She Rides a Bike..!!

Senin, 22 November 2010 | 07:22 WIB
She Rides a Bike..!!
ILUSTRASI. Awan gelap menyelimuti langit di salah satu kawasan di Jakarta, Rabu (11/12/2019).

Reporter: Aprillia Ika, Gloria Haraito | Editor: Test Test

Membawa sepeda ke tempat kerja sudah menjadi gaya hidup pekerja kelas menengah di Jakarta. Maklum, bersepeda ke tempat kerja ternyata mampu menaikkan prestise bagi pengendaranya. Sebab, harga sepeda kerja ini beserta aneka perniknya cukup lumayan menguras isi kantong.

Biasanya, para biker, sebutan untuk pengendara sepeda, memilih jenis sepeda lipat (seli). Sepeda ini cocok dibawa ke mana-mana, bahkan mudah masuk bagasi taksi jika pengendaranya keletihan.

Sayangnya, tidak mudah mengendarainya di tengah deru jalanan Jakarta. Tak perlu heran, jumlah pengguna sepeda wanita (women biker) lebih sedikit ketimbang pengguna sepeda pria.

Usut punya usut, women biker ternyata memiliki sejuta mitos mengenai berkendara dengan sepeda. Salah satu argumen paling umum diungkapkan oleh Fannie Waldhani, konsultan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. "Dulu, saya takut kulit menjadi hitam jika menggunakan sepeda ke kantor," katanya.

Argumen lain misal, bau badan menyengat karena berkeringat seusai menggowes sepeda. Selain itu, ribet bawa barang. Atau, ngeri dengan polah pengendara kendaraan lain yang cenderung ugal-ugalan. "Kalau ribet itu sudah pasti. Sebab, naik sepeda itu tidak sesimpel naik motor," ujar Fay Agnesia, pengendara seli yang berkantor di bilangan Simprug, Jakarta Selatan.

Mengayuh pedal, menepis mitos

Namun, para women biker sudah menyiapkan aneka jurus ampuh untuk mengatasi aneka hambatan itu. Fannie misalnya, untuk menghindari kulit jadi gosong, ia berusaha menggenjot sepeda lipatnya sebelum jam delapan atau setelah jam empat sore. "Beruntung, jarak rumah ke kantor hanya sekitar empat kilometer (km)," katanya.

Sementara Ira Sumule, Asisten Direktur Musik Radio Indika yang jarak rumah ke kantor sekitar enam km menyiapkan sunblock, manset, dan masker antidebu. "Jika keringatan, saya seka dengan kanebo. Setiba di kantor langsung mandi," katanya. Adapun Fay memilih memasang tas sepeda di handle bar selinya, sehingga ia terlepas dari beban tentengan di punggung dan tidak merasa ribet.

Selain itu, para eksekutif wanita ini juga memilih hari-hari tertentu untuk bersepeda. Fannie bilang, ia mengayuh seli-nya tiga kali seminggu. Bahkan ia memberi jeda khusus ketika ia mendapat 'halangan'.

Sementara itu, Ira hanya bersepeda saban Jumat. Hal tersebut ia lakukan sejak tiga tahun silam. "Bagi saya, dengan bersepeda, saya bisa menikmati sarapan di tempat-tempat yang tidak dilalui mobil," ujarnya.

Nah, bagi women biker yang takut diganggu pria iseng, atau takut dengan kondisi jalanan, Ira dan Fannie menyarankan untuk bersepeda dalam kelompok. "Biasanya, anggota Bike to Work (B2W) memiliki rute-rute bersepeda yang aman," timpal Fannie.

Jika masih kurang yakin, women biker bisa mengikuti kursus self defense yang diadakan komunitas B2W.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

TERBARU

Close [X]