Bagi penyuka masakan berbahan ikan, sup ikan tentu bukan jenis masakan yang asing. Selain enak dan menyegarkan, makanan ini punya banyak penggemar lantaran kaya akan gizi. Tambah lagi, sup ikan cocok disantap dalam berbagai kondisi cuaca. Mau siang terik atau malam hari, menyeruput hangatnya kuah sup ikan tentu sangat nikmat.
Nah, bagi yang doyan sup ikan, silakan menjajal sajian Rumah Makan Taman taktakan di Jalan Taman Baru, Serang, Banten. Sup ikan kedai ini sangat populer di Serang dan sekitarnya. Kedai yang berdiri pada 17 Agustus 2000 ini mengklaim sebagai penyaji sup ikan pertama di Banten.
Alhasil, banyak orang Serang bilang, rugi kalau berkunjung ke Ibukota Banten ini tapi melewatkan gurihnya sup ikan ala Rumah Makan Taman taktakan. Dan, ketenaran kedai ini bukan isapan jempol, lo. Jika Anda berkunjung ke Serang, banyak pemandu wisata yang menyarankan kedai tersebut sebagai destinasi wisata kuliner.
Tak heran, saban hari kedai ini selalu ramai pengunjung. Sejak buka jam 10.00 WIB dan tutup pukul 21.30 WIB, pengunjung datang silih berganti. Tidak hanya warga Serang dan sekitarnya serta pelancong, tak sedikit orang penting di negeri ini yang menjadi fans kedai itu. Sebut saja, Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan. Jika sedang di Serang, kedua pembesar ini selalu berkunjung ke kedai itu hanya untuk mencicipi sup ikan.
Kalau penasaran untuk mencoba, Anda yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya bisa menyambangi kedai tersebut melalui Jalan Tol Jakarta Merak. Lalu, Anda keluar lewat pintu tol Serang Barat. Setelah itu, Anda akan menemukan Jalan Raya Cilegon Serang.
Pacu saja mobil Anda hingga ketemu perempatan pertama kemudian belok kiri, dan Anda sudah berada di Jalan Taman Baru. Nah, Rumah Makan Taman taktakan terletak persis di sisi kiri jalan. Sebuah plang besar yang berdiri di pinggir jalan menjadi penanda kedai ini. Tapi, jangan kaget membaca alamat kedai ini di plang tersebut yang tertulis Raya Cilegon Kilometer 4,5, Serang, ya. Kedai ini juga memiliki beberapa cabang di Serang.
Misalnya, di Jalan Yusuf Martadilaga Nomor 2 Kebonjahe dan Jalan Syeh Nawawi Al-Bantany, depan kompleks Pusat Pemerintahan Provinsi Banten. Pelayanan di kedai ini cukup memuaskan. Setelah duduk, pelayan langsung menghampiri dan menanyakan pesanan. Cuma, jika sedang ramai, pesanan pun lambat tersaji.
Bagi yang baru pertama kali ke kedai ini, tentu pilih langsung sajian primadona: sup ikan. Semangkuk sup ikan terhidang dalam keadaan panas mengepul. Tampilannya pun segar. Empat potong daging ikan ukuran besar tergolek di dasar mangkuk keramik berwarna putih.
Aneka sayur-mayur, seperti daun kemangi, potongan tomat hijau, dan irisan bawang bombai, mengambang di permukaan kuah bening. Yang bikin mata mendelik, tentu saja cabai rawit yang bertaburan di sela-sela sayur. Tapi jangan cemas, kedai ini menyajikan cabai tidak dalam keadaan terpotong sehingga rasa kuahnya tak kelewat pedas.
Ikan selalu segar Wangi sup pun sangat mendukung tampilannya. Begitu kuah Anda tuang ke mangkok kecil, aroma rempah dan kaldu ikan yang wangi langsung membangkitkan selera makan. Dan, saat sesendok kuah Anda hirup, rasa bosan karena menunggu lama sup ikan tersaji di atas meja langsung tumpas seketika. Rasa kuahnya sangat segar. Gurih kaldu ikan terasa kuat, tapi tidak menimbulkan aroma amis.
Kalau mau rasa pedas lebih tajam, tekan saja cabai rawit dengan punggung sendok. Karena direbus dalam kuah, cabai yang sudah empuk gampang hancur. Dua atau tiga cabai yang digerus cocok dengan rasa rempah yang jejaknya terasa di kuah bening.
Berikutnya, giliran menyantap daging ikan. Rupanya, kedai ini menggunakan ikan kuwe sebagai pilihan. Ikan laut yang punya nama lain giant trevally itu memang terkenal punya rasa daging yang enak. Karena kuwe merupakan jenis ikan besar, durinya mudah dilepas, sehingga tidak mengganggu.
Begitu masuk mulut, daging ikannya memang terasa tebal, namun empuk. Tidak ada lemak yang menempel sedikit pun lantaran perut ikan dibersihkan dengan teliti. Yang bikin makin sedap, daging ikan tidak lagi beraroma amis. Oh, iya, pelanggan kedai ini biasa memesan cah kangkung sebagai teman mengganyang sup ikan. Rasa cah kangkungnya juga tidak kalah jempolan.
Meski sudah ditumis, tekstur kangkungnya masih terasa segar. Jika Anda biasa makan tumis kangkung yang polos, kedai ini menyajikan dengan bumbu yang lumayan komplet. Rasa gurih dan sedikit manis dikombinasi dengan tepat bersama potongan daging cumi.
Nadia, pelanggan Rumah Makan Taman taktakan, mengakui rasa sup ikan kedai ini yang autentik. Meski tinggal di daerah Tangerang, dia selalu menyempatkan mampir ke kedai itu minimal sepekan dua kali. Putra, anak pemilik Rumah Makan Taman taktakan yang sehari-hari mengelola kedai, mengatakan, kunci kenikmatan sup ikan berasal dari inovasi ibunya.
Saat pernah tinggal di Papua dan Aceh, sang ibu biasa bereksperimen membuat sup ikan laut. Lantaran ukurannya besar-besar, mengolah ikan matang dengan sempurna merupakan tantangan utama. Sup ikan pun dimasak dua kali dengan bumbu berbeda, agar menghasilkan tekstur yang empuk.
Sayang, Putra enggan mengungkap rahasia dari bumbu maupun cara memasak sup ikan racikan sang ibu. Dia juga menolak menyebut nama ayah dan ibunya. Dia cuma bilang, cara masak dan bumbunya tidak ada yang istimewa. Yang penting ikan selalu dalam keadaan segar, katanya.
Untuk menikmati sup ikan plus nasi dengan porsi tiga orang, cukup Anda tebus dengan uang Rp 60.000. Lalu, sepiring cah kangkung cumi-cumi, harganya Rp 25.000. Untuk minuman, Anda bisa pilih jus, seperti wortel, sirsak, atau mangga, dengan harga Rp 15.000 segelas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News