Ketagihan sate dan gulai kambing racikan Harris

Selasa, 05 Agustus 2014 | 21:05 WIB   Reporter: Surtan PH Siahaan

Kawasan Asia Afrika di Bandung tak hanya terkenal sebagai tujuan melancong lantaran penuh bangunan zaman kolonial nan eksotis. Daerah yang menjadi tempat Konferensi Asia Afrika tahun 1955 ini juga populer sebagai tujuan wisata kuliner. Salah satunya: Sate & Gule Kambing H.M. Harris.

Kalau Anda doyan makan sate kambing dan gulai kambing dan sedang berada di Kota Kembang, pastikan mampir ke kedai yang eksis sejak tahun 1974 ini. Di Bandung, kedai itu sangat kesohor, lo. Tak heran, pelanggan kedai milik Harris ini juga banyak pesohor negeri. Sebut saja pesinetron Cut Keke, pelawak Eko Patrio, bintang film Nirina Zubir, dan Gubernur Jawa Barat.

Belum lama ini, nama Sate & Gule Kambing H.M. Harris muncul di banyak stasiun televisi. Maklum, di sela-sela kegiatan kampanye pemilihan presiden di Bandung, calon presiden nomor urut satu Prabowo Subianto menyempatkan diri makan di kedai tersebut, yang tentunya tak lepas dari sorotan kamera para jurnalis televisi.

Enggak susah menemukan kedai ini. Letaknya ada di Jalan Asia Afrika Nomor 155, tidak jauh dari kawasan Simpang Lima Bandung. Jika Anda menggunakan transportasi umum, jangan khawatir, banyak sopir angkot dan taksi kenal dengan kedai tersebut serta siap mengantar ke sana.

Seperti kebanyakan kedai dan kafe di kawasan Asia Afrika, Sate & Gule Kambing H.M. Harris juga menempati sebuah bangunan tua peninggalan kolonial Belanda. Kapasitasnya lumayan besar, bisa menampung sekitar 80 pengunjung. Ada dua ruangan di dalam kedai. Ruang yang lebih kecil bisa digunakan untuk acara makan yang lebih eksklusif.

Hati-hati, udara di bagian dalam kedai ini bercampur asap bakaran sate karena tempat pembakaran dekat dengan bangunan. Alternatifnya, Anda bisa memilih duduk di tenda berkapasitas 20 orang yang terletak di halaman kedai.

Meski daya tampungnya cukup besar, dijamin Anda bakal kesulitan mendapat tempat duduk saat jam makan siang dan jam makan malam. Tapi enggak usah cemas, Anda bisa memilih makan di luar jam ramai lantaran kedai ini buka 24 jam.

Begitu dapat tempat duduk, segera pesan sate kambing sekaligus gulai kambing. Di luar jam prime time, enggak pakai lama pesanan Anda pun datang. Lima belas tusuk sate tersaji di atas hot plate. Bunyi berisik daging kambing yang terpanggang di atas hot plate terdengar, mengeluarkan aroma daging matang yang tajam dan wangi. Warna dagingnya kecoklatan berselimut bumbu tipis. Ukuran dagingnya, sih, kecil-kecil.

Tak ketinggalan dua jenis bumbu sate yang terhidang di dua piring  kecil. Piring pertama berupa potongan bawang, cabai, dan tomat bersalut kecap manis; sementara piring kedua berisi bumbu kacang.

Daging paha dalam

Waktunya makan. Begitu disantap, daging sate racikan Harris terasa empuk. Tak perlu kerja keras untuk membuat daging menyerah dalam kunyahan. Rasanya pun gurih bahkan enak meski dimakan polos tanpa bumbu. Tingkat kematangan juga baik sehingga daging relatif bebas dari lemak kambing yang bisa melekat di langit-langit mulut. Asyiknya lagi, daging terasa segar serta tidak berbau prengus.

Tapi, belum lengkap jika tidak mengoleskan sate ke piring berisikan bumbu kacang. Rasa bumbunya gurih dan Anda bisa menambahkan kecap manis ataupun kecap asin yang tersedia di atas meja. Gerusan kacang tanah pada bumbu dibuat kasar, sehingga saat dimakan masih terasa teksturnya. Saat sate berpadu dengan bumbu,  rasanya sangat serasi.

Ronde berikutnya, menyikat gulai kambing. Warna kuahnya oranye pekat namun tidak terlalu kental dan sedikit berminyak. Rasanya sedikit manis dan gurih. Gulai yang tersaji hangat ini cocok dengan kondisi Bandung yang sejuk.

Yang paling istimewa dari gulai ini adalah daging kambing yang empuk. Dagingnya bahkan mudah melorot, terlepas dari tulang. “Rasa sate kambing dan gulai kambingnya tidak mengecewakan, deh,” kata Aryo, warga Bandung yang merupakan pelanggan lama kedai ini.

Salah satu kunci kelezatan masakan kedai tersebut, menurut Ine Harris, anak Harris yang kini mengelola kedai, sang ayah meneruskan tradisi Garut dalam menyajikan sate kambing, yakni menggunakan daging bagian paha dalam yang terkenal empuk dan lembut. Kedainya memiliki pemasok khusus yang bertugas mencarikan kambing pilihan dari berbagai peternakan di sekitar Bandung.

Cara memotong daging kambing juga berpengaruh pada rasa sate dan gulai. “Kami memotong dan membersihkan sendiri sehingga hasilnya benar-benar bersih,” ujar Ine. 

Untuk urusan bumbu, Ine membocorkan salah satu rahasianya. Sejak dulu ayahnya memakai kecap merek Oedang Sari yang didatangkan khusus dari Cirebon. Rasa kecap ini tidak terlalu manis. Alhasil, rasa sate tidak tabrakan dengan gulai yang cenderung manis.

Nah, untuk menebus seporsi sate kambing berisi 15 tusuk, Anda  cukup mengeluarkan duit Rp 50.000. Sedang semangkuk gulai kambing dibanderol Rp 31.000. Tentu saja, tambah sepiring nasi putih, cukup bayar dengan uang Rp 4.000. Untuk minuman, Anda bisa pesan segelas es jeruk Rp 5.000.

Nah, kalau penasaran dengan rasanya, akhir pekan nanti buruan ke warung olahan kambing di kota kembang ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari

Terbaru