LEMBUT DI MULUT, HANGAT DI PERUT, RAMAH DI DOMPET

Jumat, 16 April 2010 | 15:06 WIB   Reporter: Uji Agung Santosa, Teddy Gumelar
LEMBUT DI MULUT, HANGAT DI PERUT, RAMAH DI DOMPET

ILUSTRASI. Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/10/2019). IHSG menguat 0,55% ke level 6.284,37 pada Jumat (20/12/2019). Selama sepekan, IHSG sudah naik 1,4%.


Bagi penggemar bubur tak ada salahnya mencoba bubur di Kedai Bubur Hans. Kedai ini terletak di Pujasera Circus, di dalam kawasan Lippo Cikarang, Bekasi. Kelezatan bubur di sini cocok untuk selera segala suku dan bangsa.


Pengunjung Bubur Hans memang tidak hanya pekerja pabrik atau ibu rumah tangga di sekitar Lippo Cikarang. Kaum ekspatriat yang banyak bermukim di kawasan ini pun jadi langganan Hans. Pemandangan orang-orang Korea, Jepang, atau Taiwan ikut mengantre bubur di kedai ini sudah menjadi pemandangan biasa.


Kalau melihat tampilannya, Bubur Hans tidak jauh beda dengan bubur di tempat lain. Tapi, cobalah pesan semangkuk. Amati baik-baik. Bubur Hans berwarna putih bersih. Teksturnya serupa dengan bubur lain yang masih menampakkan bulir-bulir beras. Tapi begitu masuk ke mulut, kelembutan terasa menggelusur di lidah.


Di kedai ini tersedia tiga varian bubur, yakni bubur polos, bubur ayam, dan bubur ikan. Menu bubur polos memang tidak terlalu istimewa. Anda mungkin sudah terlalu biasa.


Cobalah Anda memesan dua varian bubur yang lain, ayam dan ikan. Anda pasti bakal mengakui Bubur Hans ini berbeda dengan bubur lainnya.


Dan, yang lebih menyenangkan, pesan bubur di sini tak pakai lama. Begitu Anda memesan, dalam waktu sekitar lima menit, semangkuk bubur langsung tersedia di meja.


Rasa ayam spesial yang dipotong dadu begitu gurih terasa di lidah. Tambahan suwiran ayam yang ditabur di atas bubur menjadi pemanis dan penambah rasa yang khas. Jika ingin memperkaya rasa, Anda bisa menuangkan kecap manis kental atau kecap asin. Bagi penyuka rasa pedas, silakan tambah sambal sesuai selera.


Tidak puas hanya mencicipi bubur ayam, cobalah semangkuk bubur ikan spesial. Keistimewaan bubur yang satu ini ada pada jenis ikan yang digunakan. Pemilik Bubur Hans, Yuni Wijaya, hanya menggunakan ikan kakap filet.


Selain spesial di lidah, harga bubur di Bubur Hans juga tak membuat kantong bolong. Semangkuk bubur di sini sangat terjangkau. Bubur ayam spesial hanya
Rp 9.000. Sedangkan bubur ikan spesial hanya Rp 11.000. “Sehari kami bisa menjual 150 porsi sampai 200 porsi bubur,” ungkap Yuni.


Namun, Yuni tak bisa memperkirakan berapa kilogram beras yang dia pakai untuk membuat bubur. Dia hanya bisa memperkirakan kedai ini sehari menghabiskan 30 kg ayam.


Sebenarnya, Bubur Hans tidak cuma berjualan bubur. Di sini juga terkenal dengan pempek, bakmi, dan fuyunghai. “Selain bubur, menu yang jadi favorit adalah bakmi dan pempek,” ucap ibu tiga anak berusia 40 tahun ini.


Dua syarat mutlak


Yuni pun tak keberatan berbagi rahasia kelembutan buburnya itu. Syarat mutlaknya ada dua: pertama soal beras dan kedua jangan sekali-sekali menggunakan santan. Pelanggan Hans banyak yang alergi karena santan identik dengan kolesterol.


Untuk beras, Yuni hanya menggunakan beras rojolele ABC. Jenis beras ini mampu mengembang lebih sempurna, tidak encer, dan tidak menghilangkan tekstur beras jika dibuat bubur. “Kalau beras lain buburnya jadi lebih encer dan bulir berasnya enggak kelihatan,” ujar ibu tiga anak ini.


Setelah dicuci bersih, beras dimasak selama kurang lebih satu jam lantas dicampur kaldu ayam serta bumbu dan garam sambil diaduk hingga matang dalam dandang.


Sampai di situ saja, bubur ini sudah terasa enak. Tak aneh jika kadang pembeli hanya memesan bubur polos saja. Biasanya, para pembeli bubur polos ini adalah ibu muda yang punya bayi.


Yuni juga membuka rahasia di balik kenikmatan rasa bubur ayamnya ini. Kalau kebanyakan tukang bubur menggunakan ayam yang direbus, Yuni tak demikian. Dia langsung memasak ayam yang telah dipotong dadu dengan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, dan kecap asin selama kurang lebih 30 menit agar bumbunya lebih meresap. Yuni hanya menggunakan dada ayam filet alias ayam tanpa tulang. “Bagian dada ini lebih keras jadi enggak hancur sewaktu dimasak,” jelas perempuan asal Bangka ini.


Kecap yang digunakan pun tak sembarangan. Yuni hanya menggunakan kecap palembang yang ia dapat dari pemasok di Kelapa Gading. Jenis kecap ini lebih kental dengan rasa manis yang lebih kuat.


Sedangkan cara pengolahan bubur ikan agak berbeda dengan ayam. Setelah dicuci bersih, ikan kakap dipotong-potong kecil seukuran sebuku jari kelingking. Sekitar 15 menit sebelum bubur diangkat, potongan filet ikan kakap tadi dimasukkan ke dalam bubur.
Hasilnya, begitu terhidang di mangkuk, aroma ikan kakapnya begitu kentara, namun tidak amis apalagi anyir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test

Terbaru