Tak bisa berkelit dari enaknya sate kulit

Sabtu, 28 November 2015 | 11:25 WIB   Reporter: Fransiska Firlana
Tak bisa berkelit dari enaknya sate kulit


Suara gemuruh terdengar bak membelah langit Kota Bogor, Jawa Barat awal pekan lalu. Sedari siang, langit sudah memberi tanda-tanda hujan bakal turun dengan mendungnya yang hitam bak jelaga. Dan benar, menjelang sore hujan deras mengguyur kota dengan julukan seribu angkot ini.  

Hujan tidak membawa berkah bagi semua orang. “Bila tak hujan, jam-jam segini warung penuh. Tapi karena hujan ya cuma beberapa meja saja yang terisi,” ujar Siti Aisyah, pemilik Rumah Makan Sate Madura Haji Ismail di Bogor sambil menatap derasnya hujan.

Menurut Aisyah, sehari-hari terutama jam makan siang atau malam minggu, warungnya bakal penuh pembeli. Tak jarang, banyak pembeli yang tak kebagian meja. Kapasitas warung sate itu sebenarnya sudah cukup besar, bisa menampung 100 pembeli. Tetapi tetap saja kurang di saat warung laris.

Alhasil, kursi tambahan pun harus disediakan kala pembeli membludak. “Kursi itu untuk pembeli yang tak kebagian meja,” kata Aisyah seraya menunjuk tumpukan kursi di ujung warungnya.

Hujan mereda, satu demi satu pembeli merapat ke warung sate Siti Aisyah yang berlokasi di Jl. Ciremai Bogor. Ada yang memesan untuk dibawa pulang, ada juga yang makan di tempat. Siti Aisyah pun kembali sibuk di meja kasir yang letaknya di belakang gerobak sate.

Warung sate ini memang sudah masyur di Kota Hujan. Tak heran bila dalam sehari, kedai sate milik Aisyah bisa menjual 3.000 tusuk sate. Itu di hari biasa. Sepanjang akhir pekan, penjualan bisa meningkat menjadi 4.000 tusuk sate per hari. Siti Aisyah menegaskan, dalam sehari bisa menghabiskan 100 kilogram daging ayam.

Ada beberapa menu yang ditawarkan di warung sate ini yakni sate ayam dan kambing, sop kambing, sop sapi, sop ayam, gulai madura, dan yang paling populer adalah sate kulit dan telur. “Inilah menu pembeda kami dengan warung sate madura lainnya. Kami punya sate kulit dan telur,” ujar Siti Aisyah. Perempuan yang lebih akrab disapa dengan sebutan Bu Haji ini mengklaim, sate kulit buatannya sangat disukai pembeli.

Sayangnya, dia tak bisa menyediakan stok sate kulit dan telur dalam jumlah banyak. Dalam sehari dia hanya mampu menyediakan 5 kg kulit ayam yang bila diolah hanya menjadi 200 tusuk sate. Sate kulit dalam jumlah tersebut biasanya ludes hanya dalam waktu 2 jam saja. “Banyak yang suka, tapi kami suka kesulitan mencari kulit ayamnya,” kata Bu Haji. Jadi, bila Anda mau mampir dan kebagian, sebaiknya pesan dulu melalui telepon.

Sate kulit dan telur buatan Bu Haji memang enak. Dalam seporsi ada 10 tusuk sate. Dalam satu tusuk ada tiga potongan kulit dan satu potong telur. Satu potong telur? Ya, telur yang dipakai bukanlah telur uritan. Melainkan telur ayam biasa yang dikocok kemudian dimasukkan dalam plastik dibentuk menjadi sosis seukuran jempol orang dewasa.

Sate kulit dan telur ini disajikan dengan sambal kacang yang melimpah, kecap, acar, dan taburan bawang goreng.

Rasanya? Tekstur kenyal kulit ayam yang khas terasa manis dan gurih beradu dengan sambal kacang yang sudah bercampur kecap.


Telepon dulu
Sekalipun kenyal, kulit ayam ini tetap empuk digigit, tidak alot. Sate kulit berbumbu
kacang ini terasa klop beradu dengan lontong. “Kenyal-kenyal manis. Ini yang suka bikin mampir ke sini,” ujar Subarkah, karyawan swasta yang terbilang rutin jajan sate kulit di warung Haji Ismail.

Sepotong telurnya pun cocok diadu dengan sambal kacang. Telurnya sendiri terasa gurih dan menyelipkan sebersit rasa asin. Sedikit berair karena telur ini direbus.

Bila mau menambah sensasi rasa, bisa dicocol dengan sambal. Hanya ada satu jenis sambal yang disediakan di warung ini. Tapi rasanya nyelekit sekali, alias pedas menggigit.

Sekalipun hanya satu jenis sambal yang disediakan, namun sambal di warung ini pas untuk disandingkan dengan menu sate, gulai, dan sop. “Ya, dari awal memang cuma ada satu sambal. Membuatkan juga sederhana saja, kok. Cabainya direbus lalu dihaluskan, setelah itu digoreng tambah garam dikit,” ujar Bu Haji yan berbicara dengan logat madura ini.

Nah, kalau rasa sate ayamnya, hampir sama dengan sate kulit. Sajiannya pun sama. Dalam setusuk sate ayam, lebih banyak bagian daging. Untuk mendapatkan rasa maksimal Anda harus mencampur setiap potong dengan banyak bumbu. Oh, iya, sate ayam di sini banyak menggunakan daging di bagian dada.

Bagi mereka yang sedang tak ingin menikmati sate, warung ini menawarkan sop iga sapi yang layak coba. Tampilan sop ini memang sederhana dan tampak bening.

Dalam semangkuk sop iga sapi, terdapat tiga sampai empat potong daging yang masih membalut tulang muda. Sop itu hanya dilengkapi dengan taburan bawang goreng dan daun seledri tanpa potongan tomat atau kentang. “Kami memang sengaja tak memberi tambahan selain daging itu sendiri. Biar pembeli bisa benar-benar menikmati rasa daging dan kuahnya tanpa diganggu rasa lainnya,” ujar Bu Haji.

Kendati tampilannya minimalis, namun rasa sop iga ini sungguh menggoda. Bumbu rempah meronai potongan daging. Daging yang kaya rasa itu, semakin nikmat karena empuk. Kuahnya yang tampil tak neko-neko ternyata memberikan sensasi rasa yang segar sekali. “Tak ada bumbu rahasia. Kuah sop biasa. Seledri dan bawang goreng bikin wangi dan segar,” ujar Bu Haji tanpa menjabarkan bumbu-bumbu sopnya.

Aneka masakan madura di warung ini bisa dinikmati dengan banderol harga Rp 18.000 per porsi. Apabila Anda ingin menikmati masakan warung ini,  tidak ada salahnya menelepon terlebih dahulu. Tak jarang Bu Haji menutup warungnya di saat mendapat pesanan katering dalam jumlah besar. “Kalau  ada pesanan sampai 10.000 tusuk kami tak buka warung. Tapi yang jelas setiap Selasa kami tutup,” jelas Bu Haji.    


RM Sate Madura Haji Ismail
Jl.  Ceremai Kios
No. 9-10, Sebelah Taman Kencana, Babakan, Kota Bogor
Telp: 0858 80308357

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi

Terbaru