Saat menjadi sebagai senior brand manager, Andreas mengaki paham cara mengukur pengeluaran dengan tepat. Andreas mengaku banyak memahami dunia pemasaran dan keuangan saat meniti karier di Johnson & Johnson.
Tepat Agustus 2009, Andreas mencoba memasuki bisnis digital dengan mendapatkan tawaran sebagai senior business development manager di Nokia Indonesia. Andreas bertanggung jawab terhadap semua layanan perusahaan telepon seluler yang pernah merajai pasar Indonesia ini. "Di sini, saya banyak sekali belajar mengenai pelayanan bernilai tambah atau value added services (VAS)," katanya.
Di Nokia, Andreas pernah membuat berbagai layanan untuk petani, murid sekolah, dan kesehatan. Layanan ini memberikan berbagai konten langganan seperti soal ujian untuk siswa. Selain itu, ada juga layanan harga komoditi untuk para petani. Di bidang kesehatan, layanan yang diberikan berupa berbagai informasi untuk ibu hamil. Guna menyukseskan layanan ini, Andreas menggandeng berbagai perusahaan telekomunikasi.
Selang satu tahun kemudian, Andreas masuk ke PT Kalbe Farma, yakni di September 2010. Kali ini, dia menduduki posisi sebagai business head yang bertanggung jawab terhadap customer relationship management, services & care, pemasaran perusahaan, dan inisiatif pemasaran digital.
"Pengalaman saya yang pernah berkarier di berbagai perusahaan yang bergerak pada bidang yang berbeda ditambah dengan berbagai fungsi (divisi), membuat saya banyak belajar. Hal inilah yang saya terapkan untuk kepemimpinan saya di Kalbe," ujar Andreas.
Gaya MacArthur
Di tangan Andreas lah, divisi digital ini dilihat oleh manajemen Kalbe memiliki prospek yang cerah hingga perusahaan ini melakukan spin off dengan mendirikan anak usaha PT Karsa Lintas Buwana (KLB). Pada 2016 Andreas resmi menjadi CEO dan membuat road map atau cctak biru guna mengembangkan unit usaha untuk jangka panjang.
Untuk merealisasikan cetak biru tersebut, Andreas menyusun sejumlah strategi, khususnya dari sisi kepemimpinannya.
Andreas menggambarkan kepemimpinannya dengan sosok Douglas MacArthur, yakni seorang Jenderal Besar Amerika Serikat (AS) pada Perang Dunia II yang memiliki hati lembut. Andreas mengaku tidak pernah memberikan tantangan yang mudah bagi karyawannya. Dengan begitu karyawan terpacu untuk bekerjasama dalam menyelesaikan persoalan.
Andreas beralasan dengan memberikan tantangan atau pekerjaan yang rumit kepada karyawannya, maka akan ada memberikan ruang bagi karyawannya untuk melakukan kesalahan. Dalam fase ini karyawan lain akan masuk untuk mendukung. Saat ini, Andreas memimpin 800 karyawan di KLB.
Berbeda dengan bisnis Kalbe pada umunya, karyawan KLB didominasi oleh kaum milenial yang memiliki ambisi tinggi, namun gampang bosan. Untuk itu, Andreas selalu berusaha menjadi seorang mentor yang gemar memberikan ilmu-ilmu baru bagi karyawan.
Selain itu, lingkungan kantor KLB pun disesuaikan agar lebih santai seperti co-working space alias ruang bersama yang digunakan untuk bekerja. Begitupun dengan cara berpakaian hingga peraturan makan di KLB lebih santai.
"Saya selalu berusaha untuk tidak menjadi seorang atasan yang birokratis. Saya tidak punya ruangan besar sendiri, saya bekerja gabung dengan yang lain di satu meja. Tujuannya agar kapan saja mereka ingin kontak bisa, karena itu yang mereka butuhkan," ujar Andreas.