Untuk sepeda lipat yang lebih murah, Kusnanda menyematkan groupset buatan Taiwan seperti XLR8. Menurutnya, untuk rentang harga di kisaran Rp 330.000 hingga Rp 400.000 untuk sepaket shifter dan RD, merek ini merupakan yang terbaik di kelasnya.
Bukan hanya lebih nyaman, tapi merek tersebut memiliki fitur dan fungsi yang lebih handal. "Jadi, pelanggan tetap merasa puas," imbuh Kusnanda.
Dia menambahkan, komponen tersebut cukup awet. Cuma memang, merek seperti XLR8 butuh penyetelan yang lebih rumit dan intensitas yang terbilang sering.
"Kalau pakai Shimano, menyetelnya gampang. Selain itu, butuh waktu hingga sekitar dua bulan dengan intensitas pemakaian sepeda seminggu tiga kali hingga komponen ini harus disetel ulang. Berbeda dengan XLR8 yang pemakaian sekitar satu bulan sudah harus disetel ulang," terang Kusnanda.
Bukan tanpa alasan pula Kusnanda memilih frame dengan merek luar negeri dan bermain di rentang harga tersebut. Pasalnya, produsen merek lokal lebih sering merilis sepeda lipat utuh (fullbike) ketimbang unit frame saja.
Baca Juga: Sepeda Santa Cruz sang penakluk jalanan terjal pegunungan, berapa harganya?
"Kalau saya main di bawah harga Rp 7 jutaan juga kalah dengan pabrikan besar yang produksinya sudah sangat efisien," imbuhnya.
Pada rentang harga tersebut, margin yang diperoleh juga cukup tebal, antara Rp 1 juta hingga Rp 2 juta dari setiap unit sepeda lipat yang terjual.
"Saya rasa, margin sebesar itu sangat wajar mengingat pemilihan komponen yang saat ini sedang sangat sulit. Belum lagi waktu dan tenaga yang harus saya kerahkan untuk mencari komponen yang paling murah dan merakitnya menjadi sepeda lipat utuh," jelas Kusnanda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News