Banyak kejahatan seks anak, ini cara deteksinya

Senin, 12 Oktober 2015 | 18:10 WIB Sumber: Kompas.com
Banyak kejahatan seks anak, ini cara deteksinya


JAKARTA. Pemerintah mengatakan, saat ini negara kita sudah masuk status darurat kekerasan pada anak, baik itu disertai pelecehan seks maupun tidak.

Sebanyak 90% pelaku kekerasan dan pelecehan seksual pada anak adalah orang dekat atau minimal kenal dengan korban atau keluarga.

Ini artinya, Anda wajib mengawasi apakah ada keanehan pada orang-orang sekitar Anda dan anak Anda yang selama ini luput dari perhatian.

Dikutip dari drphil.com, Phillip Calvin McGraw, psikolog terkenal dan pembawa acara televisi Dr Phil di Amerika Serikat, pelaku kekerasan pada anak selalu melewati tahap yang disebut grooming pada calon korban dan/atau keluarganya sebelum melancarkan aksi yang keji.

Grooming, menurut ilmu psikologi, adalah tahap pendekatan untuk menguasai dan mendapat rasa percaya dari calon korban.

Tidak semua paedofil berlaku kriminal atau berkeras melampiaskan nafsunya dengan melanggar norma yang ada.

Biasanya, mereka ini tidak mempunyai kepentingan untuk melalukan grooming.

Nah, artinya jika ada seseorang melakukan gejala-gejala grooming, Anda seharusnya waspada karena bisa jadi si predator sedang menjadikan anak Anda sebagai target.

Berikut lima tahap grooming seorang predator seksual yang perlu Anda ketahui.     

Tahap 1: Mengidentifikasi calon korban

Meski pengidap paedofilia mempunyai latar belakang umur, kepribadian, dan penampilan yang berbeda, tetapi mereka mempunyai satu kesamaan dalam mengidentifikasi calon korban, yaitu mencari anak kecil yang dianggap paling rentan.

Paling rentan yang dimaksud adalah berasal dari keluarga yang rapuh, kedua orangtua sibuk bertengkar atau berpisah, dan kurang atau tidak diawasi orangtua atau orang dewasa yang menjadi kerabat dekat saat anak beraktivitas sehari-hari.

Tahap 2: Mengumpulkan informasi

Setelah menetapkan target, pelaku akan mengumpulkan info sebanyak-banyaknya tentang anak yang jadi target.

Pengumpulan informasi ini dilakukan tersamar melalui obrolan kasual dengan anak, orangtua, atau pengasuh anak.

Atau, mereka memata-matai aktivitas calon korban.

Semua ini dilakukan untuk mencari cara dan kesempatan menjebak anak ke dalam perangkapnya.

Tahap 3: Memenuhi kemauan atau kebutuhan calon korban atau keluarganya

Begitu pelaku sudah mendapatkan informasi, mereka akan mendekati anak dan atau keluarga terdekatnya.

Bersikap murah hati dengan sering memberi hadiah atau menolong memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya.

Misalnya, jika calon korban berasal dari keluarga miskin, si pelaku akan membelikan baju, makanan, dan barang-barang lain yang dibutuhkan.

Atau, jika anak terlihat kesepian, pelaku akan berperan sebagai teman yang baik.

Tahap 4: Mengurangi hambatan

Pelaku kriminal yang menjadi paedofil kemudian akan mulai melancarkan taktik untuk bisa menyentuh anak dengan cara mengurangi penolakan anak melakukan hubungan seksual.

Caranya bermacam-macam, misalnya dengan mengajak anak bermain video game berbau pornografi, menciptakan permainan dengan hukuman buka baju, atau memperlihatkan gambar-gambar porno kepada anak.

Tahap 5: Mulai melecehkan

Pada tahap terakhir ini pelaku akan mulai menyentuh dan melecehkan anak.

"Yang paling ingin saya tekankan lagi adalah sebagian besar paedofil ini akan memilih keluarga yang tertekan," kata Phil.

"Mereka akan memilih seseorang yang lemah secara ekonomi, atau kedua orangtua bekerja, atau anak dibesarkan oleh ibu tunggal," tambah Phil.

Atau, mungkin ada anggota keluarga yang sakit berkepanjangan dan orangtua menjadi terlalu sibuk mengurus yang sakit.

Lalu, datanglah orang ini berlagak seperti penolong dan Anda atau anak Anda menganggapnya sebagai orang yang paling baik, paling memberi, dan paling bersedia membantu.

Terlalu baik untuk menjadi kenyataan dan ternyata memang tidak sebaik itu.

Perhatikan jika ada seseorang yang tahu terlalu banyak tentang anak-anak Anda, bahkan lebih dekat dengan anak dibanding Anda sebagai orangtuanya.

“Tidak seharusnya seorang anak kecil menganggap orang lain lebih baik dari orangtuanya. Jadikan ini sebagai wawasan dan bahan untuk mengoreksi diri Anda demi menjauhkan anak dari predator seksual," ujar Phil.

(Lily Turangan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto
Terbaru