Cerita kontraktor yang memilih jadi penggosok akik

Selasa, 12 Mei 2015 | 12:30 WIB Sumber: Antara
Cerita kontraktor yang memilih jadi penggosok akik


SAMARINDA. Seorang kontraktor pembangunan proyek fisik di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Awang Irwandi merelakan diri beralih profesi menjadi perajin batu akik karena tingginya minat masyarakat terhadap barang tersebut.

"Kalau gosok batu akik penghasilannya lebih pasti ketimbang memburu proyek yang pembayarannya tidak jelas. Dalam satu hari mulai pagi hingga sore, saya bisa memotong dan menghaluskan antara 10 hingga 12 batu akik," kata Awang Irwandi ditemui di Samarinda, Senin (11/5) kemarin.

Irwandi yang lulusan sarjana hukum itu, mengaku sudah bosan menjadi kontraktor sejak dua tahun lalu, karena pembayaran pekerjaan proyek dari pemerintah sering telat, sehingga anak buahnya juga sering menagih upah yang membuatnya pusing.

Seperti untuk proyek semenisasi yang dilakukan di kawasan Sungai Lais, Kota Samarinda, pada 2013. Saat itu, begitu pembangunan jalan sudah tuntas dikerjakan, Irwandi hanya mendapat pembayaran 10 %.

Setahun kemudian tepatnya pada Desember 2014, dia baru mendapatkan kembali pembayaran 15 %, sehingga sampai saat ini masih tersisa 75 % yang belum dilunasi Pemkot Samarinda.

"Saya sudah bolak-balik ke Pemkot Samarinda untuk menagih sisa pembayarannya, tapi dijanjikan terus. Nantilah kalau ada waktu, akan saya tagih lagi karena saat ini saya masih konsentrasi menggosok batu karena hasilnya lumayan," katanya.

Menurut ia, satu batu akik yang dia gosok upahnya rata-rata Rp35.000, yakni mulai memotong hingga menghaluskan. Jika dalam satu hari terdapat 10 batu yang digosok, dirinya mendapat penghasilan sebesar Rp 350.000.

Itu berarti dalam satu bulan dia akan mendapat penghasilan kotor sebesar Rp10.500.000.

Irwandi mengaku menekuni profesi perajin batu akik tersebut secara tidak sengaja. Pekerjaan itu dimulai dari iseng membantu temannya yang penggemar batu akik, kemudian merambat ke orang lain yang juga minta digosokkan.

"Tahun lalu saya diminta tolong Pak Edi (pegawai Taman Budaya Samarinda) untuk memotongkan batunya. Setelah itu banyak teman-teman Pak Edi yang juga minta dipotongkan. Dari situlah saya kemudian diizinkan menempel di belakang Taman Budaya ini untuk menggosok batu," kata Irwandi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru