Keluarga, Institusi Penting Memutus Rantai Covid-19

Rabu, 23 Desember 2020 | 17:13 WIB   Reporter: Tim KONTAN
Keluarga, Institusi Penting Memutus Rantai Covid-19

ILUSTRASI. Foto ilustrasi suasana Idul Fitri jarak jauh di Tangerang Selatan, Banten (25/5). KONTAN/Muradi/20/25


COVID-19 - JAKARTA. Keluarga merupakan institusi terpenting di elemen masyarakat dalam memerangi Virus Covid-19. Di dalam keluarga, kita saling berbagi pengetahuan, mengekspresikan kasih sayang dan perhatian, serta saling mengingatkan terhadap efek buruk Virus Covid-19.

Sayang sekali, di kluster insitusi terkecil bernama "keluarga" ini pula, penularan kerap terjadi. Melalui focus group discussion (FGD) "Penerapan 3M di Lingkungan Keluarga", Kontan hendak mendiskusikannya bersama empat orang narasumber, antara lain Muhammad Hardi Ananda, Lurah Kelurahan Malaka Pondok Kopi, Jakarta Timur, DKI Jakarta, dan Hari Saptomo, Ketua RT di Kelurahan Pejuang, Bekasi, Jawa Barat.

Hadir juga sebagai narasumber, yaitu Sara Galatia, perwakilan masyarakat, dan Heri Tri Gunawan Sutopo, Mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Italia.

Menurut Sara, kampanye 3M pemerintah sudah cukup efektif. Namun, kesadaran anggota keluarga dan warga sekitar memang masih rendah untuk disiplin menerapkan protokol 3M alias "menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker". Tampak dari anggota keluarga dan warga yang mengabaikan pemakaian masker saat beraktivitas di luar rumah. "Mereka beranggapan bahwa pemakaian masker tidak perlu dilakukan jika hanya beraktivitas di sekitar rumah," ujar Sara.

Sedangkan dari sisi pejabat kelurahan, Hardi Ananda berpendapat, kampanye penerapan 3M yang dilakukan sudah sangat intens. Kelurahan melibatkan Anggota Kepolisian dan TNI dalam menegakkan protokol kesehatan 3M.

Selain itu, di setiap kepala keluarga ditunjuk satu kader satgas penanggulangan Covid-19 untuk mengampanyekan protokol kesehatan 3M dan juga 3T.  Harapannya, disiplin penerapan protokol kesehatan dapat terus ditegakkan di lingkungan keluarga.

Ada yang Meninggal, Baru Sadar

Demikian juga pendapat Hari, yang bilang, kampanye pemerintah sudah cukup baik. Namun, kesadaran masyarakat yang masih rendah untuk menegakkan protokol kesehatan. Masih ada warga yang menganggap Covid-19 tidak ada, sehingga tidak perlu ditakuti. Persepsi inilah yang membuat protokol kesehatan 3M cenderung diabaikan anggota keluarga. Tapi, setelah terdapat kasus kematian akibat COVID-19 di lingkungannya, warga mulai sadar untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M.

Sedangkan menurut Heri, mahasiswa yang sedang studi di Bologna, Italia, keluarga-keluarga di Italia lebih disiplin dan mempunyai kesadaran tinggi. Di Italia, orang tidak memakai masker justru takut akan dihujat masyarakat. Rupanya, tingkat kesadaran warga di Indonesia memang lebih rendah.

Sementara di sisi kampanye dan sosialisasi, Kedutaan Besar Indonesia di Italia sangat aktif dalam mengkampanyekan protokol kesehatan kepada warga Indonesia yang tinggal di Italia. KBI mengeluarkan himbauan melalui surat edaran yang ditujukan kepada warga Indonesia untuk mematuhi protokol kesehatan dan memberi informasi terkini penanggulangan Covid-19 oleh Pemerintah Italia (setempat). Bantuan sembako dan obat-obatan juga diberikan kepada mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di sana. Kegiatan Testing, Tracing, dan Treatment (3T), pun sangat baik dieksekusi di Italia.

Di Indonesia, protokol 3T di tingkat kelurahan, khusus untuk testing dilakukan Puskesmas setempat. Testing dilakukan dengan mengambil sampling kepada warga, khususnya warga usia lanjut, wanita hamil, dan warga yang memiliki penyakit bawaan. Jika terbukti ada warga yang terpapar COVID-19 maka yang bersangkutan akan dirujuk ke fasilitas kesehatan atau isolasi mandiri jika tidak menunjukkan gejala yang parah.

Tracing juga akan dilakukan kepada orang-orang, khususnya anggota keluarga, yang pernah berkontak langsung dengan pasien Covid-19. Kepada mereka, juga dilakukan PCR test dan diberikan bantuan sembako agar isolasi mandiri yang dilakukan dapat memberikan hasil yang maksimal.

Penerapan 3T juga diaplikasikan dengan sangat ketat di tingkat lingkungan keluarga. Menurut pengakuan anggota keluarga yang pernah terpapar Covid-19, penerapan 3T dimulai dengan melaporkan kasus penularan Covid-19 kepada Puskesmas setempat. Selama ini, anggota keluarga masih ada yang takut melaporkan kasus penularan ke gugus tugas penangulangan Covid-19 atau pemerintah setempat.

Karena itulah, pemerintah perlu untuk menyosialisasikan penanganan Covid-19 lebih masif lagi ke masyarakat agar tak muncul kebingungan atau ketakutan.

Satu masukan untuk pemerintah, protokol 3T di wilayah yang terdapat kasus kematian akibat Covid-19, masih diterapkan secara parsial alias sebagian. Artinya, testing hanya dieksekusi jika terdapat warga yang terpapar Covid-19.

Di samping itu, sering kali tracing tidak ada lantaran kesulitan melacak dan menelusuri orang-orang yang pernah kontak langsung dengan pasien positif Covid-19. Di luar itu, anggaran juga menjadi salah satu alasan mengapa protokol 3T kurang maksimal.

Artikel ini merupakan poin rangkuman dan tidak akan pernah bisa menggantikan momen FGD seutuhnya. Anda bisa mengikuti dan menonton proses diskusi FGD "Penerapan 3M di Lingkungan Keluarga" secara lengkap di KONTAN TV pada tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=ztUhUCS9Gro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Andri Indradie

Terbaru