Transformasi bisnis kicauan 140 karakter

Kamis, 23 Oktober 2014 | 09:36 WIB   Reporter: Oginawa R Prayogo, Yura Syahrul
Transformasi bisnis kicauan 140 karakter

ILUSTRASI. Kepadatan kendaraan di jalur wisata Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (28/2/2022). Kementerian PUPR menyebut, pembangunan jalan tol Puncak Jawa Barat masih dalam proses kajian.


JAKARTA. Momen indah itu terjadi di sebuah tikungan tajam Sirkuit Austin, Amerika Serikat, medio April lalu. Marc Marquez, juara dunia balap MotoGP asal Spanyol, terlihat terampil mengendarai motornya  sembari memiringkan tubuh nyaris sejajar dengan lintasan. Melalui gerakan lambat dalam video klip pendek yang diunggah di akun Twitter @MotoGP, terlihat jelas kestabilan motor pembalap tim Repsol Honda itu berkat ban yang mencengkeram lintasan pacu.

Penonton bisa langsung mengetahui merek ban itu lantaran di bagian bawah tautan video tertulis: “Video Content Powered by Bridgestone”. Ya, sesungguhnya cuitan di akun Twitter itu adalah iklan promosi merek ban tersebut. Toh, penonton tetap bisa menikmati video tersebut karena merupakan momen nyata yang indah, singkat, dan tanpa kalimat iklan yang bombastis.

Layanan iklan video yang disebut Twitter Amplify ini adalah ladang baru bisnis Twitter. Dengan layanan ini, perusahaan atau produsen dapat mengiklankan mereknya menggunakan konten dari siaran televisi atau perusahaan media massa di linimasa Twitter. Sejalan dengan konsep microblogging cuitan 140 karakter, iklan video itu juga berdurasi pendek, antara 1 detik hingga enam detik.   

Sejak dirilis bulan Mei 2013, Twitter sudah menjalin kerjasama dengan sekitar 60 partner yang merupakan perusahaan media dan penyiaran global, seperti ESPN, Fox Sports, ABC, CBS, BBC, Bloomberg TV, Billboard, NBA dan LFP (Liga Spanyol). Adapun, para pengiklan adalah perusahaan besar global yang biasa mensponsori pertandingan atau event olahraga.

Joel Lunenfeld, Vice President Sales Strategy Twitter Inc., mengatakan Twitter Amplify mampu menjangkau orang yang terpapar oleh suatu informasi atau peristiwa lebih banyak dan luas ketimbang televisi. Ia mencontohkan, sebuah tayangan american football di Amerika dapat disaksikan oleh jutaan penonton melalui layar televisi. Namun, melalui Twitter Amplify, momen-momen seru dalam pertandingan itu bisa disaksikan oleh ratusan juta pengguna Twitter meski durasinya singkat dan berselisih waktu beberapa menit dari tayangan langsung di televisi.

Ini tentu wadah yang menarik bagi pemilik merek untuk beriklan. "Twitter adalah live second screen setelah televisi," kata Joel kepada wartawan KONTAN dan beberapa wartawan dari Indonesia di kantor pusat Twitter, San Francisco. Sayangnya, di Asia Pasifik, fasilitas ini baru bisa dinikmati pengguna Twitter di Jepang, India, dan Australia.

Sejak diluncurkan tahun 2006, Twitter memang terus mengembangkan layanannya seiring meningkatnya jumlah pengguna media sosial tersebut. Dari sekadar alat bertukar sapa sepanjang 140 karakter, Twitter kini lebih kaya dengan beragam fitur sebagai media penyampai pesan yang beragam. Selain teks, pengguna Twitter dapat berbagi foto dan video.

Langkah tersebut berhasil menggemukkan pundi-pundi pendapatan Twitter. Berdasarkan laporan keuangan per semester I 2014, pendapatan Twitter tumbuh 124% menjadi US$ 312 juta. Dari jumlah itu, pendapatan iklan melejit 129% menjadi US$ 277 juta, yang 81% dari jumlah tersebut merupakan pendapatan iklan mobile.

Dick Costolo, CEO Twitter, menggambarkan wujud Twitter di masa depan. "Twitter memberikan cara terbaik untuk berhubungan dengan dunia dan akan menjadi pegangan hidup orang," katanya.      
Tapi, di masa depan, bukan berarti Twitter berniat menggantikan peran media massa konvensional. "Twitter justru membantu media tradisional untuk menghasilkan konten bagi media tersebut," kata Dick. Karena itu, ketika kantor di Jakarta sudah beroperasi, Twitter juga ingin bekerjasama dan sinergi dengan media massa lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru