Intip tips biakkan duit di reksadana

Sabtu, 13 Mei 2017 | 20:30 WIB   Reporter: Umi Kulsum
Intip tips biakkan duit di reksadana


"Maka itu saya lebih menyukai berinvestasi di reksadana, karena selain likuid juga ditangani oleh tenaga profesional seperti manajer investasi. Jadi saya tidak perlu terus-menerus memantau kondisi pasar," jelas dia.

Saat ini, hampir semua jenis reksadana sudah ia miliki, mulai dari pendapatan tetap, saham, campuran, pasar uang dan terproteksi. Secara total, Endang sudah mengoleksi 10 produk reksadana dari lima jenis tersebut.

Diversifikasi

Selain deposito dan reksadana, Endang juga membiakkan duitnya di instrumen lain, seperti emas dan properti. Direktur MMI yang menjabat sejak Juli 2015 ini menyukai investasi properti.

Ia pernah memiliki sebuah apartemen. Namun karena merasa kurang cocok dan ingin memindahkannya ke tempat lain, Endang menjualnya. Belum sampai satu tahun, Endang bisa menikmati keuntungan hingga 25%.

"Jadi sebetulnya kalau ingin make money dari properti bagus banget. Kalau tahu cara mainnya tentu akan dapat keuntungan yang lumayan juga," cetus dia.

Dalam berinvestasi, Endang mengaku sebagai seorang investor moderat. Endang masih concern ke risiko yang moderat. Ia menginginkan return yang lebih tinggi. Tapi ia menyadari jika semua dana ditaruh di deposito atau pasar uang saja, hasilnya kurang memuaskan. Maka solusinya adalah dengan diversifikasi portofolio. "Untuk mengurangi risiko dan optimalisasi return diversifikasi menjadi salah satu pilihannya," ujar wanita asal Yogyakarta ini.

Ia menyarankan kepada investor pemula agar jangan takut berinvestasi. Menurut Endang, untuk memulai investasi terbilang mudah dan murah. Investasi bisa dimulai dari reksadana, dengan nominal yang ringan Rp 10.000 atau Rp 100.000.

Investor pemula pun tak perlu pintar atau memahami ekonomi ataupun matematika karena akan dikelola oleh orang profesional semisal manajer investasi. Setidaknya, investor pemula bisa mulai menyisihkan 10% dari penghasilannya setiap bulan.

"Tentukan dahulu risk profile-nya baru ketahui produknya dan tujuannya seperti apa, jangka pendek, menengah atau panjang. Jangan sampai salah produk yang tidak sesuai dengan tujuan," saran Endang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini

Terbaru