Staf permesinan yang sukses jadi Dirut Citilink

Sabtu, 08 November 2014 | 23:14 WIB   Reporter: Tri Sulistiowati
Staf permesinan yang sukses jadi Dirut Citilink

ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersama para deputi gubernur memberikan keterangan kepada wartawan terkait hasil Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) di Jakarta.


MENJADI Direktur Utama di sebuah perusahaan penerbangan bukanlah impian Arif Wibowo kecil. Jabatan ini baru ia inginkan kala menjadi karyawan Garuda Indonesia 25 tahun yang lalu. 

Awalnya, ayah dua anak ini pun tak pernah berniat bergabung dengan perusahaan maskapai milik negera ini. Tapi keputusannya yang tepat membawanya ke posisi tertinggi sekarang. 

Pilihan itu diambil saat Arif menyelesaikan kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Saat itu, ada tiga perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan khusus mahasiswa di kampusnya, yaitu PT Schlumberger, PT Krakatau Steel, dan PT Garuda Indonesia. 

"Saya mengikuti tiga tes penerimaan karyawan di kampus dan hasilnya saya diterima semuanya,” ceritanya kepada KONTAN. 

Kala itu, prinsip hidup Arif adalah ambil kesempatan yang ada. Nah, kebetulan maskapai berlambang burung garuda memberikan surat penerimaan pertama kali. 

Tidak pikir panjang, laki-laki berkacamata ini langsung menerimanya. Posisi awal di Garuda Indonesia adalah staff engineering. 

Maklum saja, saat kuliah S1, Arif mengambil Jurusan Teknik Mesin. Penggemar gadget canggih ini memiliki tugas mereparasi kerusakan pesawat terbang. 

Arif pun masih mengingat gaji awalnya di Garuda Indonesia yang sebesar Rp 125.000 per bulan. Salah satu pengalaman seru pertama yang ia dapatkan kala bertugas sebagai staff engineering adalah saat ditugaskan ke Balikpapan untuk memperbaiki salah satu sayap pesawat yang bengkok lantaran roda pesawat masuk dalam parit. 

Setelah beberapa tahun bergabung dengan maskapai terbesar di Indonesia tersebut, Arif menghidupkan kembali mimpinya untuk meningkatkan jenjang pendidikannya. “Kalau saya tidak disekolahkan, saya sudah keluar dari Garuda,” tegasnya. 

Gayung pun bersambut. Impiannya untuk sekolah lagi terkabul. Setelah empat tahun menjadi Staff Engineering of Maintenance, Garuda Indonesia menyekolahkan Arif ke Universitas Indonesia. Pada tahun 1995, ia kembali duduk di bangku kuliah untuk menamatkan pendidikan S2 jurusan Manajemen Transportasi. 

Pilihannya untuk mendalami ilmu manajemen cukup mengejutkan. Banyak yang mengira, ia akan meneruskan pendidikan teknik mesin. Tapi, Arif beralasan ingin menjajal pekerjaan non teknik dan diharapkan dapat mengembangkan sayap kariernya. 

Kendati ilmu yang dipelajari jauh berbeda dengan pendidikan sebelumnya, ia tidak pernah menemui kendala berarti. Hobinya yang suka mengotak-atik angka dan berhitung serta kegemarannya membaca buku manajemen dan biografi orang-orang sukses ternyata ikut membantu pendidikannya. 

Seusai menamatkan gelar master, Arif mulai diserahi tanggungjawab baru. Kali ini, ia menjabat manager di Departemen Komersial area Eropa Garuda Indonesia. 

Menempati posisi baru, Arif mulai banyak belajar mengenai strategi manajemen perusahaan. Dan saat itu pula, ia memutuskan untuk loyal kepada perusahaan yang sudah menyekolahkannya itu. 

Arif mengatakan bahwa ia berutang kepada Garuda Indonesia dan berjanji terus fokus untuk menjalani kariernya di perusahaan itu. Pilihannya untuk tetap setia di Garuda Indonesia kembali membawa hasil. 

Pada tahun 2002, Arif dipindahkan ke Jepang untuk menjabat sebagai manajer di Fukuoka. Posisi tersebut dipegang selama tiga tahun, kemudian ia kembali mendapat promosi dengan dipindahkan ke ibu kota Jepang, Tokyo. 

Di sana Arif menjabat sebagai Area Manager selama tiga tahun sembilan bulan. Hampir tujuh tahun berkarier di Negara Sakura, akhirnya pria yang merayakan kelahirannya pada 19 September ini dipanggil untuk kembali ke Indonesia. 

Sekembalinya ke tanah air, Arif diserahi posisi sebagai Manajer Area Indonesia bagian Barat. Sifatnya yang fokus dan kecepatannya dalam bekerja membuat kariernya menanjak. 

Akhirnya, kariernya sampai ke level Executive Vice President Marketing and Sales. Namun jabatan itu hanya berjalan selama 14 bulan saja. Soalnya, Garuda Indonesia kembali memberikan kepercayaan penuh kepada Arif untuk memegang posisi yang lebih tinggi. 

Kali ini, ia dipercaya untuk menjadi pimpinan pada anak usaha Garuda, yaitu Citilink. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Arif pun menerimanya. 

Pucuk pimpinan tersebut direngkuhnya pada tahun 2012. Karier Arif yang selalu mulus di perusahaan sebesar Garuda Indonesia tentu saja membutuhkan strategi mumpuni. Arif menyatakan, strategi yang ia pakai adalah selalu bekerja fokus dan cepat. 

Tidak hanya itu, ia juga membuat network yang kuat dan luas. “Jaringan itu penting untuk menunjang karier,” tambahnya. 

Salah satu rahasia kesuksesannya adalah dengan membuat pemetaan para pekerja berdasarkan sifat. Bahkan, hal itu sudah dilakukan pria kelahiran Purwokerto tersebut saat masih menjadi staf di Garuda Indonesia. 

Pemetaan berdasarkan sifat ini membantu Arif untuk bisa masuk ke dalam lingkungan para pekerja. Kembangkan Citilink Saat menerima tantangan perusahaan untuk mengelola Citilink, Arif sadar akan ketatnya persaingan di bisnis pesawat Low Cost Carrier (LCC). 

Untuk itu, langkah awal Arif adalah membuat pemetaan dan strategi bisnis perusahaan selama lima tahun, dari tahun 2012 hingga 2017. Di tahun pertama, ia dan timnya memutuskan fokus untuk meningkatkan branding Citilink. 

Maklum saja, saat itu, ada sekitar empat maskapai LCC yang sedang beroperasi di Indonesia, seperti Air Asia, Mandala Tiger Air, Lion Air, dan Sriwijaya Air. 

Keempat Maskapai tersebut lebih dulu eksis dan saling berebut perhatian konsumen. Sementara, Citilink bisa dikatakan sebagai anak bawang di bisnis ini. Dalam urusan mem-branding merek maskapai LCC ini, Arif tidak tanggung-tanggung. 

Ia menggunakan berbagai channel media, mulai media elektronik hingga cetak. Karena menargetkan konsumen utama anak muda, ia juga lebih memilih fokus memanfaatkan media digital dengan membuat akun jejaring sosial seperti Twitter. 

Selain itu, terobosan lain yang dilakukan demi memantapkan identitasnya sebagai maskapai pilihan anak muda, Citilink juga menggandeng grup band yang sedang naik daun kala itu, Nidji. Band yang digawangi oleh Giring itu dipilih untuk menyanyikan jingle milik perusahaan. 

Segala usaha promosi, maskapai yang didominasi warna hijau ini pun disambut baik oleh pasar. Buktinya dalam dua tahun, perkembangan jumlah penumpang Citilink relatif naik signifikan. 

Hingga saat ini, tingkat okupansi anak usaha Garuda Indonesia ini sudah mencapai 86% dari seluruh total kursi yang tersedia. Meski sudah berhasil menarik perhatian konsumen, Arif tidak akan berhenti untuk melakukan promosi dan inovasi. “Anak muda itu cepat bosan, jadi kami harus terus buat yang baru,” jelasnya. 

Rencananya, tahun depan, Citilink bakal kembali menggandeng artis baru untuk menjadi brand ambassador perusahaannya. Setelah berhasil memperkenalkan Citilink, langkah kedua adalah memperluas penetrasi pasar dan penjualan. 

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Arif banyak melakukan kolaborasi dengan menjalin kerjasama dengan travel agent dan lainnya. Strategi berikutnya adalah melakukan pengembangan rute-rute baru. 

Asal tahu saja, Citilink merupakan, maskapai yang cukup ekspansif menambah rute baru dan armada pesawat. Saat ini, perusahaan itu sudah mengoperasikan 28 pesawat. Arif menambahkan, sebenarnya tahun 2014 ini merupakan tahun penting bagi Citilink. 

Perusahaan ini banyak menjalin kerjasama mulai dari menggandeng minimarket dan perbankan melalui anjungan tunai mandiri (ATM) untuk mempermudah akses pembayaran tiket. Selain itu, di pertengahan tahun, Citilink bekerjasama dengan sejumlah hotel. “Ini untuk memperkuat daya tarik kami saja,” tambah Arif. 

Alhasil, saat ini, jumlah penumpang Citilink sudah mencapai 5,8 juta, diprediksikan hingga akhir tahun nanti, jumlahnya akan ada di kisaran 8 juta penumpang. Langkah besar lainnya akan dilakukan tahun depan. 

Citilink akan mengikuti jejak induk perusahaanya untuk masuk ke pasar modal. Kemudian di tahun 2016, Arif menargetkan perusahaannya menjadi maskapai LCC terkemuka di Indonesia dan 2017 Citilink akan berjalan berkesinambungan. 

Untuk bisa mewujudkan seluruh target tersebut, Arif menjaga hubungan baik dan komunikasinya dengan seluruh karyawannya. Agar komunikasi berjalan dengan lancar, ia selalu memberikan ruang kepada karyawannya untuk memberikan ide pengembangan perusahaan. 

Arif pun selalu memegang delapan pilar perusahaan, yaitu people with passion, low cost mindset. Kemudian, extensive network, shocking brand, information technology (IT) based line, ancillary income, operational excellent, dan terakhir, secure fleet. Pada praktiknya, delapan strategi tersebut akan saling berhubungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru