Menyesap nikmat kopi khas nusantara

Sabtu, 19 November 2016 | 12:39 WIB   Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Klaudia Rani
Menyesap nikmat kopi khas nusantara


Kopi wamena

Kopi wamena dikembangkan di lembah Baliem, dekat pegunungan Jayawijaya. Anjas bilang, kopi Wamena dikenal kopi organik dengan rasa herbal yang kuat. “Rasa herbal maksudnya ada rasa sulfur sedikit, karena perkebunannya terletak di lembah pegunungan Jayawijaya,” ujarnya.

Aroma dan rasa kopi Wamena memang tidak sekuat kopi daerah lain, cenderung lebih lembut. Teksturnya juga tidak terlalu kental, seperti kopi Aceh Gayo. Sejak 2008, kopi wamena mulai diekspor ke beberapa negara di benua Amerika dan Eropa.

Sementara di dalam negeri lebih banyak dipasarkan di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan, dan Tasikmalaya. Harganya mencapai Rp 145.000 per kg dalam bentuk biji kopi.

Kopi toraja

Kopi jenis arabika ini dihasilkan di Tana Toraja yang terletak di daerah Enrekang, ibukota Kalosi. Kelebihan Kopi Toraja saat diminum tanpa gula ada rasa gurihnya.

Kopi toraja pun memiliki tingkat keasaman rendah dan citarasa floral serta fruity. “Karakter kopi ini beragam buah, seperti lemon, karamel, dan ada ginger-nya,” ungkap Aga.

Menurut Aga, sensasi rasa kopinya kuat, menembus lidah. Ada juga rasa kecut dan pahit di ujung lidah tidak lama sesudah diteguk.

Syafrudin menambahkan, nilai jual kopi toraja dan flores cukup tinggi di pasar jika dibanding kopi daerah lain. Biji kopi toraja dibanderol seharga Rp 110.000 per kg.

Kopi bali kintamani

Kopi ini dikembangkan di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Kintamani merupakan daerah pegunungan dengan hawa sejuk. Ada sekitar 15.000 hektare lahan di Kintamani yang ditanami kopi.

Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Kintamani Bali, I Ketut Jati mengatakan, proses pengolahan kopi kintamani dilakukan dengan cara olah basah giling kering atau wet process.

Untuk menghilangkan lendir dan mengubah zat gula menjadi zat asam, biji kopi difermentasi selama 36 jam. "Semakin lama fermentasi, bisa semakin asam," ucapnya.

Kemudian dilakukan penjemuran menggunakan para-para atau terpal yang diletakkan di atas meja. Persentase kekeringan biji kopi mencapai 12% yang bisa tercapai setelah dua minggu.

Jati bilang, selain cara pengolahannya, keistimewaan kopi kintamani terletak pada rasa lemonnya. Saat ini, kopi kintamani dibanderol seharga Rp 24.000 per kg. Sementara, kopi kintamani spesialiti dihargai Rp 70.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru