Menelusuri manikam di Kepulauan Seribu

Jumat, 23 Agustus 2019 | 05:05 WIB   Reporter: Fahriyadi, Havid Vebri, M David Kurniawan, Vendi Yhulia Susanto
Menelusuri manikam di Kepulauan Seribu

ILUSTRASI.


JEP KEPULAUAN SERIBU - Semilir angin di pantai berpasir putih, beradu seru dengan gemercik ombak yang menyapa rindang pepohonan terasa menyejukkan suasana. Laut biru yang memantulkan cahaya langit memberi ruang yang leluasa bagi ikan-ikan kecil untuk bermain di sela terumbu karang. Menentramkan.

Suasana ini bisa Anda dapatkan hanya sekitar 3 jam perjalanan laut dari pesisir pantai Jakarta. Ya, tepatnya di gugusan Kepulauan Seribu kini menjadi destinasi wisata 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau “Bali Baru”. 

Kawasan ini Kepulauan Seribu mulai bersolek. Tempat ini mulai banyak dijamah wisatawan lokal maupun asing. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mulai mengembangkan beberapa pulau berpenduduk di kawasan ini untuk menyambut wisatawan. 

Misalnya di Pulau Tidung, Pemerintah Daerah (Pemda) membangun fasilitas foodcourt, gazebo dan pusat suvenir. Fasilitas ini menambah daya tarik pulau yang punya ikon jembatan cinta, jembatan penghubung Pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil. 

Di Pulau Untung Jawa, Pemprov akan membangun Jembatan Pengantin yang menjadi spot baru untuk wisatawan yang suka berswafoto. "Beberapa Pulau seperti Pramuka, Tidung, Kelapa, Untung Jawa, Harapan dan Pulau Lancang akan terus kami kembangkan sebagai destinasi wisata pemukiman di Kepulauan Seribu," kata Dahyar, Seksi Pariwisata Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu.

Di Pulau Pramuka yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu, pemerintah akan melakukan revitalisasi infrastruktur pelabuhan mulai tahun depan. "Pelabuhan akan kami percantik lagi," imbuh Solihin, Kepala Pelabuhan Pulau Pramuka. 

Baca Juga: Nelayan Pulau Seribu merugi gara-gara tumpahan minyak Pertamina

Sebelumnya, pemerintah daerah juga telah membangun pelindung pantai di Pulau Pramuka, Bidadari, dan Harapan untuk keamanan dan kenyamanan turis. Pemda juga membangun sejumlah titik infrastruktur instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Terakhir di Pulau Panggang.

Dan, upaya mempercantik Kepulauan Seribu mulai membuahkan hasil. Tingkat kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun lalu, jumlah turis asing tercatat 28.963 orang, naik tipis dari 2017 sebesar 28.731 orang. 

Namun dibanding dua tahun sebelumnya terjadi lonjakan signifikan, contohnya tahun 2015 hanya 10.836 turis asing. Sementara di 2016 sebanyak 24.517 turis asing. Ada pun turis lokal berkisar di angka 800.000-an pengunjung.

Bagi turis asing yang sudah menyempatkan diri mampir, Kepulauan Seribu memang menyimpan pesona. Fredrich, wisatawan asal Prancis mengaku antusias berkunjung ke Pulau Pramuka. "Kami melihat promosi Kepulauan Seribu dari internet, laut dan pemandangannya bagus," ujarnya.

Kepala Suku Dinas Pariwisata Kepulauan Seribu, Cucu Kurnia bilang, lonjakan turis asing dipicu gencarnya promosi pariwisata yang dilakukan pemerintah maupun swasta yang mengelola bisnis resort di Kepulauan Seribu. 

Baca Juga: Inilah pilihan pulau private di Kepulauan Seribu

Untuk mengimbangi terus meningkatnya turis asing, pemerintah juga terus meningkatkan fasilitas dan standar pelayanan kepada tamu. Misalnya melakukan bimbingan teknis kepada para pengelola dan pemilik homestay yang notabene warga setempat.

Saat ini ada ratusan homestay tersebar di beberapa pulau destinasi wisata pemukiman. Misalnya Pulau Pramuka ada 50 homestay yang disewakan ke turis. 

Pemkab Kepulauan Seribut beberapa kali memberikan pelatihan hospitality kepada pemilik homestay. "Pelatihan pelayanan kepada pengelola bagaimana menjamu tamu dengan ramah sesuai standar tempat wisata global," katanya. 

Ada juga pelatihan kepada pemandu wisata atau tour guide. Saat ini total ada 50 tour guide resmi yang terdaftar di Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu.

Minim dukungan infrasruktur

Sayangnya, pariwisata di Kepulauan Seribu masih terkendala akses transportasi, karena minimnya kapal penyeberangan. Saat ini cuma ada enam kapal cepat, 35 kapal tradisional dan satu kapal milik PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) yang mengantar warga maupun wisatawan dari Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke menuju Kepulauan Seribu. Ada pun tarifnya dipatok mulai harga Rp 44.000 hingga Rp 74.000 tergantung tujuan.

Alternatif lain, wisatawan bisa menggunakan kapal cepat atau speed boat dari dermaga Marina, Ancol. Tarifnya mulai Rp 100.000 untuk pulau terdekat seperti Pulau Bidadari, hingga Rp 350.000 untuk pulau dengan trayek terjauh, yakni Pulau Pantara. "Jika dilihat dari sisi pariwisata, jumlah kapal memang kurang," katanya. 

Baca Juga: Butuh akses lebih untuk membuka wisata Kepulauan Seribu

Cucu mencontohkan transportasi menuju ke Pulau Sebira di ujung utara Kepulauan Seribu, hanya ada dua kali akses penyeberangan dalam sepekan. Padahal pulau itu memiliki mercusuar yang dinamai Noord Wachter atau Penjaga Utara peninggalan kolonial Belanda yang dibangun tahun 1869.

Memang selama ini pengembangan akses transportasi baru fokus ke pulau-pulau berpenghuni dan resort. Sementara untuk menjangkau pulau-pulau yang tidak berpenghuni, pengunjung harus merogoh kocek agak dalam karena harus menyewa kapal perahu milik nelayan. 

Baca Juga: Ini wisata murah terasa wah di Kepulauan Seribu

Secara geografis, Kepulauan Seribu memiliki 105 pulau yang terdiri dari pulau resort dan pulau penduduk dengan total wilayah daratan seluas 8,7 kilometer persegi. Di wilayah kabupaten ini terdapat zona konservasi berupa Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKS) serta empat pulau cagar budaya. Untuk potensi wisata baharinya meliputi snorkeling, diving, panorama matahari terbenam hingga kelezatan cita rasa hidangan laut.  

Bak gadis cantik yang pandai bersolek, kepulauan seribu terus berbenah demi menggaet wisatawan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Syamsul Azhar

Terbaru