Segarnya Soto Pak Rus di Purworejo

Jumat, 19 Juli 2019 | 17:49 WIB   Reporter: Wuwun Nafsiah
Segarnya Soto Pak Rus di Purworejo


SOTO - PURWOREJO. Soto adalah menu makanan yang ada di banyak daerah di Indonesia. Memang, racikan dan rasa soto dari masing-masing daerah itu berbeda. Soto madura dengan kuah santan, berbeda dengan soto kudus yang kuahnya bening, atau soto betawi dengan kuah berimbuhkan susu. Jangan lupa dengan soto mie bogor atau sauto, varian soto dari Tegal dengan bumbu tauco.

Nah, pernahkah Anda menemukan soto Purworejo? Pasti belum pernah, karena varian soto Purworejo kurang lazim. Bukan berarti Purworejo tidak memiliki soto khas. Soalnya, kota di pesisir selatan Jawa Tengah ini juga punya soto khas daerah yang cukup legendaris. Hanya saja, namanya bukan soto Purworejo, melainkan soto stasiun.

Untuk menikmati soto ini, Anda harus langsung berkunjung ke kota kecil di sebelah barat Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

Soto stasiun sebenarnya bernama soto Pak Rus, yang diambil dari nama sang pemilik warung. Hanya saja, warga Purworejo dan sekitarnya lebih mengenalnya dengan nama soto stasiun lantaran lokasi sebelumnya berada di dalam Stasiun Purworejo.

Pada hari pertama buka setelah libur Hari Raya Idul Fitri 1440 H saat itu, warung soto Pak Rus langsung diserbu pembeli. Pengunjung warung sederhana di sekitar terminal lama Purworejo ini lebih ramai dari biasanya lantaran masih di hari ke-3 Lebaran. Penikmat soto Pak Rus tak hanya warga Purworejo, namun juga perantau yang sedang mudik ke Purworejo.

Sekitar pukul 10.30 WIB, para pelayan berhenti menyajikan soto kepada pelanggan. Rupanya, warung yang sudah buka sejak pukul 7 pagi ini kehabisan nasi. "Masih harus nunggu setengah jam lagi, nasinya belum matang," kata salah satu pelayan. Meski begitu, para pembeli sabar menunggu untuk menikmati semangkuk soto daging.

Tampilan Sederhana

Soto Pak Rus tidak menawarkan pilihan menu soto. Ketika memesan soto, maka yang tersaji adalah satu mangkuk kecil soto yang berisi nasi, potongan daging sapi, dan tauge dengan taburan daun seledri dan bawang goreng.

Jika satu porsi kurang, tinggal pesan lagi porsi berikutnya. Lauk tambahannya bisa pilih potongan daging, babat bacem, sate ayam, sate telur, perkedel, tempe mendoan, tahu bacem atau aneka kerupuk.

Begitu diseruput, rasa soto segar dan gurihnya pas. Kuahnya bening dan tidak berminyak. Dagingnya pun empuk, dipotong kecil-kecil, pas satu suap soto satu potong daging. Di kuah soto, ada seperti buih-buih kecil berwarna putih yang menambah gurih rasa. Rupanya, itu adalah kocokan putih telur.

Jika suka dengan rasa lebih manis dan pedas, bisa ditambahkan kecap serta sambalnya. Namun, tanpa tambahan apapun, rasa soto sebenarnya sudah cukup nikmat.

Budi Jenawi, anak ke-5 pak rus yang menjadi salah satu pengelola warung mengatakan, resep soto dibuat sendiri oleh sang ibu sehingga menjadi khas dan tidak ada duanya. "Kami tidak tahu jika ini akhirnya menjadi khas, tetapi ibu saya membuat resep seperti ini, sama dengan soto yang beliau masak di rumah," tuturnya.

Meski penyajiannya mirip dengan soto Kudus, Budi mengaku resep soto Ibu Rus berbeda. "Kalau soto Kudus pakai mi, daging ayam, mungkin dikasih kunyit sedikit. Kalau kami tanpa kunyit, bihun dan santan," imbuhnya.

Pada awalnya, menu tambahan soto hanya babat dan iso atau usus sapi yang dibacem. Namun, seiring berjalannya waktu, lauk pendamping lain juga ditambahkan.

Tampilan soto memang biasa saja dan sederhana. Meski demikian, pelanggan masih setia. Sebab, rasa soto Pak Rus tidak ada duanya. Selain warga Purworejo, pegawai instansi di Karesidenan Kedu yang meliputi Kabupaten Magelang, Temanggung, Kebumen, dan Wonosobo juga sering datang ke soto Pak Rus.

Jika hari biasa, Budi mengaku bisa menjual 300-400 mangkuk soto serta menghabiskan tiga hingga empat kilogram daging sapi. "Kalau ramai seperti hari Lebaran ini, bisa dua kali lipatnya. Daging bisa habis sampai 10 kilogram," ujar dia.

Daging sapi yang dipilih juga khas, yakni daging tanpa lemak. Ini adalah kelas daging paling tinggi sehingga teksturnya empuk. Air rebusan daging menjadi kuah soto yang sedap dan gurih.

Lantaran menyasar kalangan menengah ke bawah, harga soto Pak Rus ramah di kantong yakni hanya Rp 13.000 per porsi. Satu mangkuk kecil irisan babat atau daging juga dihargai Rp 13.000. Sedangkan harga gorengan dan sate sebagai pendamping, berkisar Rp 1.500-Rp3.000 per potong.

Berawal dari Nasi Rames Tahun 1950-an

Almarhum Ruslan Hadi Priyono atau Pak Rus bersama sang istri, awalnya membuka warung nasi rames di dalam Stasiun Purworejo sekitar tahun 1958. Kala itu, Stasiun Purworejo masih berfungsi.

Lantaran para penumpang kereta biasanya terburu-buru, maka nasi rames tak jadi pilihan lantaran terlalu berat dan lama untuk dihabiskan. Akhirnya Ibu Rus berinisiatif membuat soto dengan mangkuk kecil dan mulai menjualnya sejak tahun 1960-an. "Setelah berjalan cukup lama, sekitar tahun 1970-an mulai banyak yang mengenal soto kami. Sebelum itu, menu soto belum banyak yang tahu," tutur Budi.

Tahun 1988, Ibu Rus meninggal dunia sehingga semua pengelolaan warung soto beralih ke anak-anaknya. Sedangkan Pak Rus meninggal tahun 1999. Untungnya, Ibu Rus sudah menurunkan resep kepada anak-anak. "Awalnya hanya pakai perkiraan, lalu kami catat takarannya ketika sudah menemukan rasa yang pas," imbuh Budi.

Bupati Purworejo, Gurnito yang menjabat periode 1990-2000 mencetuskan slogan Belum ke Purworejo Jika Belum ke Soto Pak Rus. Soto ini telanjur jadi identitas Stasiun Purworejo yang kini sudah tidak aktif. Pengunjung bisa menikmati soto sekaligus merasakan suasana nostalgia di stasiun. Namun tahun 2011, pemerintah Kabupaten Purworejo memutuskan untuk menjadikan stasiun sebagai cagar budaya dan di area itu dilarang berjualan. Soto Pak Rus akhirnya pindah ke lokasi saat ini.

 

Soto Pak Rus

Jl. Mayjen Sutoyo, Kepatihan, Kec. Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

Koordinat GPS:

-7.708303, 110.012896

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wuwun Nafsiah

Terbaru