Menengok museum SBY di kompleks Akmil Magelang

Minggu, 19 Oktober 2014 | 16:33 WIB Sumber: Kompas.com
Menengok museum SBY di kompleks Akmil Magelang

ILUSTRASI. Aktivitas pertambangan nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO).


MAGELANG. Dalam hitungan jam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan segera melepas jabatannya sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Perjalanan hidup putra Pacitan, Jawa Timur, itu tentu tidak mudah, dari belum menjadi "apa-apa" hingga meraih jabatan tertinggi di republik ini selama satu dasawarsa. 

Di Kompleks Akademi Militer (Akmil) Magelang, memorabilia atau segala benda-benda kenangan SBY tersimpan rapi dalam sebuah paviliun, terutama benda-benda yang berkaitan dengan dirinya saat ditempa menjadi seorang prajurit militer dari 1970-1973. 

Paviliun bernomor 5 A dan 5 B itu memang tidak terlalu besar, hanya sekitar 8 x 6 meter. Paviliun itu dahulu menjadi tempat tinggal "istimewa" khusus untuk para taruna berprestasi. 

Kala itu, SBY pernah menjadi Komandan Divisi Korps Taruna, yang sekarang lebih dikenal sebagai Komandan Resimen Korps Taruna. Paviliun itu kini disulap menjadi museum "Paviliun 5" yang diresmikan langsung oleh SBY pada Jumat, 17 Oktober 2014 lalu.

Bentuk bangunan masih sama dengan aslinya. Pun ruang-ruang paviliun bergaya arsitetur kuno tidak mengalami perubahan, hanya direnovasi di beberapa bagian. 

Misalnya, bagian taman dibuat lebih indah dengan banyak tanaman hias. Lalu bagian genting dan cat tembok warna krem terlihat masih baru. Setiap ruangan juga telah dipasang pendingin udara. 

Foto-foto kenangan

Masuk ke paviliun, pengunjung akan disuguhi berbagai foto kenangan SBY saat masih awal menjadi taruna di Akmil, kegiatan sehari-hari para taruna, hingga suasana peperangan yang pernah dialami SBY.

“Ini situasi saat kami memasuki Akademi Militer. Mulai situasi perang Vietnam, situasi dalam negeri, dan awal pemerintahan Soeharto,” kata SBY saat peresmian, Jumat lalu. 

Selanjutnya, pengunjung akan disuguhi suasana kamar tidur SBY yang tampak masih asli. Terdapat sebuah tempat tidur kuno terbuat dari rangka besi, lengkap dengan kasur kapuk dan bantalnya. 

Di sekitar dinding kamar terdapat foto-foto kenangan SBY dengan sang Istri, Ani Yudhoyono, ketika masih muda. Foto bersama putra-putranya dan keluarganya.

Tidak ketinggalan, sebuah lemari kayu yang berisi seragam, tas ransel, sepatu, dan topi perang TNI terpajang di kamar berukuran sekitar 3 x 3 meter itu. 

“Ini (meja) kami menyimpan roti. Kalau ketahuan pelatih bisa berat hukumannya, tapi saya jarang, yang sering dimarahi Pak Sjafri (Letjen Sjafrie Sjamsoeddin, Wakil Menteri Pertahanan),” tutur SBY sembari terkekeh. 

Di samping kamar itu terdapat ruangan berisi alat perang dengan judul "Dari Timor Timur Hingga Bosnia". Alat perang itu tersimpan rapi dalam etalase kaca memanjang. 

Menuju ruang belakang paviliun, terdapat sebuah kamar mandi mungil yang sangat sederhana, berdinding semen dan closet jongkok. 

Lalu, di beberapa sudut terdapat beberapa benda kesayangan presiden keenam itu, seperti sepeda onthel kuno, pakaian, tongkat kebesaran, hingga podium pidato kepresidenan dengan latar banner foto Istana Negara Jakarta. 

Sepak terjang

Masuk ke ruang belakang paviliun, para pengunjung akan disuguhi beragam tulisan tentang sepak terjang dan prestasi SBY sebagai kepala negara. Di sana ada kisah SBY saat menyelamatkan dua jurnalis Indonesia yang disandera pemberontak di Irak dan artikel-artikel lainnya.

Lalu, ada pula catatan para taruna berprestasi lainnya yang juga pernah tinggal di paviliun itu. Sebut saja, mantan Komandan Kopassus yang dalam pilpres lalu mencalonkan diri sebagai presiden RI, Prabowo Subianto. 

Prabowo tercatat menempati paviliun yang sama dengan yang ditempati SBY tahun 1974 bersama Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin. 

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Budiman juga menempati paviliun ini pada tahun 1978. Lalu Panglima TNI Jenderal Moeldoko menempati Paviliun 5A ini tahun 1981. Nama putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono, juga tercatat menempati paviliun ini pada tahun 2000. 

“Tidak ada jalan yang lunak untuk mencapai cita-cita yang besar,” demikian ungkapan SBY yang tertoreh pada sebuah prasasti batu besar di dekat pintu keluar Paviliun 5. (Kontributor Magelang, Ika Fitriana)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru