Masalah industri musik nasional di mata musisi

Kamis, 09 Maret 2017 | 20:58 WIB Sumber: Antara
Masalah industri musik nasional di mata musisi


JAKARTA. Empat tahun setelah pemerintah menetapkan tanggal 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional, sejumlah musisi melihat bahwa industri musik di Indonesia masih menghadapi beberapa masalah.

Penyanyi dan penulis lagu asal Aceh Tompi mengatakan bahwa Hari Musik Nasional sebaiknya tidak hanya diperingati sebagai sebuah simbol, melainkan pengingat "Pekerjaan Rumah" yang harus dikerjakan dan diselesaikan.

"Mulai dari pendidikan musik, produksi sampai kehidupan orang yang terlibat di dalamnya," ujar Tompi dalam temu media diskusi Hari Musik Nasional di Jakarta, Kamis.

Berikut tiga masalah yang dihadapi industri musik Indonesia saat ini menurut Tompi dan Glenn Fredly.

1. Pemerintah dan musisi belum bersatuĀ 

Tompi melihat permasalahan mendasar bahwa pemerintah dan para musisi "sibuk sendiri-sendiri." "Bagaimana musik terlalu cuek dengan perkumpulan. Yang bisa kerja benar enggak mau terlibat. Kenapa enggak lebih aktif, enggak hanya aktif berkarya," ujar dia.

Dia juga mengkritik peran Bekraf saat ini yang dia rasa kurang berpengaruh terhadap industri musik dan para musisi khususnya.

Musisi yang juga dokter bedah plastik tersebut berharap keterlibatan Bekraf tidak hanya sebagai supporting system, namun menjadi nafas dari industri musik. "Peran Bekraf sebagai bagian dari pemerintah harus sangat kuat," kata Tompi.

2. Jaminan hari tua bagi musisiĀ 

Tompi mengatakan bahwa para musisi sering terjebak kenyamanan semu. Banyak musisi yang menurut dia memiliki mendapat sukses dan kaya raya di masa muda, namun menghadapi kesulitan di masa tua.

Sementara itu, terkait isu yang sudah ada sejak dulu tersebut, menurut Tompi pemerintah hanya bicara semata.

"Apakah salah pemerintah? Enggak juga. Kalau saya melihat kita semua salah. Musisinya juga maunya disuapin doang, enggak boleh begitu," ujar dia.

"Makanya harus sama-sama. Sama-sama terlibat di kebijakan, sama-sama kita bekerja, di-push terus, supaya kalau Bekraf-nya dipecut terus nanti ada sesuatu yang berbeda," sambung dia.

Editor: Yudho Winarto

Terbaru