Mencicipi bakso enak yang banyak dijiplak

Selasa, 26 April 2016 | 11:50 WIB   Reporter: Merlinda Riska
Mencicipi bakso enak yang banyak dijiplak


“Abang tukang bakso, Mari-mari sini, Aku mau beli.” 
Lirik lagu anak-anak yang dinyanyikan Melissa pada era 90-an itu menggambarkan betapa bakso merupakan favorit bagi banyak orang di negeri ini. Tak percaya? Lihat saja betapa mudahnya menemukan abang tukang bakso. Dari komplek perumahan, gang hingga mal ada saja pedagang bakso.

Sebagai makanan yang populer, varian rasa bakso pun banyak sekali. Tapi, tidak semua bakso pun terasa yahud, meski soal rasa bergantung pada mulut yang mencicipinya. Nah, jika kita bicara tentang bakso yang punya rasa nikmat, Bakso Mas Dino di wilayah Cinere, Depok, tentu tak bisa dilewatkan.

Untuk menakar ketenaran kedai Mas Dino lihat saja tempat parkirnya selalu penuh terisi motor dan mobil. Padahal, kedai Bakso Mas Dino I yang beralamat di Jl. Bali 38 
Cinere, Depok, Jawa Barat cukup sulit bagi mereka yang buta kawasan Cinere. Yang lebih celaka lagi, banyak kedai bakso yang juga menggunakan nama Bakso Mas Dino. 

Patut diingat bahwa Bakso Mas Dino yang legendaris dari Cinere ini selalu menggunakan angka di belakang namanya. Ambil contoh Bakso Mas Dino 1, Bakso Mas Dino 2, dan Bakso Mas Dino 3. Semua cabangnya berada di Cinere.

Tentu, yang menjadi pusat kedai Bakso Mas Dino adalah Bakso Mas Dino 1. Warung Bakso Mas Dino 1 juga berfungsi sebagai tempat produksi bakso sekaligus tempat tinggal Sadino, pemilik kedai beserta anggota keluarganya.

Tak heran, area tempat santap bagi pengunjung lebih kecil dibandingkan ruang di cabang-cabang yang lain. Kedai ini hanya mampu menampung 15 orang pengunjung. Meski ukurannya tak terlalu besar, dan berada di dalam komplek perumahan, beberapa artis, seperti Risty Tagor dan Fauzan, pernah makan di kedai ini.

Begitu duduk di kedai ini, sang pemilik kedai, Sadino (52) bersama istri dan anaknya, dengan ramah akan menanyakan pesanan dengan memberikan kertas menu. Di atas kertas menu, pelanggan diminta mengisi nama di kolom pembeli, sekaligus memberi tanda centang di kolom jenis bakso, mie dan sayuran yang dipesan. Menurut Hartono (26), anak sulung Sadino, format pesanan semacam itu merupakan bentuk peningkatan layanan ke pelanggannya supaya lebih efisien. 

Perkedel rawit

Tanpa menunggu lama, semangkuk bakso akan tersaji di meja pelanggan sesuai dengan pesanan. Seporsi bakso komplit berisi bakso cincang, bakso keju, bakso rawit, telur dan tahu, bakso kecil, mie kuning, bihun, tauge, dan sawi. Harganya Rp 25.000 per porsi.

Aroma bakso langsung menggoda untuk dimakan.  Bakso besar memiliki diameter sekitar 5 cm, hingga bentuknya memang tak berbeda dengan bakso sedang. Diameter bakso kecil kira-kira 3 cm. 

Bakso kecil memiliki tekstur yang halus, dengan tingkat kekenyalan yang pas. Menggigit dan mengunyah bakso kecil menjadi asyik karena teksturnya yang lembut sekaligus kenyal. Rasa baksonya tidak asin, cenderung tawar. Namun begitu digigit, rasa gurih daging akan terasa di lidah.

Nah, sekarang mari mencicipi  variasi bakso besar. Tekstur bakso besar daging cincang, sama seperti bakso kecil, yakni tidak kasar dan kekenyalannya terjaga. Begitu bakso dibelah, di dalam bakso terdapat daging cincang dalam ukuran kecil. Daging cincangnya memiliki tekstur agak kasar. Begitu dimakan, aroma lezat daging sapi akan memenuhi mulut.

Sementara, untuk bakso rawit memiliki keunikan sendiri karena berwarna agak merah. Awas lo, begitu Anda gigit, rasa pedas cabai rawit langsung menyelimuti rongga mulut. Digigit lagi, ada rasa gurih yang membantu menyamarkan rasa pedas itu. Alhasil, bakso rawit yang kelihatan galak itu malah membuat ketagihan dan memberikan sensasi segar. Mata jadi melek.

Yang unik, dalam proses pembuatannya, cabai rawit yang telah diblender, digulung bersama daging bakso dengan memakai telur yang berfungsi untuk merekatkan. “Supaya tidak hancur baksonya, jadi pengolahannya mirip perkedel,” tutur Sadino.

Bakso unik lain di sini adalah bakso keju. Ide membuat jenis bakso ini datang dari Hartono. Ia mengisi bakso besar dengan sepotong keju. Ternyata, banyak pembeli yang suka. Rasa gurih daging bakso dan gurih-asinnya keju memberikan cita rasa kenikmatan yang nagih. Rasanya tidak enek, yang muncul justru rasa nikmat.

Yang menjadi nilai tambah untuk cita rasa di bakso ini adalah daging cincangnya yang tidak meninggalkan minyak dan lemak di langit-langit lidah.

Tak hanya itu, kuahnya pun tak meninggalkan lemak sapi di mulut. Hal ini karena pemilik kedai ini tidak memakai gajih sapi untuk membuat baksonya. “Tetelan yang dipakai bukanlah gajih. Kami tidak pakai gajih karena gajih akan meninggalkan bekas lemak,” kata Sadino kepada KONTAN.

Pemilihan bahan selalu menjadi prioritas Sadino dalam memproduksi bakso. Contoh, untuk daging, Sadino memilih daging sapi lokal yang berasal dari Bali saja. Selain itu, dagingnya haruslah daging lemusir, supaya baksonya lembut dan bebas dari lemak.

Nah, kalau penasaran ingin mencoba,  jangan datang ke sini pada Senin–Selasa di minggu kedua setiap bulan, karena kedai ini tutup. Di hari lain, kedai ini buka dari jam 12 siang sampai jam 10 malam. Bila datang untuk makan pada jam 16.00–17.00 dan 19.00–20.00, apalagi di hari Sabtu dan Minggu, pengunjung harus bersabar menanti  karena banyaknya pengunjung kedai. 

Asyiknya lagi, harga bakso di kedai Mas Dino lumayan terjangkau. Banderolnya mulai Rp 12.000 hingga Rp 25.000 per porsi. Untuk minuman, tersedia beraneka minuman kemasan yang dihargai rata-rata Rp 4.000 per botol. 

Tertarik? Ini koordinat GPS untuk kedai Mas Dino I @-6.3473504,106.7771082,17z

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Thomas Hadiwinata

Terbaru