Puasa penuh berkah, lambung tak bermasalah

Jumat, 04 Juli 2014 | 19:00 WIB   Reporter: Adhitya Himawan
Puasa penuh berkah, lambung tak bermasalah

ILUSTRASI. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Palabuhan Ratu beroperasi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (9/5). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/ama/18.


JAKARTA. Bulan Ramadan tentu menjadi bulan yang dinantikan seluruh umat muslim. Namun, tidak semua orang menyambut bulan puasa dengan sukacita. Bagi penderita mag atau penyakit lambung lain, kerinduan menjalankan puasa di bulan suci Ramadan kerap menimbulkan keraguan.

Selama ini, lambung bermasalah menjadi halangan utama dalam berpuasa. Anggapan yang berkembang di masyarakat, perut kosong hingga belasan jam selama berpuasa bisa memicu gangguan lambung. Asal tahu saja, anggapan ini salah besar alias mitos yang sering terjadi saat bulan puasa tiba.

Secara ilmu kesehatan, berpuasa justru menyembuhkan lambung. Tak percaya? Coba saja dengar pendapat para ahli. Asrul Harsal, Ahli Penyakit Dalam RS Dharmais mengatakan, berpuasa mengondisikan lambung kita mencerna makanan dan minuman secara teratur.

Sebab, di bulan puasa, lambung kita mencerna makanan hanya di saat sahur dan berbuka puasa. Di luar waktu sahur dan berbuka, lambung dalam kondisi kosong selama hampir 14 jam. “Ini membuat organ lambung beristirahat cukup banyak sehingga menyehatkan lambung kita,” ujar Asrul, Kamis, (3/7).

Sebagai perbandingan, di luar bulan puasa, lambung berpotensi mengeluarkan asam berlebihan lantaran waktu pencernaan yang tidak teratur. Di luar bulan Ramadan, orang biasanya makan sebanyak tiga kali sehari.

Selain mengunyah makanan berat, sebagian besar orang pun kerap memakan camilan ringan. Nah, proses pencernaan yang berlangsung terus-menerus tanpa henti inilah yang memicu asam lambung keluar berlebihan.

Sebab, saat perut mencerna makanan, lambung mengeluarkan asam lambung yang memang diperlukan dalam proses pencernaan. Tidak hanya berlebihan makan sehingga lambung tidak beristirahat, masyarakat pun sering melewatkan waktu makan dari seharusnya.

"Saat tidak berpuasa, kita mungkin sering telat makan di jam seharusnya sudah makan. Sehingga asam lambung yang terlanjur keluar menggerogoti dan menyakiti dinding lambung yang dalam keadaan kosong. Inilah yang disebut sakit mag,” jelas Asrul.

Hal senada diamini Titi Sekar Indah, Ahli Gizi Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta. Menurut Titi, pola makan yang terkontrol ketat saat puasa melatih lambung mengeluarkan asam lambung hanya di jam-jam tertentu, yakni saat sahur dan berbuka puasa.

Tidak cuma mengontrol asam lambung, puasa ternyata membawa berkah kesehatan bagi organ pencernaan lain. “Asam lambung terkontrol dan lambung lebih sehat, termasuk organ pencernaan lain seperti usus,” kata Titi.

Kendati menyehatkan lambung, penderita mag tentu harus tetap berhati-hati dalam menjalankan ibadah puasa. Titi mewanti-wanti agar penderita mag menghindari sederet jenis makanan yang memiliki label berbahaya bagi lambung.

Diantaranya, "Makanan yang terlalu asam, pedas, dan banyak mengandung gas,” ujar Titi. Tidak hanya pantang terhadap jenis-jenis makanan tertentu, Titi juga menyarankan agar para penderita mag tidak lupa mengonsumsi obat mag saat berbuka puasa atau sahur.

Bagi penderita mag dengan kondisi yang sudah akut, memakan obat mag menjadi kewajiban untuk menghindari gejala-gejala mag. Gejala mag itu sendiri misalnya mual, pusing, dan sakit pada ulu hati.

Kenali jenis mag

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenali jenis mag yang Anda derita. Secara umum, penyakit mag terdiri dari dua jenis. Pertama, mag fungsional. Saat ini sebanyak 60% penderita mag tergolong tipe fungsional.

Jenis mag ini disebabkan kesalahan pola makan, stres, beban pekerjaan, dan emosi berlebihan. Gejala yang ditimbulkan semisal perut perih, mual, dan kembung. Mag tipe fungsional termasuk mag dengan kadar penyakit ringan.

Atas dasar itulah, penderita mag fungsional tidak memiliki hambatan besar untuk untuk menjalankan ibadah puasa. Malahan, puasa sangat dianjurkan karena mampu menyembuhkan penyakit mag fungsional.

Kedua, mag organik. Penyakit tipe ini timbul akibat kelainan pada organ pencernaan. Misal, luka pada kerongkongan, lambung, usus, dan organ pencernaan lain. Karena kondisinya terluka, gejala yang ditimbulkan mag organik lebih menyusahkan penderita.

Misal, berat badan turun, anemia, muntah darah, tidak bisa menelan, hingga feses berwarna hitam. Bagi para penderita mag organik, ibadah puasa boleh dilakukan dengan syarat luka sudah diobati. Apabila luka belum diobati, kondisi organ pencernaan khususnya lambung akan memburuk.

Yang paling penting, pola hidup sehat atau makan teratur di saat puasa diteruskan di 11 bulan lain. Sehingga, kesehatan lambung tak cuma terjadi saat ramadan melainkan sepanjang tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina

Terbaru