Setiap tanggal 4 Februari, dunia memperingati Hari Kanker Sedunia. Peringatan ini bisa dijadikan sebagai wake up call tentang bahaya penyakit yang kini menjelma jadi pembunuh terbesar di dunia. International Union Againts Cancer atau organisasi kanker dunia memprediksi penderita kanker mencapai 75 juta jiwa pada tahun 2030.
Sementara di Indonesia, tingkat penderita atau prevelensinya adalah 4,3 orang untuk setiap 1.000 penduduk. Artinya, berdasarkan data tahun 2010, ada 10,2 juta jiwa penderita kanker di negara ini.
Setidaknya ada 100 jenis kanker yang dapat menyerang semua bagian tubuh manusia. Pria atau wanita sama-sama berpotensi terpapar aneka jenis kanker, termasuk kanker payudara. Bahkan, penyakit ini bisa mematikan karena pria lebih cuek terhadap kondisi payudaranya.
Memang, kasus kanker payudara pada pria di Indonesia terbilang minim jika dibandingkan pada wanita. "Kasusnya baru puluhan," kata Fielda Djuita, dokter spesialias radiasi onkologi Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Rumah Sakit Siloam, Jakarta.
Pria di sini lebih banyak menderita kanker paru-paru, kanker lambung, kanker hati, dan kanker kolorektal (usus besar). Namun, Roul Sibarani, neurologist MRCC, bilang, kanker payudara pada pria masuk kategori ganas.
Ukuran payudara pada pria lebih kecil daripada wanita sehingga sel kanker lebih mudah menyebar ke organ yang lain. Seperti ke paru-paru, tulang belakang, dan hati. Alhasil, sistem kekebalan tubuh menjadi rusak.
Secara medis, pria memiliki sejumlah kecil jaringan payudara yang tidak memproduksi air susu. Nah, seperti kanker payudara pada wanita, kanker payudara pada pria juga disebabkan pertumbuhan sel-sel abnormal di jaringan payudara yang tak terkendali.
Penyakit ini terjadi karena faktor genetik atau turunan. Risiko pada pria meningkat jika ada salah satu keluarga baik ayah atau ibunya yang pernah terkena kanker.
Di atas 50 tahun lebih rentan
Tanda paling umum berupa adanya benjolan yang disertai rasa sakit tepat di bawah puting dan perubahan kulit di daerah puting. Seperti Sutarmin, yang selama enam tahun menderita kanker payudara. Semula ada benjolan kecil dan berair di dada pria berusia 53 tahun ini. "Kadang terasa perih, kadang tidak," kata Sumilah, istri Sutarmin, ketika menceritakan penyakit suaminya tersebut.
Benjolan itu semakin membesar, bahkan sampai pecah. Untunglah, penyakit itu cepat ditangani. Dua tahun lalu, pria yang berdagang makanan di daerah Palmerah, Jakarta Barat, ini menjalani operasi untuk membasmi kanker di dadanya.
Memang, kebanyakan kasus kanker payudara menyerang pria di atas usia 50 tahun. Makanya, Roul menyarankan orang berusia di atas 50 tahun segera mengecek ke dokter jika memiliki benjolan di dada. "Biasanya disertai rasa nyeri ketika digerakkan. Kalau ada tumor benjolan di sekitar puting, tandanya sudah ganas," imbuh dia.
Cuma, pria tak pernah khawatir berlebihan. Terkadang, di tubuh pria ada benjolan di sekitar puting, dada, pundak, atau leher yang merupakan kumpulan lemak.
Nah, pola hidup tak sehat dan lingkungan kotor dapat menjadikan gen kanker payudara makin ganas. "Faktor gen bawaan berkombinasi dengan faktor lingkungan," kata Roul. Pengobatan tergantung pada tingkat stadium untuk membasmi sel kanker.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News