Motor makin legendaris, harga makin fantastis

Rabu, 08 Desember 2010 | 07:32 WIB   Reporter: Dian Pitaloka Saraswati, Syamsul Ashar
Motor makin legendaris, harga makin fantastis

ILUSTRASI. Perjalanan jelajah wisata di Danau Toba. KONTAN/Muradi/2019/08/10


Jika Anda memiliki warisan motor tua dari zaman baheula, jangan buru-buru dilego. Ini bisa jadi harta semahal emas batangan, apalagi kalau surat-suratnya lengkap. Pastikan keasliannya, poles sedikit, dan brummm..., harganya akan melaju.

Kuda atawa turangga sejak zaman dahulu telah menjadi simbol keberhasilan dan kemakmuran. Kini, perwujudan kuda tergantikan oleh kuda besi motor dan mobil. Berapa pun harganya, seseorang akan tetap memburunya untuk sebuah kesenangan dan identitas.

Seringkali kesempatan seorang kolektor motor atau mobil mewah menikmatinya memang sangat minim. Maklum, kesibukan sebagai penduduk megapolitan membatasi ruang waktu pemilik untuk menunggang kuda besi itu. Tapi, terkadang, mereka sudah puas hanya mendengarkan deru mesin saat memanasinya di pagi hari.

Jangan salah, simbol kemakmuran ini bukan semata berwujud barang kinclong yang baru keluar dari showroom. Seiring perkembangan zaman, motor tua nan antik pun bisa jadi lambang kesuksesan. Orang berlomba-lomba memburu motor tua zaman baheula untuk memuaskan hobinya. Bahkan, tak sekadar hobi, motor antik bisa jadi keranjang investasi.

Salah satu jenis motor legendaris yang tergolong memiliki banyak penggemar adalah motor asal Inggris. Di antaranya adalah Birmingham Small Army (BSA), Albert John Stevens (AJS), dan Norton.

Rata-rata, produsen merek-merek motor tersebut membuat produknya di awal 1900-an. Motor-motor itu punya perjalanan dan kisah panjang. Apalagi, sebagian pabrik yang memproduksinya pernah bangkrut atau merger dengan perusahaan lain.

Motor-motor lawas asal Eropa seperti ini punya keunggulan dari sisi kapasitas mesin yang besar; yakni silinder di atas 250 cc. Selain itu, bentuknya yang klasik dan suaranya yang kuat tapi halus memikat banyak orang untuk mengoleksinya.

Salah satu merek Eropa yang menjadi favorit kolektor adalah BSA. Beberapa kolektor jatuh hati dengan mesinnya yang kokoh dan bentuknya yang khas.

Asal-muasalnya, BSA digunakan sebagai kendaraan militer. Menurut pendiri Komunitas BSA Indonesia, Luka Muhammad, motor BSA yang paling banyak beredar di Indonesia adalah motor peninggalan tentara Belanda. “Zaman dulu, banyak yang order, sampai ada diler resminya di Indonesia. Tapi, diler ini bangkrut karena serbuan motor Jepang,” katanya.

Meski tua, motor BSA adalah salah satu motor terbaik di dunia. Maklum, mesinnya bagus. Luka memiliki motor BSA jenis A10 warisan kakeknya. Saat dibeli tahun 1950-an, harga motor itu “cuma” Rp 5.000. “Kini harganya sudah di atas Rp 75 juta,” klaim dia.

Luka bukan kolektor yang fanatik terhadap satu tipe motor. Dia sering gonta-ganti koleksi. Saat ada yang meminati, dia siap melegonya dan mencari koleksi lain. Dia pernah mengoleksi BSA A7 tahun 1951 yang ia beli seharga Rp 8 juta pada 1990. Beberapa tahun berselang, dia menjualnya dengan harga mencapai Rp 75 juta.

Mengapa bisa sedemikian mahal? Harga motor lawas ditentukan beberapa hal. Antara lain orisinalitas dan kelengkapan. Misalnya, harga BSA full original, yang memiliki surat lengkap dan tinggal pakai, sekarang di atas Rp 40 juta per unit.

Namun, kalau kondisi motor itu seadanya, harganya pasti lebih murah. Sebab, si pembeli harus merogoh kantong lagi untuk renovasi (rebuild) maupun mengurus surat yang sudah kadaluarsa.

Menurut Fredie Sugeng Rahmadi, pemilik bengkel Kharisma Chrome, spesialis motor kuno, mayoritas kolektor memang mengincar motor BSA. Pria yang gemar jual beli motor lawas ini memperkirakan, sekitar 50% barang yang pernah ia perdagangkan bermerek BSA. “Mesinnya lebih variatif dan harga terjangkau ketimbang Harley Davidson,” katanya.

Dalam catatan Fredie yang telah berjualan dan memperbaiki motor tua sejak tahun 1990, harga BSA bisa naik lima kali lipat dalam rentang 10 tahun. Misal, pada 1990, harga BSA Twin berkapasitas 500 cc buatan tahun 1955 hanya Rp 1,5 juta. “Tahun 2000, produk ini laku Rp 12 juta dan tahun ini ada yang menawar Rp 60 juta,” ujarnya.

Contoh lain adalah BSA Twin 600 cc buatan 1955. Sekitar 20 tahun silam, harga motor ini hanya Rp 4 juta. Pada 2000, harganya melambung menjadi
Rp 55 juta. “Sekarang sudah ada yang menawar Rp 120 juta,” klaim Fredie.

Mengukur gain

Lonjakan harga seperti ini bukanlah isapan jempol. Enda Kurniawan, seorang kolektor motor lawas, mengaku sempat mendapat tawaran menukar BSA koleksinya dengan mobil Jeep keluaran tahun 1942 plus sejumlah uang. Namun, ia menolak karena kadung cinta dan sudah merogoh duit Rp 14 juta untuk memperbaiki motor kesayangannya tersebut.

Motor tua lain yang tergolong legendaris adalah Indian buatan Amerika Serikat. Meski sekarang masih berproduksi, seri lawasnya bisa mendatangkan cuan lantaran umurnya sudah sampai 78 tahun. Harganya bisa Rp 250 juta. “Padahal, dulu tahun 1990, ada yang menjual seharga Rp 7 juta,” kata Fredie.

Motor merek Norton produksi Inggris juga tidak kalah menarik. Asal tahu saja, pabrik Norton sempat tutup dan berproduksi lagi setelah merger dengan Viller dan Triumph.

Norton banyak mengeluarkan motor gede dengan silinder di atas 350 cc pada tahun 1956. Pada 2000, harga jualnya sekitar Rp 35 juta. Kini, harga itu sudah melejit menjadi Rp 55 juta.

Ada juga Norton Twin 600 cc, yang harganya melonjak hingga Rp 120 juta. “Motor ini dibeli pada 1990 cuma Rp 4 juta, dan naik tiap tahun,” imbuhnya.
Sedangkan motor besar dengan kelas di atas 500 cc, rata-rata, didominasi merek Harley Davidson (HD). Harga motor HD buatan tahun 1942 dengan mesin 750 cc mencapai Rp 200 juta atau hampir sama dengan motor HD seri terbaru.

Padahal, tahun 2000, harga motor itu masih Rp 80 juta. Seorang kolektor HD, Hoentoro Hadi Widjojo Kolopaking, yang mengoleksi sekitar 20 HD lawas produksi tahun 1942–1960, mengaku menikmati hobinya mengoleksi motor HD klasik.

Hampir semua tipe HD dimilikinya. Mulai dari Sportster, Classic, hingga Clearwater. Ia mengumpulkan HD lawas ini mulai tahun 1990. “Waktu itu harganya masih puluhan juta,” kata Hoentoro tanpa menyebutkan detail harganya.

Kalau melihat perkembangan harganya, sekarang motor Hoentoro sudah bernilai ratusan juta rupiah. Namun, ia belum berniat menjualnya.

Sebagai barang koleksi maupun investasi, harga motor HD memang tergolong stabil. Selain itu, penggemar HD sangat banyak, sehingga gampang untuk menjualnya ke pasar.

“Harga HD ya segitu-segitu saja, relatif stabil. Kalau mau cari untung gede, cari moge non-Eropa dan Amerika yang harganya terus nanjak,” saran Suyono, pemilik bengkel HD Merzyta Motor di Jalan Raya Bogor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test
Terbaru