabak. Pengunjung dapat melihat sendiri proses pembuatan martabak yang cukup unik.

Martabak HAR mirip dengan martabak telur pada umumnya. Ukuran dan penampakan luarnya juga sama. Bahan utamanya juga idem ditto, adonan tepung yang digepengkan kemudian diputar-putar hingga menjadi sangat tipis dan lebar.

Nah, perbedaannya terletak pada isi dan proses pembuatannya. Kedai ini tidak mengocok telur bebek dalam sebuah wadah, apalagi dicampur dengan potongan daging cincang dan daun bawang. Di Martabak HAR, isi telur langsung dituangkan di atas adonan tepung yang dipanaskan dalam sebuah wajan besar berbentuk ceper, tanpa campuran daging atau sayuran apa pun, lo.

Standar minimal kedai ini, satu porsi martabak berisi dua telur. Tapi kalau dua telur kurang nendang, Anda bisa memesan tambahan sesuai selera. “Ada pelanggan yang biasa memesan sampai delapan telur untuk satu porsi,” ungkap Muhammad Syarif, pengelola Martabak HAR, Jakarta. Anda juga bisa memilih telur bebek atawa telur ayam.

Pakai kuah kari

Pesanan akan terhidang di atas meja, Anda pun siap bersantap. Kedai ini menyajikan martabak telur di piring bersama mangkuk berisi kuah kari kental berkelir kuning. Tak lupa, sepiring kecil cacahan cabai rawit bercampur kecap asin dan cuka menemani.

Cara makan, tuangkan kuah kari ke atas martabak. Lalu, potong martabak yang sudah berlumur kari dengan sendok. Angkat potongan martabak dan masukkan ke dalam mulut. Hap, gurihnya kari dan telur yang terbungkus tepung garing bakal langsung membuai lidah. Kunci kelezatan martabak ini pada rasa kari yang gurih dan kaya rempah. “Bumbu kari ini resep lama keluarga,” kata Syarif.

Anda yang suka pedas, bisa menambahkan cacahan cabai rawit bercampur kecap asin dan cuka ke dalam martabak. Kesegaran dari rasa pedas, asin, dan asam alias “nano-nano” menyempurnakan rasa kari yang gurih. Martabak yang tebal, dijamin bakal membuat Anda kenyang setelah menghabiskan satu porsi.

Harganya enggak mahal-mahal amat, kok, Rp 17.000 per porsi. Dengan segala kelebihannya, jangan heran kalau setiap hari pesanan martabak telur yang masuk ke kedai ini mencapai 200 porsi. Jika satu porsi membutuhkan minimal dua telur, artinya saban hari Martabak HAR menghabiskan paling sedikit 400 butir telur.

Namun, kedai ini tak hanya menawarkan martabak telur. Martabak HAR juga menawarkan menu nasi briyani kambing. Ini adalah kuliner tradisional asal India. Nasinya dimasak dengan minyak samin dan bumbu kari kambing yang disajikan dengan kari dan acar.

Karena berbumbu kari, nasinya berwarna kuning dengan aroma yang harum membangkitkan selera. Rasanya? Jangan ditanya, sudah pasti gurih bercampur agak pedas dari bumbu kari yang meresap ke nasi, terasa sangat pas di lidah. Potongan daging kambingnya juga terasa lembut dan lezat.

Selain kari dan daging kambing yang nikmat, kelebihan sajian ini adalah berasnya yang khusus diimpor dari Negeri Gangga. Nasi briyani menggunakan beras basmati asal India. Ciri khas beras ini adalah butirannya yang sangat panjang, bisa mencapai 17 milimeter. Teksturnya juga lembut. “Kalau pakai beras lokal, rasanya kurang enak,” ujar Syarif.

Cuma, lantaran harga beras basmati lumayan mahal, sampai Rp 45.000 per kilogram, maka harga seporsi nasi briyani kambing dibanderol Rp 32.000. Sebagai pelepas dahaga, Anda wajib menjajal teh halia, teh tarik dengan rasa jahe seharga Rp 8.000.

Martabak HAR
Jl. Hayam Wuruk 19 Jakarta Pusat
Telp. 021-3506094
Koordinat GPS: S6014.94’ - E106081.76’

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari
Terbaru