Membentengi Komputer dari Aksi Kejahatan

Sabtu, 24 Oktober 2009 | 00:26 WIB   Reporter: Roy Franedya

acer_protectoin_k_daniel-prabowo-editKEHADIRAN internet menjadi buah simalakama bagi banyak manusia. Di satu sisi, internet memang memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan aktivitasnya. Namun, di lain sisi, kehadiran internet juga menimbulkan praktik-praktik kejahatan baru di dunia maya. Di Indonesia, misalnya, berdasarkan laporan Internet Security Threat Report volume XIV terbitan Symantec yang diumumkan di Indonesia pada 6 Mei 2009 lalu, negeri kita tak luput dari ancaman kejahatan di internet. Secara global, dari hasil survei yang dilakukan di 230 negara, Indonesia menempati urutan ke-41 sasaran kejahatan lewat internet. Tak hanya itu, Indonesia juga menempati urutan tiga besar potensi infeksi virus di kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ). Peringkat ini naik secara signifikan. Pasalnya, pada survei sebelumnya, Indonesia hanya ada di urutan ke delapan. Nah, salah satu kejahatan internet yang meningkat belakangan ini adalah pencurian identitas diri. Berdasarkan survei Javelin Strategy & Research bertajuk 2008 Identity Fraud Survey Report yang terbit Januari 2009, pencurian indentitas bahkan telah memakan hampir 10 juta korban pengguna internet online dan offline, dengan total kerugian US$ 48 miliar. Angka tersebut hanya mencatat kejadian di Amerika Serikat. Dari pencurian itu, negara dirugikan hingga kurang lebih US$ 34 miliar per tahun. Antivirus pencurian indentitas Maraknya aksi ini membuka peluang bagi para produsen antivirus. AVG Technologies, salah satu produsen antivirus, pengembang produk keamanan komputer, mengeluarkan produk baru bernama AVG Identity Protection (IDP). Menurut AVG, teknologi IDP sejatinya dikembangkan oleh Sana Security, perusahaan yang awal tahun ini diakuisisi AVG. Menurut mereka, IDP ini mampu memberikan perlindungan tambahan bagi pengguna komputer. Secara khusus IDP difokuskan untuk membantu mencegah pencurian kata sandi, rincian rekening bank, nomor kartu kredit, dan lainnya. IDP menggunakan teknologi yang disebut analisis perilaku. Teknologi ini memastikan semua program yang berjalan pada komputer berjalan dengan semestinya. Bila IDP mendeteksi bahaya yang menunjukkan upaya pencurian identitas, teknologi IDP akan menghentikan aktivitas tersebut. “Pengguna komputer perlu yakin bahwa ketika mereka melakukan transaksi perbankan dan berbelanja secara online menggunakan komputer dan internet, mereka tidak akan menjadi korban pencurian identitas,” ungkap CEO AVG Technologies, JR Smith dalam siaran persnya. Sat ini AVG IDP baru dibundel dalam produk AVG terbaru,  yaitu AVG 9.0. Artinya, kalau ingin mendapatkan fasilitas ini, pengguna antivirus lain seperti Norton atau Kaspersky tetap harus menggunakan antivirus AVG 9.0 ini. Smith menyakinkan, AVG terbaru ini tak kalah dengan produk antivirus milik vendor lainnya. Ada beberapa hal yang disempurnakan pada AVG 9.0 ini. Pertama, kecepatannya membersihkan virus dan spayware. AVG 9.0 mampu mengurangi waktu scan hingga 50%, bergantung pada sistem konfigurasi. Begitu juga ada peningkatan 10% sampai 15% untuk waktu booting dan penggunaan memori. Melindungi diri dari aksi pencurian data pribadi Seiring bertambahnya pengguna internet, kejahatan di dunia maya juga kian tinggi. Hasil penelitian X-Force pada pertengahan 2009, misalnya, menunjukkan bahwa angka kriminalitas online tumbuh hingga mencapai 508% dari periode sebelumnya. Bagi yang belum tahu, X-Force adalah tim riset milik IBM yang mengkhususkan diri di bidang keamanan dan jaringan. Berdasarkan hasil penelitian itu, kejahatan yang paling sering terjadi adalah pencurian identitas para pengguna internet. Angkanya melonjak hingga 400%. Pencurian identitas biasanya dilakukan dengan metode phising dan pharming. Phising merupakan kata plesetan dari bahasa Inggris (fishing) yang berarti memancing. Dalam konteks internet, istilah tersebut diartikan sebagai cara untuk memancing seseorang mengunjungi halaman atau situs tertentu. Phising digunakan pelaku kriminal untuk menggiring seseorang mendatangi web melalui email. Tujuannya untuk menjebol informasi yang sangat pribadi dari sang penerima email, seperti password dan personal indentity number (PIN) seperti yang ada di kartu kredit. Operasi memancing informasi secara gelap ini biasanya diawali oleh pengiriman informasi seolah-olah si penerima email mendapatkan pesan dari sebuah situs yang tentu saja palsu. Nah, ketika korban mengisikan password itulah penjahat mencuri identitas. Penggunaan situs palsu ini disebut juga dengan istilah pharming. Berdasarkan obyeknya, pencurian identitas bisa digolongkan menjadi dua; korporat dan individu. Pencurian identitas pada level korporat umumnya dilakukan pada database informasi pelanggan yang dimiliki perusahaan. Caranya dengan mengakses database melalui orang dalam perusahaan (insider) yang secara tak sengaja maupun sengaja lengah terhadap keamanan penggunaan informasi pelanggan. Sementara pencurian identitas individu umumnya dilakukan dengan memancing Anda memasuki suatu situs atau email. Ada banyak cara untuk memastikan informasi Anda aman dari pencuri. Yang paling gampang, buat alamat email sekali pakai jika ingin mengakses situs atau alamat email yang tidak biasa berhubungan dengan anda. Cara lainnya adalah bersikap sangat hati-hati dalam merespon email. Jika Anda mendapat undangan untuk mengunjungi situs tertentu, lihat aturan mainnya. Kalau situs tersebut meminta password, username, atau data-data lain dengan alasan untuk verifikasi, jangan pernah Anda berikan. Lebih baik Anda abaikan saja. Cara lainnya adalah dengan membeli software yang didisain untuk menangkal upaya-upaya kejahatan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test
Terbaru