Kuah gurih mulus tanpa bau perengus

Sabtu, 26 September 2015 | 11:30 WIB   Reporter: Surtan PH Siahaan
Kuah gurih mulus tanpa bau perengus


Jika ada pemilihan kuliner yang identik dengan Tanah Abang,  sop kambing betawi pasti masuk nominasi. Alasannya simpel saja: sop dengan kuah putih berbuih ini sangat mudah ditemukan di kawasan Tanah Abang.

Satu warung di Tanah Abang yang sudah sepuh dan punya pelanggan setia adalah Warung Sop Kambing Tanah Abang Bang Karim. Letaknya persis di depan Balai Latihan Kesenian Jakarta Pusat, Jalan KH Mas Mansyur. Jika datang dari arah Stasiun Karet, Anda harus terlebih dahulu menyeberang jalan untuk mencapai warung yang eksis sejak tahun 1960-an ini.

Sejak buka pukul enam sore, Warung Bang Karim tidak butuh waktu lama untuk mengisi seluruh kursinya yang berkapasitas 40 orang. Jadi, jika mau makan lebih nyaman dan puas memilih menu, Anda sebaiknya datang begitu warung baru buka. Bahkan, pada tanggal muda alias awal bulan, pelanggan sudah menunggu sejak tenda dipasang pada jam lima sore.

Tak heran, warung ini kerap tutup lebih cepat daripada waktu normalnya, pukul setengah sebelas malam. Oh iya, jangan lupa dicatat. Pada hari besar umat Islam seperti Lebaran Haji dan Idul Fitri, warung akan tutup selama sepekan.

Di warung ini kita bisa memilih bagian kambing yang mau kita habisi. Di meja besar terdapat dua baskom jumbo berisi beragam bagian kambing, mulai dari kaki, kulit, lemak, otak, daging, hingga lidah dan langit langit. Silakan pilih sendiri, sesuai selera Anda.

Jika mangkuk kita sudah penuh dengan isi pilihan, tinggal serahkan ke Bang Karim yang sudah siap dengan garpu dan pisau tajam. Pengunjung bisa minta Bang Karim memotong kecil atau besar, sesuai selera masing-masing.

Kuah putih berbusa pun dituang di atas mangkok lantas diimbuhi rajangan daun bawang dan tomat. Wangi kuah berempah langsung memprovokasi hidung. Sebelum disantap, sebaiknya peras seiris jeruk limau ke dalam kuah. Aduk dengan sambal dan tambahkan acar di piring nasi. Warna kuah yang putih menjadi sedikit kemerahan dan kian menggoda.


Bungkus otak
Begitu sesendok kuah membasuh lidah, rasa gurih bercampur sensasi hangat-getir rempah-rempah langsung mendominasi. Setelah tenggorokan hangat, langsung sikat potongan daging empuk. Rasa kulit yang empuk krinyil-krinyil juga menyajikan sensasi nikmat saat dipadu dengan kuah.

Anda benci bau kambing nang perengus yang sekarang juga sedang marak di jalanan Jakarta? Tak usah khawatir, soto ini benar-benar mulus tanpa bau perengus. Malah, setiap kunyahan daging meninggalkan aroma rempah-rempah seperti cengkih dan kayu manis.  Belum lagi nikmatnya menyedot kuah dan bumbu yang terjebak di dalam tulang kaki. Jangan sampai lupa, sendok pula nasi dengan taburan bawang goreng renyah di depan Anda.

Bagi yang tak punya pantangan, coba rasakan sensasi lemak kambing dan otak yang meleleh dalam kuah hangat. Khusus untuk otak, aromanya sedikit unik akibat efek penyajian yang menggunakan daun pisang. “Biar tidak hancur kemana-mana setelah direbus, otak dibungkus daun pisang dan diikat,” ujar Karim. Akibat lelehan otak dan lemak, kuah pun menjadi lebih kental dan gurih.

Bagi Renda, seorang pelanggan warung ini, keistimewaan Sop Bang Karim terletak pada dagingnya yang empuk dan kuahnya yang gurih. Karena alasan kesehatan, perempuan yang kerap datang dengan rekan kerjanya ini hanya mengudap daging. “Sesekali saja saya menyantap jeroan,” ujar dia.

Semangkuk sop kambing Bang Karim harganya tak mahal, sebanding dengan kenikmatannya. Seporsi sop kambing plus nasi dibanderol Rp 40.000. Jika ingin ekstra lidah, kikil, atau jeroan, harganya Rp 7.000 per potong.  Lalu, sepiring emping harganya Rp 5.000. Untuk minuman, tersedia es jeruk yang harganya Rp 10.000 per gelas.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi

Terbaru